Saya cenderung tidak punya teman di lingkungan tempat tinggal saya. Karena sejak kecil saya menghabiskan waktu diluar kandang. Sehingga bila bersinggah di suatu Kota yang ditinggali sahabat saya, entah memang itu rumahnya, atau memang karena alasan studi maupun pekerjaan. Saya harus mengesampingkan rasa sungkan dan sejenisnya. Jadi, merepotkan mereka sudah saya anggap sebagai hal yang biasa saja. Saya berpikir positif saya, semoga saja mereka berpikir sama seperti saya. Selepas perpisahan di pesantren, karena jarak dan kesibukan masing-masing, saya dan mereka jarang atau bahkan tidak pernah bertemu sama sekali. Bertahun-tahun. Maka meluangkan waktu untuk sekedar ngopi-ngopi cangkrukan melepas kerinduan sehari dua hari saya pikir tidak akan mengganggu rutinitas mereka. Toh, mereka juga masih Jomblo. Haha.

Kunjungan kedua saya ke Bandung dengan motoran selama 3 jam saya coba manfaatkan untuk menjalin silaturahmi dengan sahabat-sahabat lama. Rute pertama, yang saya singgahi malah seorang betina, Ijul namanya. Ia sahabat sejak mesantren di Haurkuning, Tasikmalaya yang hingga sekarang tetap istiqomah melanjutkan petualangannya di penjara suci dekat UIN. Bedanya, ia sambi aktivitas kuliah dan pesantrennya dengan pekerjaan sebagai tutor salah satu lembaga privat.

โ€œMasih jomblo? Belum move on ti si eta?โ€, canda saya.

Jawabannya cukup panjang, mungkin ada sekitar 3 paragraf jika dirangkum, hahaha. Saya mengobrol gak terlalu lama, karena memang ketemu bakda maghrib, dan ia memang ada jadwal mengaji bakda isya di pondok. Selanjutnya, motor saya gas lagi dari Cibiru ke Cihanjuang. Lumayan jauh. Disitu saya cuma numpang ngorok di kosan sepupu.

Karena cuaca yang begitu sejuk dan memagerkan, saya baru keluar kosan di sore hari. Saya memberanikan diri menghubungi mas muwafiq, senior PMII Kota Malang yang tempo hari ada insiden dengan saya, hehe. Meski begitu, silaturahmi harus tetap dijaga, toh kami sudah bermaaf-maafan. wkwkwk. Saya bertemu dengan beliau di sebuah warkop di tengah Kota Bandung, saya lupa namanya. Kemudian saya diajak lanjut ngopi di kediamannya di daerah Ciumbuleuit. Sungguh suasana yang memagerkan, hawa sejuk malam menyebabkan penyeruputan kopi dan pembakaran asap sederhana lebih cepat dan intens. Sayangnya, saking asyiknya ngobrol, kami jadi lupa mengabadikan momen ngopi itu. Hilang sudah satu bahan untuk diupload. Tapi yang terpenting, kami berbicara banyak hal, dari mulai organisasi, ideologi sampai kehidupan. Maturnuwun, mas.

Esoknya, saya mengagendakan bertemu dengan sahabat semasa mesantren di Al Hikmah 2 Brebes dulu, ada azwar, desainer dan juga kaligrafer handal yang menurut galih sudah menjadi โ€œbudak kapitalisโ€, hahaha. Nah, galih ini sejak keluar pondok sampai sekarang ini baru ketemu, total 8 tahun hilang tanpa jejak. Yang bikin saya kaget adalah ketika ia membuka helmnya, rambutnya luar biasa. Selain galih, ada samsul. Kalo Samsul ini calon perawat dengan senyum pepsodent mata merem yang istiqomah dia jaga hingga sekarang. hahaha.

Akhiron, terimakasih atas sambutan yang hangat dari semua sahabat yang saya kunjungi. Semoga gak kapok jika saya berkunjung kembali, hehe. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga, kata Nabi SAW, Silaturahmi itu menangguhkan kematian dan memperluas rezeki. Saya sangat meyakini hadits tersebut. Bagaimana tidak? karena dengan bersilaturahmi, kita bisa melepas beban dan penat dengan bercanda tawa. Bukankah suasana hati tanpa beban dan perasaan senang mampu meremajakan usia sel tubuh kita? Dan karena dengan Silaturahmi juga, siapa yang tahu kita bisa bekerja sama membangun suatu bisnis. Bukankah semakin banyak kita mrmbangun relasi, makin banyak peluang kita dlam membangun relasi bisnis? Salam.