Kata perubahan akhir-akhir ini sangat identik dengan capres nomor urut 1. Judul tulisan ini tentu tak ada kaitannya dengan beliau-beliau ini. Karena pada dasarnya, perubahan adalah keniscayaan. Khususnya perubahan dalam lingkungan kita. Misal dalam persaingan usaha, semua akhir-akhir ini berubah begitu cepat, hingga sampai terjadi disrupsi yang masif.

Cara-cara yang baru beberapa bulan lalu disebut inovasi atau cara baru, dalam waktu singkat terdisrupsi menjadi cara lama, digantikan oleh cara dan metode yang lebih baru lagi. Perubahan diberbagai aspek saat ini menjadi sangat sangat cepat, Sat set, tas tes seperti jargonnya paslon nomor urut 3. Perubahan adalah keniscayaan, namun perubahan yang cepat perlu respon yang tepat. Saya teringat kata-kata dalam buku Homo Deus yang menyatakan bahwa, “Manusia itu seringkali takut dengan perubahan, padahal satu-satunya hal yang paling konsisten di dunia sejak dulu adalah perubahan itu sendiri.”.

Maka, manusia saat ini, termasuk saya dituntut untuk merespon dengan tepat perubahan yang serba cepat itu. Misal dalam 2-3 tahun belakang, bisnis yang saya bangun bersama istri bisa dibilang cukup stabil, saat ini mengalami kemerosotan yang tajam. Faktor penyebabnya tentu berasal dari intrasel maupun ekstra sel. Ekstra sel, disrupsi begitu hebat, cara berjualan online yang pada awalnya bernafaskan ecommerce murni saat ini berubah menjadi tren social commerce dengan live tiktok sebagai referensi utama. Buruk dan fatalnya, secara intrasel, adalah dari dalam diri saya dan istri yang tidak sigap menghadapi disrupsi itu. Sedangkan newcomers semakin menjamur dan lebih militan.

Untuk mengatasi persoalan demikian, tentu kami harus merespon dengan tepat. Harus segera mengambil langkah-langkah merespon perubahan itu, dengan cara bagaimana? Tentu kami harus berubah! Dan bersiap menyongsong perubahan! Sekali lagi ini bukan urusan pilpres ya, camkan! Perubahan disini adalah kita harus mengikuti irama perubahan yang ada dengan skill survival yang harus teruji.

Urusan perubahan ini saya bisa ambil pelajaran dari perubahan yang saya alami sendiri saat mencoba mengatasi obesitas yang saya derita. Alhamdulillah dari 90 kg, saat ini saya berhasil turun ke 72 kg. Apa pelajaran yang saya ambil dari pengalaman tersebut? Pertama, komitmen untuk selalu disiplin. Jika malam saya komitmen tak boleh memakan apapun, maka saya harus komitmen dengan aturan itu. Apapun makanan yang ada didepan saya. Komitmen kedisiplinan ini tentu harus berangkat dari kesadaran atas keinginan kita mencapai tujuan yang kita harapkan.

Kedua, adalah support dari orang-orang terdekat. Dukungan, kontribusi dan kehadiran orang terdekat adalah hal yang sangat penting. Saya tak bisa membayangkan, jika tidak ada kerelaan istri saya mensupport pola diet saya dengan mempersiapkan menu-menu yang menunjang penurunan BB, maka program saya dipastikan 70% akan gagal. Maka peran dari orang yang mensupport ini cukup dominan untuk mencapai tujuan.

Ketiga, adalah ilmu. Yes! Ilmu adalah kunci keberhasilan saya dalam melaksanakan diet. Seperti pada suatu hadits, apapun yang ingin kita capai, baik prestasi dunia, maupun cita-cita di akhirat kelak, kunci utamanya adalah ilmu. Ini yang utama. Maka saat saya merubah diet saya, saya senantiasa bersandar pada ilmu, saya membaca, menonton, memahami segala hal yang berkaitan dengan ilmu diet ini, hingga saya alhamdulillah dapat menuai hasilnya.

Tiga hal tersebut adalah strategi saya dalam menangani obesitas. Maka saya kira, untuk merespon cepatnya perubahan, ya, saya harus cepat merespon perubahan itu. Saya menyusun beberapa hal yang harus saya kejar di 2024 ini. Dan salah satu resolusi bisnis saya di 2024 ini adalah membangun sebuah brand, agar value produk yang saya jual ini meningkat. Lho, bukannya membangun brand itu sulit? Ya, tentu saja. Maka saya akan coba terapkan strategi keberhasilan diet saya ke dalam strategi membuat brand di 2024 ini.

Doakan saja semoga semuanya berjalan lancar. Semoga segala hal yang kita semua rencanakan untuk perubahan hidup yang lebih baik di 2024 diberikan kemudahan oleh Allah subhanahu wataala. Amin.