Kebetulan atau memang sebetulnya udah pasti sih, pasca idul fitri lalu, banyak tanggal merahnya, ada Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan yang akan datang diawal bulan Juni, harlah Pancasila. Jika dilihat beranda sosial media, kita disuguhi aneka foto dan video rakyat sebangsa dan setanah air sedang melakukan aktivitas yang sekarang ini populer disebut “healing”. Iya, kemungkinan besar anda pernah dengar suara dubbing “Woy, kerja mulu, healing kita healing”, disertai hasil jepretan di spot foto yang “instagramable”, tempat wisata, pantai, gunung, beserta tempat populer dan eksotis lainnya.
“Healing matamu soek.”, gumamku.
Bukan saya benci orang yang senang jalan-jalan, healing atau apalah istilahnya. Tapi saya sebagai hamba Allah yang amatiran ini pengen juga coook, tapi yo gak isok, aku libur yo tetep kerjo maszeh! Healing healing matamu a!
Engga kok engga, saya gak iri dengan healing yang orang lain lakukan. Karena saya udah pernah mencoba metode healing +62 itu. Datang ke tempat eksotik atau keren, trus saya berfoto disana, dengan anak dan istri. Hasil fotonya ternyata beda dengan yang sering saya temukan di instagram. Hasil foto saya gak sebagus mereka. Apa harus saya edit dulu di photoshop? Masalahnya skill photoshop saya cuma sekedar seleksi background foto. Apesnya skill itu sudah dipecundangi dengan teknologi AI, asu dahlah.
Yang lebih memusingkan lagi dari healing metode +62 itu, pulang dari tempat healing, isi saku bersih cling! Hahaha. Belum saat ditempat healing, anak2 rewel dan sebagainya, masalahnya, saat anak-anak rewel, bojo juga ikutan rewel, hahaha. Bukan healing yang didapat, malah lelah lahir batin bro, makanya, “Healing matamu soek!”.
Sejak saat itu, saya malas healing healing dengan metode +62 itu. Healing saya cukup R.E.B.A.H.A.N. Ditemani netflix atau pees dengan segelas kopi. Sesekali makan-makan di luar, itu lebih jelas, lidah senang dan perut kenyang. Dan tentunya, sebelum makan, gak wajib foto menu hidangan, langsung gasak mawon, yes.
Menjelang harpitnas di hari rabu nanti
Selamat berhealing ria, dengan metode masing-masing. Kalo saya sendiri sih hari rabu nanti bisa kerja bisa engga. Ya karena bisnis sendiri, bisa fleksibel. Kapan aja saya mau, saya bisa rebahan, saya bisa kerja juga, asal pekerjaan beres aja, dan urusan healing dan tidaknya keluarga kami di hari rabu nanti, tentu diputuskan oleh Kapolda tercinta, hehe.
Salam sayang dari saya dan Saitama, anggota asosiasi kaum rebahan.