Biografi : Al-Razi (Rhazes)

Al-Razi adalah tokoh muslim yang tidak suka menghabiskan waktu hanya berdiam diri tanpa melakukan hal-hal yang bermanfaat yang menambah ilmunya. Dalam usianya yang relatif remaja, al-Razi sudah tekun menuntut ilmu dari sejumlah ilmuwan. Karena pemikirannya, al-Razi menjadi tempat menimba ilmu serta menjadi rujukan banyak kalangan. Di barat dikenal dengan sebutan Rhazes. Lahir di Ray, Iran tahun 865 M. Nama populernya adalah Abu Bakar al-Razi. Dibidang pengobatan, al-Razi pernah berguru kepada Humayun bin Ishaq di Baghdad kemudian menerapkan apa yang diperolehnya itu dengan melakukan pengobatan terhadap pasien yang menderita penyakit. Dalam beberapa waktu kemudian, kareana dianggap berkompeten di bidang medis, al-Razi di angkat menjadi direktur di sebuah rumah sakit megah yang berada di wilayah Ray dan Baghdad.

 Di bidang ini ada sebuah karya al-Razi yang sangat berharga yang berjudul al-Hawi. Buku ini merupakan
dilakukannya guna mendapatkan penawar (obatnya). Diantaranya adalah mengenai penyakit cacar dan campak yang banyak membawa korban kala itu. Penyakit campak menjadi masalah yang sangat mengkhawatirkan. Pendapatnya disampaikan dalam bukunya yang berjudul al-Judari wa al-Hasbah. Dalam buku tersebut, al-Razi memberikan komentarnya soal fenomena penyakit cacar termasuk gejala-gejala yang dialami oleh penderita. Rangkuman dari ilmu kedokteran Arab, Yunani bahkan Syiria. Demikian bermutunya, buku tersebut diselesaikan dalam rentang waktu yang amat lama, sekitar lima belas tahun, terdiri dari 20 jilid. Dalam karya terjemahan yang bernama Continens telah berkali-kali dicetak ulang sejak tahun 1486. Karena kepopulerannya ini bahkan al-Razi dijuluki sebagai ilmuawan kedokteran setelah Ibnu Sina.

Penelitiannya yang mutakhir tentang berbagai penyakit adalah suatu hal di antara banyak hal yang
Di tengah-tengah kesibukannya dalam mendalami berbagai ilmu pengetahuan al-Razi juga mengisi waktunya dengan mempelajari musik termasuk musik instrumen atau alat-alat music. Ketakjubannya terhadap musik kemudian dibukukannya dalam karyanya yang berjudul Fi Jamal al-Musiqi (Keindahan Seni Musik). Pada tahun 925 al-Razi wafat kemudian di daerah kelahirannya di Ray, Iran. Sejatinya, generasi Islam sekarang hendaknya memiliki kemampuan dalam mencontoh semangat belajar al-Razi.

Bab Kalam : Bagian 4 (قوله: فالإسْمُ يُعْرَفُ…….إلخ) “Ciri Isim : I’rob Jer-Alif Lam”

Bagian 4 ini merupakan pembahasan lanjutan dari Bagian 3.

Fa pada lafadz فالإسم  disebut فاء فصيحة : مَا صَحَّ وُقُوْعُهَا جَوَابًا عَنْ شَرْطٍ مُقَدَّرٍ , artinya, fa yang baik digunakan untuk menjawab pertanyaan/syarat yang dikira-kirakan (satu fungsi seperti wawu isti’naf bayani).
Alif lam pada lafadz فالإسم  disebut الف لام لتعريف عهد الذكر : مَا تـَقدَّمَ ذِكْرُ مَصْحُوْبـِهَا صَرِيْحًا أوْ كِنايَةٍ. Artinya, Alif lam yang dibicarakan pertama beserta sesuatu yang mnyertai Alif lam, baik ketika konkrit (jelas) mapun Abstrak (samar). Contoh lebih jelasnya akan dibahas nanti pada ciri isim.
Alif lam ini disebut الف لام لتعريف عهد الذكر karena pada hakikatnya lafadz الإسم  sudah disebutkan terlebih dahulu pada kalam sebelumnya. Hal ini didasarkan pada qowaid nahwu,

ومن القواعد المقرّرة فى فنّ النـّحو أنّ النـّكرة إذا أعيدت معرفة تكون عين الأولى، وكما إذا أعيدت نكرة تكون غير عين الأولى. وأنّ المعرفة إذا أعيدت معرفة تكون عين الأولى، وكما إذا أعيدت نكرة تكون مختلفة

Artinya, Diantara qowaid-qowaid nahwu yang ditetapkan adalah : Apabila ketika isim nakiroh disebut kembali pada kalam selanjutnya berupa isim ma’rifat, maka lafadz tersebut menunjukkan lafadz yang disebut sebelumnya. Apabila ketika isim nakiroh disebut kembali pada kalam selanjutnya berupa isim nakiroh, maka lafadz tersebut tidak menunjukkan lafadz yang disebut sebelumnya. Apabila ketika isim ma’rifat disebut kembali pada kalam selanjutnya berupa isim ma’rifat, maka lafadz tersebut menunjukkan lafadz yang disebut sebelumnya. Apabila ketika isim ma’rifat disebut kembali pada kalam selanjtnya berupa isim nakiroh, maka lafadz tersebut statusnya masih samar, dalam artian ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut.

Dari qowaid tersebut, dapat diambil sebuah klasifikasi sebagai berikut :

–    Muwafaqoh (maksudnya, pertama=kedua)
o    Nakiroh > Ma’rifat. Contoh : جاء ني رجل فأكرمت الرجل
o    Ma’rifat > Ma’rifat. Contoh : جاء ني الرجل فأكرمت الرجل

–    Mughoyyaroh (maksudnya, pertama≠kedua)
o    Nakiroh > Nakiroh. Contoh : جاء ني رجل فأكرمت رجلا

–    Mukhtalifah (maksudnya, ada perbedaan pendapat antara = dan ≠)
o    Ma’rifat > Nakiroh. Contoh : (dalam syiiran)

صَفَحْنَا عَنْ بَنِيء دُهْلٍ    *       وَقُلْنَا القَوْمُ إخْوَانُ
عَسَى الأيَّامُ اَنْ يَرْجُعْـ    *    نَ قَوْمًا كالذِي كانوا

 Qoidah,

ثُمَّ مِنَ القَوَاعِدِ المُشْتَهَرَةْ               *            إِذَا أتَتْ نَكِرَةٌ مُكَرَّرَةْ
   تَغَايَرَا وَإنْ يُعَرَّفِ الثَانِى              *           تَوَافَقَا كَذَا المُعَرَّفَانِ       

Ciri Isim ada 4 :
1.    I’rob Jer
2.    Tanwin
3.    Alif Lam
4.    Huruf Jer

1.    I’rob Jer

Sebab Jer ada 3, yaitu :

–    Huruf Jer. Contoh : مَرَرْتُ بزَيْدٍ

–    Idhofah. Contoh : جَاءَ غـُلامُ زَيْدٍ

–    Taba’iyyah (Naat, Athaf, Taukid, dan Badal). Contoh : مَرَرْتُ بزَيْدٍ فاطِنٍ

Alfiyyah,

خافِضُهَا ثلاثـَة ُأنوعُ                *         الحَرْفُ وَالمُضَافُ وَالإتبَاعُ
       
Selain yang 3 tersebut, ada 2 ciri i’rob jer, yaitu :

–    Tawahhum (Menciptakan, maksudnya seolah-olah terdapat huruf jer yang memajrurkan berupa huruf jer zaidah). Contoh : ليس زيدٌ قائمٍ

–    Mujawaroh (Berdekatan dengan yang dihukumi Jer). Contoh : هذا حُجْرُ ضَبٍّ خَرْبٍ.

Pada hakikatnya, lafadz خَرْبٍ adalah sifat dari lafadz حُجْرُ yang i’robnya rofa’, namun karena berdekatan dengan lafadz ضَبٍّ yang i’robnya jer, maka خَرْبٍ dii’robi jer.

2.    Tanwin

Pengertian,

نـُوْنٌ سَاكِنـَة ٌتـَلحَقُ آخِرَ الإسْمِ لفظا لا خطـًّا 

Artinya, Nun sukun yang ada pada kalimah isim, terlihat (konkrit) secara pengucapan, tidak terlihat (abstrak) secara penulisan.

 Qoidah,

 وَتـَّعْرِيْفُ التـَّنوِيْنِ نوْنٌ سَاكِنٌ         *            تـَلحَقُ آخِرَ الأسْمَاءِ مَلْفُوْظٌ                 
  وَغَيْرُ مَخْطوْطٍ وَغَيْرُ مَخْطوْطٍ        *      وَغَيْرُ مَخْطوْطٍ وَغَيْرُ مَخْطوْطٍ

Tanwin pada dasarnya sangat banyak, diantaranya ; tanwin tamkin, tankir, muqobalah, iwadh, ziyaadah, taronnum, hikaayah, idlthiror, gholi, dan syadd.

Namun, yang menjadi ciri i’rob jer ada 4, yaitu :

–    Tanwin Tamkin : اللاَّحِقُ لِلأسْمَاءِ المُعْرَبَةِ

Artinya, tanwin yang ada pada isim mu’rob. Contoh : زَيْدٌ

Alfiyyah,

الَصَّرْفُ تنْوِيْنٌ أتىْ مُبَيِّناً     *    مَعْنًى بِهِ يَكُوْنُ الاسْمُ أمْكَنَا

–    Tanwin Tankir : اللاَّحِقُ لِلأسْمَاءِ المَبْنِيَّةِ فرْقا بَيْنَ مَعْرِفتِهَا وَنكِرَتِهَا

Artinya, tanwin yang ada pada isim mabni sebagai pembeda antara kenakirohan dan kema’rifatannya. Contoh : nakiroh > شِبَوَيْهِ, ma’rifat > شِبَوَيْهٍ

Alfiyyah,

وَاحْكُمْ بِتَنْكِيْرِ الَّذِيْ يُنَوَّنُ    *    مِنْهَا وَتَعْرِيْفُ سِوَاهُ بَيِّنُ

–    Tanwin Muqoobalah : اللاَّحِقُ لِجَمْعِ المُؤَنـَّثِ السَّالِمِ مُقابَلة ً للِنـُوْنِ فى جَمْعِ المُذكَّرِ السَّالِمِ

Artinya, Tanwin yang ada pada jama’ muannats salim sebagai pembanding dengan nun pengganti tanwin pada jama’ mudzakkar salim. Contoh : مُسْلِمُوْنَ – مُسْلِمَاتٌ

–    Tanwin Iwadh

Terbagi 3 :

o    عِوَضٌ عَنِ الإسْمِ : اللاَّحِقُ لِكُلٍّ عِوَضا عَمَّا تـُضَافُ إليْهِ

Tanwin yang masuk pafa lafadz كُلّ sebagai pengganti dari mudhof ilehnya.

Contoh : (كُلُّ لهُ قانِتونٌ (البقرة : 116 ، الروم : 26, taqdirnya : كُلُّ إنسَانٍ لهُ قانِتونٌ 

o    عِوَضٌ عَنِ الحَرْفِ : اللاَّحِقُ لِجَوَارٍ وَغوَاشٍ وَنحْوِهِمَا رَفعًا وَجَرًّا

Tanwin yang masuk pada isim bangsa mu’tal lam (manqus/naqis) ketika rofa dan jer

Contoh : مَرَرْتُ بجَوَارٍ, asalnya : بجَوَارِيْ

Alfiyyah,

وَذا اعْتِلالٍ مِنْهُ كالجَوَارِيْ      *    رَفْعًا وَجَرًّا أجْرِهِ كَسَارِيْ

o    عِوَضٌ عَنِ الجُمْلةِ : اللاَّحِقُ لِئِذ ْعِوَضًا عَنْ جُمْلـَةٍ تكُوْنُ بَعْدَهُ

Tanwin yang masuk pada lafadz إذ sebagai pengganti dari jumlah setelahnya.

Contoh :(- وَأنتـُمْ حِيْنئِذٍ تـَنظـُرُوْنَ. (الواقعة -٨٤, taqdirnya : وَأنتـُمْ حِيْنئِذ ْ بَلغـَتِ الرُّوْحُ الحُلقـُوْمَ تـَنظـُرُوْنَ

Alfiyyah,

وَألزَمُوْا إِضَافَة إلَى الجُمَلْ     *    حَيْثُ  وَ إذْ  وَإنْ يُنَوَّنْ يُحْتَمَلْ

3.    Alif Lam

Alif lam ada 2, yaitu :

a)    لِلتـَّعْرِيْف, terbagi 2 :

–    لِتـَعْرِيْفِ الجـِنسِ , ada 4 :

o    لِتـَعْرِيْفِ جـِنسِ الحَقِيْقـَةِ مِنْ حَيْثُ هِيَ

مَا أشَارَ إلي حَقِيْقـَةٍ مِنْ حَيْثُ هِيَ بقـَطعِ النـَّظرِ عَنْ عُمُوْمِهَا وَخُصُوْصِهَ

Artinya, Alif lam yang mengisyaratkan ma’na hakikat/esensi dengan konsekuensi mematahkan pemikiran dari keumuman dan kekhususannya (menjadi ma’na baru yang berasal dari umum dan khusus).

Contoh  : الإنسَانُ حَيَوَانٌ ناطِقٌ

o    لِتـَعْرِيْفِ جـِنسِ الحَقِيْقـَةِ فِيْ ضِمْنِ فرْدِ المُبْهَمِ :

مَا أشَارَ إلي حَقِيْقـَةٍ فِيْ ضِمْنِ فرْدِ المُبْهَمِ
 

Artinya, Alif lam yang mengisyaratkan ma’na hakikat dengan menyimpan afrod (sesuatu) yang tersirat (pada lafadz yng bersifat umum, berubah menjadi khusus dan kekhususannya adalah kekhususan yang dimaksud oleh pembicara)

Contoh : sabda Nabi Ya’qub ; إنـِّي أخافُ أنْ يَّأكُلـَهُ الذ ِّئْبُ

o    لِتـَعْرِيْفِ جـِنسِ الإسْتِغرَاقِ لِجَمِيْعِ الأفرَادْ :

مَا أشَارَ إلى كُلِّ أفرَادٍ ألـَّتِيْ يَتناوَلـُهَا اللـَّفظ ُبحَسَبِ اللـُّغةِ

Artinya, Alif lam yang mengisyaratkan ma’na seluruh afrod yang mencakup secara global dengan pertimbangan penggunaan bahasa.

Contoh : إنَّ الإنسَانَ لفِيْ خُسْرٍ

o    لِتـَعْرِيْفِ جـِنسِ الإسْتِغرَاقِ لِبعض الأفرَادْ :

مَا أشَارَ إلى كُلِّ أفرَادٍ  مُقيَّدًا

Artinya, Alif lam yang mengisyaratkan terhadap seluruh afrod, namun mempunyai batas cakupan (berqoyyid). (qoyyidnya adalah cakupan lafadz sebelumnya).

Contoh : جَمَعَ الرَّئِيْسُ الطـُّلاَّبَ

–    لِتـَعْرِيْفِ العَهْدِ , ada 3 :

o    لِتـَعْرِيْفِ عَهْدِ الذ ِّكْرِ : مَا تـَقدَّمَ ذِكْرُ مَصْحُوْبـِهَا صَرِيْحًا أوْ كِنايَةٍ

Artinya, Alif lam yang dibicarakan pertama beserta sesuatu yang mnyertai Alif lam, baik ketika konkrit (jelas) mapun Abstrak (samar).

Contoh : Konkrit > جَاءَ رَجُلٌ فأكْرَمْتُ الرَّجُلَ

Abstrak > (- إنـِّيْ نـَذرْتُ لكَ مَا فِيْ بَطنِيْ مُحَرَّرًا….ولـَيْسَ الذ َّكَرُ كَالأ ُنثـَى. (ال عمران٣٦

o    لِتـَعْرِيْفِ عَهْدِ الدِّهْنِ : مَا حَصَلَ ذِكْرُ مَصْحُوْبـِهَا فِيْ دِهْنِ المُخاطبِ

Artinya, Alif lam yang menghasilkan pembicaraan yang disertai dengannya dalam hati pembicara.

Contoh : (- إذ هُمَا فِي الغـَارِ. (التوبة –٤٠

o    لِتـَعْرِيْفِ عَهْدِ الحُضُوْرِ : مَا حَصَلَ ذِكْرُ مَصْحُوْبـِهَا فِي الحِسِّ وَالمُشَاهَدَةِ

Artinya, Alif lam yang menghasilkan pembicaraan yang disertai dengannya dalam jangkauan panca indera dan persaksian.

Contoh : ( اليَوْمَ أكْمَلتُ لكُمْ دِيْنـَكُمْ. (المائده : 3

b)    لِلزِّيَادَة, ada 4 :

    لِلزِّيَادَةِ اللاَّزِمَةِ .

Contoh : الـَّذِيْنَ، اللاَّتِ (إسم موصول)، الآنَ (ضرف زمان حاضر)، اللاَّتَ

Alfiyyah,

وَقدْ تـُزَادُ لازِمًا كاللاَّتِ                 *              وَالآنَ وَالـَّذِيْنَ ثـُمَّ اللاَّتِ

–    لِلزِّيَادَةِ لِلإضْطِرَارْ. (Darurat). Contoh : pada syair,

وَلقدْ جَنيْتـُكَ أكْمَؤًا وَعَشَاقِلا             *                  وَلقدْ نهَيْتـُكَ عَنْ بَناتِ الأوْبَرِ

رَأيْتـُكَ لَمَّا عَنْ عَرَفتَ وُجُوْهَنا          *    صَدَدْتَ وَطِبْتَ النـَّفسَ يَاقيْسُ عَنْ عَمْرٍو

Alfiyyah,

وَلِاضْطِرَارٍ كبَناتِ الأوْبَرِ                *             كذا وَطِبْتَ النـَّفسَ يَاقيْسُ السَّرِى

–    لِلزِّيَادَةِ لِلـَّمْحِ . (Melihat dari ma’na asal). Contoh : الحَارِثُ، الفـَضلُ

Alfiyyah,

وَبَعْضُ الأعْلامِ عَليْهِ دَخَلا           *      لِلـَمْحِ مَا قدْ كانَ عَنهُ نـُقِلا
   كالفـَضْلِ وَالحَارِثِ وَالنـُّعْمَانِ        *       فذِكرُ ذا وَحَذ ْفـُهُ سِيَّانِ 
   
–    لِلزِّيَادَةِ لِلغلـَبَةِ. (Mengungguli). Contoh : المَدِيْنـَة ُ، العَقبَة ُ

Alfiyyah,

وَقدْ يَصِيْرُ عَلمًا بالغَلبَة ْ            *         مُضَافٌ أوْ مَصْحُوْبٌ ألْ كالعَقبَة ْ

_____________________
Demikian pembahasan Bab Kalam Bagian 4, Tunggu Pembahasan Bab Kalam Bagian 5 di artikel selanjutnya.

Sumber : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat

Bab Kalam : Bagian 3 (قوله: وَأقسَامُهُ ثـَلاثـَة…….إلخ) “Fiil dan Huruf/Harf”

Bagian 3 ini merupakan pembahasan lanjutan dari Bagian 2.
2. FIIL
Yang akan dibahas dari fiil ada 4 :
A.        Pengertian Fiil
Etimologi : مَا دَلّ عَلى حَدَثٍ . Artinya, Sesuatu yang menunjukkan suatu pekerjaan
Terminologi :
كَلِمَة ٌ دَلـَّتْ عَلى مَعْنـًى فِيْ نـَفسِهَا وَاقتـُرِنـَتْ بزَمَانٍ وَضْعًا

Artinya, Kalimah yang menunjukkan ma’na dari dirinya sendiri disertai kaidah-kaidah zaman

Qowaaidul I’rob,

وَالفِعْلُ مَا دَلَّ عَلى مَعْنـًى يَقعْ
 * 
بأزْمَانٍ ثـَلاثةٍ قدِ اتـَّبَعْ         

B.        Hukum Fiil
Hukum fiil secara global adalah Mabni
Namun apabila dilihat secara terperinci, hukum fiil ada 2 :
          Mabni : Fiil Madhi dan Fiil Amar
          Mu’rob : Fiil Mudhore
Alfiyyah,
وَفِعْلُ أَمْرٍ وَبُنِيٍّ بُنِيَا
   *
وَأَعْرَبُوْا مُضَارِعًا إِنْ عَارِيَا
Syarat fiil Mudhore dihukumi mu’rob ada 2 :
          Kosong dari nun taukid. Contoh : يَنْصُرَنَّ
          Kosong dari nun jama muannas. Contoh : يَنْصُرْنَ
Alfiyyah,
وَأَعْرَبُوْا مُضَارِعًا إِنْ  عَارِيَا
*
وَأَعْرَبُوْا مُضَارِعًا إِنْ عَارِيَا
مِنْ نُوْنِ تَوْكِيْدٍ مُبَاشِرٍ وَمِنْ
*
نُوْنِ إنَاثٍ كَيَرُعْنَ مَنْ فُتِنْ
Fiil mudhore bisa dihukumi mu’rob, لمضارعه باسم الفاعل في السكنات والحركات. Karena fiil mudhore menyerupai isim dari segi tempatt sukun dan harakatnya.
Contoh : يكرم = مكرم
Alfiyyah,
وزينة المضارع اسم الفاعل         *   من غير ذى الثلاث كالمواصل
مع كسر متلوّ الآخر مطلقا           *             وغير ميم زائد قد سبقا
C.        Pencetak (Asal Muassal) Fiil
Ada 3 pendapat yang menyatakan mengenai asal muassal dari fiil (-), yaitu :
          Pendapat Ulama Bashroh, asal fiil adalah masdar
          Pendapat Ulama Kuffah, asal fiil adalah fiil madhi
          Pendapat Imam Mubarrod, asal muassal fiil adalah Fiil Mudhore
D.        Pembagian Fiil
Fiil terbagi 3 (dilihat dari segi zaman), yaitu :
          Fiil Madhi.
          Fiil Mudhore.
          Fiil Amar.
Imrithi,
أفعَالهُمْ ثـَلاثـَة ٌ فِي الوَاقِـعِ 
*
مَاضٍى وَفِعْلُ الأمْرِ وَالمُضَارِعِ
Identitas Fiil ada 4, yaitu :
1.    Wadhonya (penulisannya), dalam penulisannya, fiil tidak pernah kurang dari 3 huruf. Untuk penulisan maksimalnya, apabila mujarrod maksimal 4 huruf, apabila maziid maksimal 6 huruf.
Alfiyyah,
وَمُنْتَهَاهُ أرْبَعٌ إِنْ جُرِّدَا         
*
وَإنْ يُزَدْ فِيْهِ فَمَا سِتًّا عَدَا             
2.    Hukum fiil, yaitu mabni
3.    Ma’na fiil, yaitu iftiqoor : Butuh (terhadap fail).
4.    Tabiatnya (Karakterna) Fiil : بلا تأثر بالعامل . Tidak menerima masuknya amil.

 
3. HURUF
Yang akan dibahas dari Huruf ada 4, yaitu :
A.   Pengertian Huruf
Etimologi : مُطلـَقُ الطـًّرْفِ . Artinya, Akhir
Terminologi :
كَلِمَة ٌ دَلـَّتْ عَلى مَعْنـًى فِيْ غيْرِهَا
Artinya, kalimat yang menunjukkan ma’na lain
Qowaidul I’rob,
وَالحَرْفُ مَا دَلَّ عَلى مَعْنـًى يَقعْ
*
فِيْ غَيْرِهَا وَعَيْنِهَا قدِ انقـَطعْ  
B.    Hukum Huruf
Hukum dari huruf adalah mabni secara MUTLAK.
Alfiyyah,
وكُلُّ حرفٍ مثسْتَحِقٌّ لِلْبِنَا       
*
وَالاصْلُ فِي المَبْنِيِّ أنْ يُسَكَّنَا
Mabni pada huruf terbagi 4, yaitu :
          Mabni Fathah. Contoh : أين
          Mabni Kasroh. Contoh :أمسِ
          Mabni Dhommah. Contoh : حيثُ
          Mabni Sukun. Contoh : كمْ
Alfiyyah,

ومنه ذو فتح وذو كسر وضمّ   *  كأين أمسِ حيثُ والساكن كمْ
C.    Pencetak (Asal Muasal) Huruf

Shighotnya masdar bina shohih dari tsulatsi mujarrod bab pertama, tasrifannya حرف يحرف حرفا

D.   Pembagian Huruf
Huruf terbagi 3, yaitu :

          Makhsus bil Ism, yaitu huruf jer
          Makhsus bil fi’li, yaitu amil nawasib dan amil jawaazim
          Musytarok (Boleh) antara Isim dan Fiil, yaitu Huruf Istifham dan Huruf Athof
Alfiyyah,

سِوَاهُمَا الحَرْفُ كَهَلْ وَفِي وَلَمْ
*
فِعْلٌ مُضَارِعٌ يَلِيْ لَمْ كَيَشَمْ
Identitas Huruf ada 4, yaitu :
1.    Wadhonya (penulisannya) huruf, dalam penulisannya, huruf tidak pernah lebih dari 2 huruf
2.    Hukumnya huruf yaitu Mabni secara Mutlak (tidak muqoyyad)
3.    Ma’nanya Huruf, yaitu Iftiqoor : Butuh (terhadap Madkhul)
4.    Tabiatnya (karakteristiknya) huruf, yaitu بلا تأثر بالعامل. Tidak menerima masuknya amil.
________________________
Demikian pembahasan Bab Kalam Bagian 3, Tunggu Pembahasan Bab Kalam Bagian 4 di artikel selanjutnya.

sumber  : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat

Biografi : Jabir Ibn Hayyan

Jabir ibn Hayyan adalah ahli kimia, farmasi, fisika, filosof, dan astronomi yang hidup pada abad ke-7. Dia telah mampu mengubah persepsi berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi menjadi sains yang dapat dimengerti dan dipelajari oleh manusia. Penemuan-penemuan di bidang kimia juga menjadi landasan bagi perkembangan ilmu kimia dan tenik kimia modern saat ini.

Jabir adalah ilmuwan yang menemukan asam klorida, asm nitrat, asam asetat, teknik distilasi, dan teknik kristalisasi. Dia juga menemukan larutan aqua regia, hasil penggabungan asam klorida dan asam nitrat untuk melarutkan emas.

Jabir mampu mengaplikasikan kemampuannya dibidang kimia ke dalam proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia juga mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada
pembuatan gelas kaca. Bahkan, dialah orang pertama yang mencatat bahwa pemanasan

anggur akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.

Jika kita mengetahui kelompok metal dan non-metal dalam penggolongan kelompok senyawa, maka lihatlah apa yang pertama kali dilakukan Jabir. Dia mengajukan tiga kelompok senyawa berikut :

1.Spirit, yang menguap ketika dipanaskan, seperti campor arsen, dan ammonium klorida.
2.Metal, seperti emas, perak, timbal, tembaga dan besi.
3.Stones yang dapat dikonversi menjadi bentuk serbuk.

Pada abad pertengahan, penelitian-penelitian Jabir tentang kimia diterjemahkan kedalam bahasa latin dab menjadi buku teks standar untuk para ahli kimia di Eropa. Beberapa diantaranya adalah kitan Al-Kimya yang diterjemahkan pada 1144 dan Al-Sab’een yang edisi terjemahanya terbit pada 1187.

Salah satu pernyataannya yang paling terkenal adalah: “The first essential in chemistry, is that you should perform practical work and conduct experiments, for he who performs not practical work nor makes experiments will never attain the least degree of mastery.”

Beberapa tulisan Jabir juga diterjemahkan oleh Marcelin Berthelot ke dalam beberapa buku, yaitu Book of the kingdom, Book of the Balances, dan Book of Eastern Mercury. Beberapa istilah teknik yang ditemukan dan digunakan oleh Jabir juga telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah di dunia internasional, misalnya istilah “alkali”, dan lain-lain.

Bab Kalam : Bagian 2 (قوله: وَأقسَامُهُ ثـَلاثـَة…….إلخ) “Isim”

Bagian 2 ini merupakan pembahasan lanjutan dari Bagian 1.

 Wawu pada lafadz وأقسامه disebut واو إستئناف بيانى , yaitu مَا صَحَّ وُقُوْعُهَا جَوَابًا عَنْ سُؤَالٍ مُقَدَّرٍ, artinya wawu yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan yang dikira-kirakan.

Hal ini dikarenakan sebelumnya kita membahas tentang pengertian kalam. Berdasarkan kebiasaan, setelah pengertian dari sebuah hal (dalam hal ini, kalam), maka akan dibahas pembagiannya. Maka secara tidak langsung, dalam pentaqdirannya terdapat pertanyaan yang mempertanyakan pembagian dari hal tersebut (pembagian kalam). Maka wawu ini berfungsi sebagai perantara yang menandakan sebuah pertanyaan sebelumnya.

Bahan Kalam seluruhnya ada 3 :
1.    Isim
2.    Fiil
3.    Huruf


لاسْمٍ وَفِعْلٍ ثمَّ حَرْفٍ تـَنقسِمْ        *    وَهَذِهِ ثـَلاثـُهَا هِيَ الكـَلِمْ       

1.    ISIM
Yang akan dibahas dari Isim ada 4 :
A.    Pengertian Isim
Etimologi : مَا دَلَّ عَلى مُسَمًّى . Artinya, Sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang dinamai
Terminologi :

كَلِمَة ٌ دَلـَّتْ عَلى مَعْنـًى فِيْ نـَفسِهَا وَلمْ تـُقتـَرَنْ بزَمَانٍ وَضْعًا

Artinya, Kalimah yang menunjukkan ma’na dari dirinya sendiri tanpa disertai kaidah zaman.

Qowaidul I’rob,

فالإسْمُ مَا دَلَّ عَلى مَعْنًى يَقعْ       *    بأزْمَانٍ ثـَلاثـَةٍ قدِ انـْقـَطعْ        

B.    Hukum Isim
Hukum Isim secara global adalah Mu’rob

Alfiyyah,

وَمُعْرَبُ الأَسْمَآءِ مَا قَدْ سَلِمَا    *    مِنْ شَبَهِ الحَرْفِ كاَرْضٍ وَسُمَا

Namun, apabila dilihat secara terperinci, hukum isim ada 2 :
–    Mu’rob : مَا لاَ يُشْبِهُ الحَرْفَ : Isim yang tidak menyerupai huruf
–    Mabni : مَا يُشْبِهُ الحَرْفَ : Isim yang menyerupai huruf
Alfiyyah,

وَالإسْمُ مِنْهُ مُعْرَبٌ وَمَبْنِىْ    *    لِشَبَهٍ مِنَ الحُرُوفِ مُدْنِىْ

Isim yang dihukumi mabni ada 6, yaitu
–    Isim Dhomir
–    Isim Isyaroh
–    Isim Istifham
–    Isim Syarat
–    Isim Fiil
–    Isim Maushul

Dalam menyerupai huruf, dari isim mabni tersebut terbagi kepada 4 bagian :
–    Menyerupai Isim dari segi wadho (penulisannya) : Isim Dhomir (karena jumlah hurufnya minim seperti huruf, mayoritas hanya 1 -3 huruf saja).
–    Menyerupai Isim dari segi ma’na (Arti) : Isim Isyaroh, Isim Istifham, Isim Syarat (Karena arti dari isim-isim tersebut tidak sempurna seperti halnya huruf).
–    Menyerupai Isim dari segi niyaabah (Penggantian) : Isim Fiil (Isim fiil sendiri mempunyai arti yang berasal dari kalimah lain, seperti halnya huruf).
–    Menyerupai Isim dari segi Iftiqoor (Kebutuhan) : Isim Maushul (Karena isim mausul membutuhkan shilah seperti halnya huruf yang membutuhkan madkhul/yang dimasuki huruf tersebut).

Alfiyyah,           
  
 كالشبه الوضعيِ فى اسمي جئتنا       *   والمعنوي فى متى وفى هنا 
وكنيابة عن الفعل بلا                    *           تأثر وكافتقار أوصلا                


             

C.   Pencetak (Asal Muasal) Isim
Ada 2 pendapat ulama yang menyatakan asal muasal dari kalimat isim, yaitu :
a)    Ulama Bashroh
–    Shigotnya adalah masdar dari fiil bina naqis wawu ban pertama tsulatsi mujarrod
–    Ma’nanya العلوُّ والارتفاع , Tinggi
–    Tasrifannya سمى يسمو سموًا
b)    Ulama Kuffah
–    Shigotnya adalah Masdar dari fiil bina mitsal wawu bab kedua tsulatsi mujarrod
–    Ma’nanya العلامة , Ciri
–    Tasrifannya وسم يسم سمة ووسماً
Apabila dipilih dari kedua pendapat tersebut, yang paling bagus adalah pendapat ulama bashroh. Hal ini didasarkan pada 2 sebab, yaitu :
–     Ketika Jama’
•    Bashroh : أسماء
•    Kuffah : اوسام
–    Ketika Tasghir
•    Bashroh : سُمَيٌّ
•    Kuffah : وُسَيْمٌ
Dari klarifikasi tersebut, yang sering kita jumpai dalam penggunaannya dalam bahasa arab adalah ulama basroh.

Alfiyyah,

واستقَّ الإسْمَ مِنْ سَمَا البِصْرِيُّ          *        وَاسْتَقَّهُ مِنْ وَسَمَ الكُوْفِيُُّّ
 فَالمَذْهَبُ المُقَدَّمُ الجَلِيُّ                      *         دَلِيْلُهُ الأسْمَاءُ وَالسُّمَيُّ                   
      

D.    Pembagian Isim
Isim terbagi 3 :
#    Isim Dzohir
Pengertiannya,

مَا دَلَّ عَلى مُسَمَّاهُ بلا قـَيْدِ تَكَلـُّمٍ أوْ غائِبٍ أوْ خِطابٍ

Artinya, Isim yang menumjukkan sesuatu yang dinamai tanpa menggunakan qoyyid mutakallim, ghoib, dan mukhottob (tanpa kata ganti, langsung kalimat aslinya).
Isim Dzohir terbagi 2
–    Isim Shorih, مَا لاَ يَحْتَاجُ إلَى تَأْوِيْلٍ فِى كَوْنِهِ اسْمًاً , Isim yang tidak membutuhkan penta’wilan (penjelasan) dalam menunjukkan status keisimannya. Contoh : زيدٌ
–    Isim Muawwal Bissorih, مَا يَحْتَاجُ اِلَى تَأْوِيْلٍ فِى كَوْنِهِ اسْماً , Isim yang membutuhkan penta’wilan (penjelasan) dalam menunjukkan status keisimannya. Contoh : أعجب أن يشربَ زيدٍ العسلَ

أن يشربَ Merupakan isim yang harus dijelaskan keisimannya, karena secara lafadz adalah fiil mudhore. Namun ternyata secara ma’na, أن يشربَ adalah isim, yaitu شربَ (masdar). Yang menyebabkan fiil mudhore berubah menjadi isim muawwal bissorih adalah أن مصدريّة.

#    Isim Dhomir
Pengertiannya,

مَا دَلَّ عَلى مُسَمَّاهُ بقـَيْدِ تَكَلـُّمٍ أوْ غائِبٍ أوْ خِطابٍ

Artinya, Isim yang menunjukkan sesuatu yang dinamai dengan menggunakan qoyyid Mutakallim, ghoib dan mukhottob (Menggunakan kata ganti).

  كأنتَ وَهُوَ سَمِّ بالضَّمِيْرِ   *      فمَا لِذِيْ غَيْبَةٍ أوْ حُضُوْرِ

Isim dhomir terbagi 2 :
–    Domir Muttasil

مَا لا يُبْتـَدَءُ بهِ وَلا يَقـَعُ بَعْدَ إلاَّ فِي الإخْتِيَارِ

Artinya, Isim dhomir yang tidak bisa menjadi awal kalam dan tidak pernah jatuh setelah lafadz الا , terkecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan.
Contohnya (dalam syair) :

وما نبالي إذا ما كنت جارتنا * الا يجاورنا إلّا ك دايار

Alfiyyah,

وَذو اتـِّصَالٍ مِنهُ مَا لا يُبْتدَا           *    وَلا يَلِيْ إلاّ اخْتِيَارًا أبَدَا 
       

•    Dhomir tidak bisa dijadikan awal kalam لأنَّ المُتَّصِلَ لاَ يَكُوْنُ اِلاَّ بَعْدَ المُتَّصَلِ بِهِ, karena yang menempel itu pasti terdapat setelah sesuatu yang ditempeli.
•    Dhomir tidak bisa jatuh setelah lafadz الا yaitu,  , لان ما بعد الا لايكون الامستثنى، والمستثنى هو مفعول دون، والاصل فى المفعول ان ينفصل , karena kalimat yang jatuh setelah lafadz الا harus berupa mustasna, sedangkan mustasna disebut juga maf’ul duuna, yang mana seluruh maf’ul itu asalnya adalah infishol/terpisah.

Alfiyyah,

وَالأصْلُ فِىْ الفَاعِلِ أنْ يَتَصِّلَ     *    وَالأصْلُ فِىْ المَفْعُوْلِ اَنْ يَنْفَصِلَ

Dhomir muttashil terbagi 2 :
•    Baariz : مَا لهُ صُوْرَة ٌ فِي اللَّفظِ , artinya, dhomir yang lafadznya tergambar ( terlihat/konkrit). 
Contoh : نصَرْتَ
•    Mustatir: -, artinya, dhomir yang lafadznya tidak tergambar (tidak terlihat/abstrak).
 

Mustatir terbagi 2 :
–    Jawaaz : مَا يَحِلُّ مَحَلـَّهُ الظـَّاهِرُ , artinya dhomir yang bisa diganti kedudukannya dengan isim dzohir. Ada 4 tempat :
    فعل ماضى وقوع مُفرَدْ مُذكَّرْ غائِبْ. Contoh : نصَرَ
    فعل ماضى وقوع مُفرَدَة ْ مُؤنـَّثة ْغائِبَة. Contoh : نصَرَتْ
    فعل مضارع وقوع مُفرَدْ مُذكَّرْ غائِبْ. Contoh : يَنصُرُ
    فعل مضارع وقوع مُفرَدَة ْ مُؤنـَّثة ْغائِبَة. Contoh : تـَنصُرُ
 

–    Wujuub : مَا لا يَحِلُّ مَحَلـَّهُ الظـَّاهِر , artinya dhomir yang tidak bisa diganti kedudukannya dengan isim dzohir. Ada 4 tempat
      فعل مضارع وقوع مُفرَدْ مُذكَّرْ مُخَاطبْ, contoh : تـَنصُرُ
    فعل مضارع وقوع مُتكَلـِّمْ وَحْدَهْ, contoh : أنصُرُ
    فعل مضارع وقوع مُتكَلـِّمْ مَعَ الغيْر, contoh : نـَنصُرُ
    فعل أمر وقوع مُفرَدْ مُذكَّرْ مُخَاطبْ, contoh : أنصُرْ
 

Selain itu ada 5 tempat lagi, yaitu :
    إسم فعل أمر, contoh : صه
    إسم فعل مضارع, contoh : أوه
    فعل إستثناء, contoh : خلا، عدا، حاش
    أفعل تفضيل, contoh : أفعل
    فعل تعجب, contoh : ما أجمل زيدا

Alfiyyah,

وَمِنْ ضَمِيْرِ الرَّفعِ مَا يَسْتـَتِرُ       *      كافعَلْ أوَافِقْ نَغْتـَبـِط ْإذ ْتـَشْكـُرُ
وَسَتْرُ مَرْفُوْعٍ بِأَمْرٍ خُتِمَا            *         وَدُوْنَ يَا مُضَارِعٍ وَاسْمَيْهِمَا 
وَفِعْلُ   الإِسْتِثْنَاءِ     وَالتَعَجُبِ     *     وَأَفعَالُ التَفْضِيْلِ  فاَحْفَظْ  تُوْجِبِ        

Dhomir muttasil mempunyai 3 mahaal (tempat i’rob) :
o    Mahal Rofa : Jadi Fail/Naibul Fail. Contoh : نَصَرَ / نُصرَ
o    Mahal Nashob : Jadi Maf’ul bih/ isim إنّ. Contoh : ضربه / إنّه
o    Mahal Jer : Jadi Mudof Ileh/ Jer Majrur. Contoh : غلامه / بِهِ

Alfiyyah,

لِلرَّفعِ وَالنـَّصْبِ وَجَرِّ نا صَلحْ   *    كاعْرِفْ بنا فإنـَّنا نِلنا المِنـَحْ

–    Dhomir Munfashil

مَا يُبْتـَدَءُ بهِ وَيَقـَعُ بَعْدَ إلاَّ

Artinya, Dhomir yang bisa terletak diawal kalam dan bisa jatuh setelah lafadz الا. Contoh : هُوَ

Dhomir munfashil mempunyai 2 mahal i’rob :
o    Mahaal Rofa’. Contoh : هُوَ، هُمَا، هُمْ، هِيَ، هُمَا، هُنَّ، أنتَ، أنتُمَا، أنتـُمْ، أنتِ، أنتـُمَا، أنتـُنَّ، أنا، نـَحْنُ

Alfiyyah,

وَذو ارْتِفاعٍ وَانفِصَالٍ أنا هُوْ     *       وَأنتَ وَالفـُرُوْعُ لاتـَشْتبـِهُ

o    Mahal Nashob. Contoh : إيَّاهُ، إيَّاهُمَا، إيَّاهُمْ، إيَّاهَا، إيَّاهُمَا، إيَّاهُنَّ، إيَّاكَ، إيَّاكُمَا، إيَّاكُمْ، إيَّاكِ، إيَّاكُمَا، إيَّاكُنَّ، إيَّايَ، إيَّانا

Alfiyyah,

وَذو انـْتِصَابٍ فِي انفِصَالٍ جُعِلا   *     إيَّايَ وَالتـَّفرِيْعُ ليْسَ مُشْكِلا

#    Isim Mubham
مَا ليْسَ بظاهِرٍ وَلا مُضْمَرٍ. Artinya, Isim selain isim dzohir dan dhomir

Isim Mubham ada 2 :
–    Isim Isyaroh :   مَا دَلَّ عَلى مُعَيَّنٍ بإشارة حسّيّة .
Isim yang menunjuk terhadap sesuatu yang ditentukan dengan menngunakan isyarat panca indera.
Contoh : ذا، ذان، أولاء، تا، تان، أولاء
–    Isim Maushul : مَا دَلَّ عَلى مُعَيَّنٍ بوَاسِطةِ جُمْلـَةٍ أوْ شِبْهِهَا تـُذكَرُ بَعْدَهُ تـُسَمَّى صِلـَة
Isim yang menunjukkan terhadap sesuatu yang ditentukan dengan perantara jumlah/syibeh (yang menyerupai jumlah) yang akan jatuh disebut setelah maushul yang disebut sebagai shilah.
Contoh : الـَّذِيْ، الـَّذان، الـَّذِيْنَ، الـَّتِيْ، الـَّتان، اللاَّءِ، اللاَّتِ،……إلخ

Identitas isim ada 4, yaitu :
1.    Wadho’nya (penulisannya) : Penulisan isim tidak kurang tersusun dari 3 huruf. Apabila mujarrod maksimal hingga 5 huruf, apabila maziid hingga 7 huruf.
Bentuk wazan isim terbagi 3 :
–    Isim tsulatsi, ada 12 wazan, yaitu :

فـَعْلٌ فـَعَلْ فـَعُلْ فـَعِلْ فِعْلٌ فِعِلْ      *      فِعُلْ فِعَلْ فـُعْلٌ فـُعُلْ فـُعَلْ فـُعِلْ
فَلْسٌ فَرَسْ عَدُدْ كَبِضْ عِلْمٌ اِبِلْ     *    حِبُكْ عِنَبْ كُفْلٌ عُنُقْ صُرَدْ دُئِلْ

Alfiyyah,

وَمُنْتَهَى اسْمٍ خَمْسٌ إنْ تَجَرَّدَا      *         وَإنْ يُزَدْ فِيْهِ فَمَا سَبْعًا عَدَا
وَغَيْرَ آخِرِ الثُلاَثِى افتَحْ وَضُمْ     *    وَاكْسِرْ، وَزِدْ تَسْكِيْنَ ثاَنِيْهِ تَعُمْ

–    Isim Ruba’i, ada 6 wazan, yaitu :
•    فَعْلَلٌ
•    فِعْلِلٌ
•    فِعْلَلٌ
•    فُعْلُلٌ
•    فِعَلٌّ
•    فُعْلَلٌ
–    Isim Khumasi, ada 4 wazan, yaitu :
•    فـَعَلـَّلٌ
•    فـَعْلـَلِلٌ
•    فـُعَلـِّلٌ
•    فِعْلـَلٌّ

Alfiyyah,

لاِسْمٍ مُجَرَّدٍ رُبَاعٍ فَعْلَلُ      *                 وَفِعْلِلٌ وَفِعْلَلٌ وَفُعْلُلُ
 فَمَعْ فَعَلَّلٍ حَوَىْ فَعْلَلِل        *          وَمَعْ فِعَلٍّ فُعْلَلٍ، وَإنْ عَلاَ
كَذاَ فُعَلِّلٌ وَفِعْلَلٌ، وَمَا         *       غَايَرَ لِلزَّيْدِ أَوِ النَقْصِ انْتَمَىْ   

2.    Hukumnya : Mu’rob
3.    Ma’nanya : غنيّ. Artinya,  Kaya Ma’na
4.    Tabiatnya (wataknya) : تأثر بالعامل . Artinya, Menerima masuknya amil.


___________________
Demikian pembahasan Bab Kalam Bagian 2, Tunggu Pembahasan Bab Kalam Bagian 3 di artikel selanjutnya.


sumber  : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat