Bagian 6 ini merupakan pembahasan lanjutan dari Bagian 5.
Ciri fiil ada 4, yaitu :
1. قدْ حَرْفِيَّة
2. سِيْن تـَنفِيْس
3. سَوْفَ لِلتـَّسْوِيْف
4. تاء تـَأنِيْث سَاكِنـَة
Imrithi,
وَالفِعْلُ مَعْرُوْفٌ بقـَدْ وَالسِّيْنِ * وَتاءِ تـَأنِيْثٍ مَعَ السَّاكِنِر
1. قدْ حَرْفِيَّة
Dinamai قدْ yang حَرْفِيَّة karena dalam konteks ilmu nahwu, قدْ ada 3, yaitu :
– قد إسِمْ فِعِلْ, cirinya; kalimat setelahnya dinashobkan karena menjadi maf’ul bih, ma’nanya – (cukup).
Contoh : قدْ زَيْدًا دِرْهَمٌ, taqdirnya, يَكْفِيْ زَيْدًا دِرْهَمٌ
– قدْ إسْمِيَّة,cirinya; kalimah setelahnya dijerkan karena menjadi mudhof ileh, ma’nanya (menyukupkan).
Contoh : قدْ زَيْدٍ دِرْهَمٌ, taqdirnya, حَسْبُ زَيْدٍ دِرْهَمٌ
– قدْ إسْمِيَّة, cirinya; selalu masuk pada kalimah fiil. Mempunyai 4 ma’na :
• لِلتَّقلِيْلِ, artinya meminimalisir.
Contoh : قدْ يَصْدُقُ الكَاذِبُ, pembohong itu sedikit berkata jujur
• لِلتَّكْثِيْرِ, artinya, memperbanyak.
Contoh : قدْ يَصْدُقُ الصّادِقُ, orang jujur itu banyak berkata jujur
• لِلتَّحْقِيْقِ, artinya, menegaskan.
Contoh : قدْ قامَ زَيْدٌ, zaid benar-benar telah berdiri
• لِلتَّقرِيْبِ, artinya, mendekatkan.
Contoh : قدْ قامَتِ الصَّلاةُ, waktu sholat hampir datang
4 ma’na tersebut terklarifikasi menjadi 2 penempatan, yaitu :
– Khusus untuk fiil mudhore, yaitu ma’na لِلتَّقلِيْلِ dan لِلتَّكْثِيْرِ.
– Khusus untuk fiil madhi, yaitu ma’na لِلتَّحْقِيْقِ dan لِلتَّقرِيْبِ.
Syarat قدْ masuk pada fiil ada 4, yaitu :
– Fiilnya harus mutsbat(kalimat positif)
– Fiilnya harus mutasorrif (bisa ditasrif)
– Fiilnya harus ma’na khobariyyah (pemberitaan)
– Antara fiil dan قدْ tidak boleh terpisah.
2. سِيْن تـَنفِيْسِ dan,
3. سَوْفَ لِلتـَّسْوِيْفِ
Fungsi سِيْن تـَنفِيْسِ dan سَوْفَ لِلتـَّسْوِيْفِ adalah :
الدَّالـَّتان عَلى تـَأخِيْرِ زَمَانِ الفِعْلِ المُضَارِعِ عَنِ الحَالِ
Artinya, mengakhirkan zaman fiil mudhore dari hal (sekarang/present) menuju mustaqbal (masa depan/future).
Jadi, keduanya berfungsi untuk menjadikan fiil mudhore berma’na mustaqbal.
Namun dalam istiqbalnya, keduanya membunyai sisi perbedaan, yaitu
– سِيْن تـَنفِيْسِ, berfaidah مستقبل قريب.
Contoh : سأأذهب إلى المسجد, saya akan segera menuju masjid
– سَوْفَ لِلتـَّسْوِيْفِ , berfaidah مستقبل بعيد.
Contoh : سوف تعلمون, kelak kamu akan mengetahuinya
Qoidah,
والسِّينُ تَنفيسٍ تدلُّ القَريْبَ * وسوف تسويفٍ تدلُّ البَعيْدَ
سَوْفَ لِلتـَّسْوِيْفِ mempunyai ma’na yang lebih jauh dari pada سِيْن تـَنفِيْسِ karena sebuah qowaid nahwu menjelaskan, لِأنَّ زِيَادَة َالبناءِ تـَدُلُّ عَلى زِيَادَة َالمَعْنـَى artinya, penambahan huruf berbanding lurus dengan penambahan ma’na. (semakin banyak hurufnya, semakin banyak pula ma’nanya).
Qoidah,
وَكـُلُّ مَا زَادَ عَلى البـِناءِ * دَلَّ عَلى زِيَادَةِ المَعْناءِ
4. تاءْ تـَأنِيْث السَّاكِنة
Dinamai تـَاءْ تـَأنِيْث yang سَاكِنـَة karena dalam konteks ilmu nahwu, تـَاءْ تـَأنِيْث ada 3, yaitu :
– تـَاءْ تـَأنِيْث سَاكِنـَة. cirinya, selalu masuk pada kalimah fiil dan menjadi ciri i’robnya.
Contoh : (syiiran)
عَلـَمَتْ فحَيَّتْ ثـُمَّ قامَتْ فوَدَّعَتْ * فلمَّا توَلَّت كَادَتِ النـَّفسُ تزْهَقُ
– تـَاءْ تـَأنِيْث حركة الإعراب atau تـَاءْ تـَأنِيْث مُتـَحَرِّكَة. cirinya, selalu masuk pada kalimah isim dan menjadi penerima ciri i’robnya.
Contoh : ناصِرَة ٌ
– تـَاءْ تـَأنِيْث غيرَ حركةَ الإعراب. cirinya, masuk kepada kalimah isim, fiil, dan huruf, namun tidak sebagai harakat i’robnya. Contoh :
• Masuk pada kalimah fiil : تَنْصُرُ
• Masuk pada kalimah isim : لاحول ولاقوة
• Masuk kepada kalimah haraf : ثمّتَ, (dalam alfiyyah bab jama taksir)
Ciri fiil yang empat tersebut, penempatannya terklarifikasi menjadi 3 :
1. Khusus masuk pada fiil madhi, yaitu تأ تأنيث الساكنة
2. Khusus masuk pada fiil mudhore, yaitu سين بنفيس + سوف تسويف
3. Bisa masuk pada fiil madhi maupun mudhore, yaitu قد حرفية
____________________________
Demikian pembahasan Bab Kalam Bagian 6, Tunggu Pembahasan Bab Kalam Bagian 7 di artikel selanjutnya.
Sumber : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat