Memilah dan memilih perangkat gadget bagi sebagian orang adalah hal yang cukup membingungkan. Apalagi jika orang tersebut tak punya interest dalam perihal teknologi. Tentu itu bukan kesalahan, karena setiap orang punya interest tersendiri dalam kehidupannya.

Saya sendiri adalah pribadi yang cukup antusias dengan perkembangan teknologi. Entah itu laptop, hape, atau beberapa gadget lainnya. Maka, saat saya ingin membeli suatu perangkat untuk daily driver, banyak channel youtube saya tonton, macam gadgetin, jagatreview, dll. Tentu saya bukan expert, melainkan hanya kaum mendang-mending yang tak ingin budget minimnya menghasilkan pembelian yang tidak “value for money” atau “worth it”, hehehe.

Urusan hape, daily driver saya adalah Samsung A52 dengan chipset Snapdragon 720G. Sudah hampir 3 tahunan ini saya gunakan dan belum ada keluhan berarti, masih nyaman-nyaman saja. Sebelumnya saya sudah menjajal brand lain seperti xiaomi & oppo, dan menurut saya, samsung yang saya pakai ini masih juaranya. Kalo di kelompokkan, hape yang jadi daily driver saya ini termasuk kelompok mid-range lah, tentu yang sesuai dengan budget saya saat membelinya. Pengen sih suatu saat punya gadget macam iPhone, namun sayang seribu sayang, duite ra nututi, wkwkwk. Masih banyak alokasi dana yang lebih penting daripada beli gadget seharga motor. Hahaha.

Untuk laptop juga masih menengah kebawah lah, Lenovo IP Slim 3 jadi pilihan. Ryzen 5, RAM 8GB dan memori sudah SSD sudah cukup untuk daily driver. Cukup untuk office harian dan editing grafis macam Corel dan Photoshop. Yang penting gak celeron-celeron amat. Yang baru dinyalakan sudah bikin emosi. Perdebatan Intel & AMD? Saya tim AMD! Alasannya, tentu juga selisih harga, hahahaha.

Track record begitu-begitu itu rupanya membuat beberapa keluarga yang berminat untuk membeli perangkat semi-semi konsultasi ke saya. Di bulan ini sudah ada 2 anggota keluarga yang minta rekomendasi seputar laptop. Sebenernya, saya gak terlalu pede memberi rekom laptop ke belio-belio. Tapi karena gak enak, saya carikan beberapa rekoman, tapi juga saya kasih disclaimer sebelum mereka memutuskan untuk meminang, “Resiko ditanggung perusahaan masing-masing ya, saya hanya memberi masukan, wkwkwk.”.

Ya memang begitu, pada dasarnya, pembelian perangkat harus didasarkan kebutuhan penggunaan dan budgetnya. Titik tumpu perekomendasi berangkat dari sana, dengan budget yang ada, sesuaikan dengan kebutuhan, dan kita dapat apa. Dan satu hal yang penting dalam masukan saya, saya hampir tak pernah memberi rekomendasi perangkat bekas. Kenapa? Karena track record terbaik saya beli perangkat bekas hanya membeli iPhone 11 untuk istri saya dari PS Store, selebihnya gatot, wkwkwk.

Udah itu aja cerita hari ini. Semoga kita semua diberi kelancaran dalam mengais rezeki, dan suatu saat mampu membeli gadget-gadget impian. Amin. Dan tentunya, jangan memaksakan diri untuk membeli gadget yang berada di luar jangkauan keuangan kita, apalagi jika sampai harus kredit, atau bahkan jual ginjal. Tapi, lagi-lagi disclaimer, semua tergantung financial planning anda.