instagram @sabdaperubahan 
Saya terhenyak membaca puisi ini. Meski sudah berulang kali saya membaca, hati saya tetap berdebar, sementara otak ini terus berpikir, sebegitu hancurkah negeri ini? Puisi ini adalah buah karya seorang senior saya di suatu organisasi. Sejujurnya saya kagum dengan puisi ini. Begitu merepresentasikan kondisi negeri ini, dengan berbagai problem disudut sana dan sini.
Siang tadi, saya diberi kesempatan untuk memberikan materi dalam sebuah acara. Malamnya, saya membuat materi untuk acara tersebut, dan saya memasukkan puisi ini ke dalam slide presentasi saya, tepatnya untuk menutup presentasi saya. 
Di akhir acara, saya benar-benar membaca puisi tersebut. Saat itu adalah saat dimana saya membacakan sebuah puisi di depan umum sejak TK. Lalu apa hasilnya? Saya tidak tau apa yang dirasakan peserta forum tersebut, tapi yang pasti, badan saya bergetar! Hati saya bukan lagi tersentuh! Tapi benar-benar disentuh, bahkan serasa di tusuk lara yang hebat. Sungguh puisi yang luar biasa!
Sebelumnya mohon maaf kepada senior saya, karena tanpa izin, saya menggunakan puisi njenengan dalam presentasi saya. Tapi tenang saja, saya bukan plagiator, saya tetap cantumkan nama panjenengan. Meski tetap, saya masih terbilang TIDAK SOPAN, tidak izin dulu.
Nah, tapi saya malah tambah TIDAK SOPAN, sekarang saya ingin memposting puisi ini di blog saya. Dengan harapan, tamu-tamu blog ini bisa juga membacanya dan terilhami oleh isi puisi ini untuk melakukan sesuatu. Sopan atau tidak, saya yakin ini adalah sebuah langkah yang bermanfaat, jadi mungkin ketidaksopanan itu akan sedikit tertutupi. 🙂
Yah, ini lah puisi nya, Selamat membaca puisi reflektif dalam Sahabat Em Yasin Arief.
PROKLAMASI BUNG KARNO 2016
Oleh : Em Yasin Arief

Bung Karno bangkit dari kubur
Dia haus ingin minum
Ku suguhkan air mineral

Dia hanya bingung tak mau minum

Karena tanah airnya tinggal tanah
Sedang airnya milik Prancis sudah
Ku seduhkan segelas teh celup
Dia hanya termenung tak mau minum
Karena kebun tehnya tinggal kebun
Lahan tebunya tinggal lahan
Gulanya milik Malaysia
Tehnya Inggris yang punya
Lalu ku bukakan susu kaleng
Bung Karno hanya menggeleng
Kandang sapinya tinggal kandang
Sedang sapinya milik Selandia
Diperah Swiss dan Belanda

Bung Karno bangkit dari kubur
Dia lapar ingin sarapan
Ku hidangkan nasi putih
Dia tak mau makan hanya bersedih
Karena sawahnya tinggal sawah
Lumbung padinya tinggal lumbung
Padinya milik Vietnam
Berasnya milik Thailand
Ku sulutkan sebatang rokok
Dia menggeleng tak mau merokok
Tembakau memang miliknya
Cengkehnya dari kebunnya
Tapi pabriknya milik Amerika

Bung Karno bingung bertanya-tanya
Sabun pasta gigi, kenapa Inggris yang punya
Toko-toko milik Prancis dan Malaysia
Alat komunikasi punya Qatar dan Singapura
Mesin dan perabotan rumah tangga
Kenapa dikuasai Jepang, Korea dan China
Bung Karno tersungkur ketanah
Hatinya sakit teriris-iris
Setelah tau emasnya dikeruk habis
Setelah tau minyaknya dirampok iblis
Bung karno menangis darah
ndonesia kembali terjajah
Indonesia telah melupakan sejarah

Bung Karno membaca Proklamasi
Kami bangsa Indonesia,
Dengan ini menyatakan

Ketidak-merdekaan Indonesia. 

Hal-hal mengenai penindasan
Dan kekuasaan asing,
Telah terlaksana sudah lama,
Dengan cara seksama,
Dan dalam tempo
yang tak dapat dikira-kira.

Tujuh Belas Agustus,
Dua Ribu Enam Belas.


– Malang, 07 Agustus 2016