Muqoddimah : Lanjutan Mabahits Basmalah (Tarkibnya lafadz الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ)

Tarkib Lafadz  الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ adalah sifat/na’at dari lafadz Allah. الرَّحْمَنِ merupakan sifat yang pertama, الرَّحِيْمِ merupakan sifat yang kedua. 

Hukum pada sifat ada 2 :

1.    Wajib itba’(Mengikuti), maksudnya :


–    Apabila mausuf rofa, maka sifat juga harus rofa
–    Apabila mausuf nashob, maka sifat juga harus nashob
–    Apabila mausuf jer, maka sifat juga harus jer


Tempat wajib itba adalah ketika mausuf ( yang disifati) butuh untuk disifati.

Lafadz  الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ tidak wajib itba’ terhadap lafadz Allah, karena Allah pada hakikatnya tidak butuh untuk disifati. Namun, kitalah yang menyifatinya sebagai rasa penghambaan kita kepada-Nya.

Syekh Ibnu Malik bernadzom,


وإنْ نُعُوْتٌ كثُرَتْ وَقَدْ تَلَتْ    *     مُفْتَقِرًا لِذِكْرِهِنَّ أُتْبِعَتْ


2.    Boleh itba’ (Mengikuti), boleh Qotho’ (Putus)


Tempatnya adalah ketika mausuf butuh untuk disifati

Syekh Ibnu Malik dalam Nadzomnya,


وَاقْطَعْ أوْ أتْبِعْ إنْ يَكُنْ مُعَيّنَا   *    بِدُوْنِهَا أوْ بَعْضَهَا اقْطَعْ مُعْلِنَا


Dikarenakan lafadz Allah tidak butuh untuk disifati, maka lafadz  الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ boleh itba dan boleh qotho’.

I’rob untuk Qotho ada 2 :

1.    Rofa’, dibaca بسم الله الرّحمنُ الرّحيمُ, tarkibnya  الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ adalah menjadi khobar dari mubtada yang dibuang, taqdirnya بسم الله هو الرحمنُ هو الحيمُ

Dalam Alfiyyah dinadzomkan,


وَحَذْفُ مَا يُعْلَم ُجَائِزٌ كَمَا     *    تَقُوْلُ زُيْدٌ بَعْدَ مَنْ عِنْدَ كُماَ


“Boleh hukumnya untuk membuang mubtada, contohnya kalimat زُيْدٌ setelah ditanyakan مَنْ عِنْدَ كُماَ.

2.    Nashob, dibaca بسم الله الرّحمنَ الرحيمَ , tarkibnya  الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ adalah menjadi maf’ul bih dari fiil dan fail yang dibuang, taqdirnya بسم الله أمدح الرّحمنَ أمدح الرحيمَ

Alfiyyah menjelaskan,

وَيُحْذَفُ النـَّاصِبُهَا إنْ عُلِمَا      *      وَقَدْ يَكُوْنُ حَذْفُهُ مُلْتَزَمَا

“Terkadang diperbolehkan bagi kita untuk membuang fiil dan fail dari sebuah maf’ul bih.”



Nadzom Alfiyyah tentang pembagian i’rob qotho’,


    وَارْفَعْ أوِ انْصِبْ إنْ قَطَعْتَ مُضْمِرَا    *     مُبْتَدَأ أوْ نَاصِبًا لَنْ يَظْهَرَا


“Rofakanlah atau Nashobkanlah apabila dalam keaadaan qotho dengan mentaqdirkan mubtada dan Fiil fail,”




Qotho terbagi 2 :


1.    Qoth’ul Jam’i, menghasilkan 4 bentuk pembacaan


2.    Qoth’ul Ba’di, menghasilkan 4 bentuk pembacaan

Jadi, cara pembacaan – secara keseluruhan klasifikasi terdapat 9 bentuk, yaitu :

1.    Qoth’ul Jam’i (4 bentuk)  :

بسم الله الرّحمنُ الرّحيمُ

بسم الله الرّحمنُ الرّحيمَ

بسم الله الرّحمنَ الرحيمَ

بسم الله الرّحمنَ الرحيمُ

 

2.    Qoth’ul Ba’di (4 bentuk)  :

بسم الله الرّحمنِ الرّحيمُ

بسم الله الرّحمنِ الرّحيمَ


بسم الله الرّحمنَ الرّحيمِ


بسم الله الرّحمنُ الرّحيمِ

3.    Wajib Ithba’ (1 bentuk), yaitu  بسم الله الرّحمنِ الرّحيمِ

Namun, ada dua bentuk pembacaan yang tidak perbolehkan. Tempatnya adalah Ketika ithba’ setelah Qotho’, yaitu :


بسم الله الرّحمنَ الرّحيمِ


بسم الله الرّحمنُ الرّحيمِ


Hal ini disebabkan sebuah qowaid menyatakan,


لا يجوز الفصل بين العامل ومعموله بأجنبيّ


Amil dan ma’mul todak boleh terpisah oleh bentuk-bentuk ajnabi ( jumlah, dkk)


Nadzom,


إن يُنْصَبِ الرّحْمنُ أوْ يُرْتَفعَ      *    فَالجَرّ فِى الرّحيم ِقطعاً مُنِعاَ
        
 وَإنْ يُجَرّ فَأجِزْ فِى الثـَّانِى        *     ثَلاَثةَ الأوْجُهِ خُذ بَيَانِى 
وَجْهاَنِ مِنها فادْرِ هذا واستمع    *     فهذه تضمّنت تسعاً مُنِعْ




_________________________________________

Demikian penjelasan mengenai Lafadz بسم الله الرحمن الرحيم , semoga bermanfaat,,,, ^_^

Selanjutnya akan dibahas mengenai الكلام , tetap semagat dan tunggu posting selanjutnya,,,,


sumber  : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat

Materi Diskusi : Perfilman Indonesia dalam Pendidikan Karakter

PERFILMAN INDONESIA DALAM  PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh : Laily Febri Ramadhaningrum*

 


  Menjamurnya perfilman Indonesia sekarang ini, disatu sisi menjadi kabar yang menggembirkan. Hal itu bisa kita lihat di papan reklame bioskop-bioskop yang lebih banyak didominasi film dalam negeri dari pada film import. Tapi disisi lain, banyak yang mengatakan jika film dalam negeri telah memberikan pengaruh besar dalam pembentukan karakter masyarakat. Benarkah demikian? Dan apakah perfilman Indonesia memiliki pengaruh yang positif dengan pendidikan Nasional?

     Salah satu dari sekian banyak hiburan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan karakter seseorang yaitu film. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya reaksi spontan penonton saat menikmati film yang di tontonnya. Secara reflek mereka dapat tertawa ketika melihat adegan lucu, menangis ketika melihat adegan yang melankonis, dan bahkan bisa marah ketika menyaksikan tindak kekejaman dan penganiayaan.
 

    Saat  ini, Perfilman Indonesia berkembang lebih pesat lagi, dimana banyaknya film Indonesia yang ditampilkan di bioskop Indonesia. Memang tema horror, sex, dan komedi masih mendominasi film-film Indonesia pada saat ini, tetapi di samping itu, mereka mampu menampilkan banyak film yang berkualitas seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Perempuan Berkalung Surban, dan yang masih hangat-hangatnya yaitu film Habibi & Ainun. Kehadiran film seperti ini ternyata tidak  hanya menyajikan adegan kekerasan, sex, dan horror, tetapi film yang berbau edukatif dan religius.

    Film yang bermutu yaitu film-film yang mampu menyajikan cerita yang bisa dikonsumsi oleh semua kalangan, dimana film tersebut dapat menjadi inspirasi banyak orang,mampu memberikan pencerahan,dan juga mampu membentuk karakter bangsa. Apalagi sekarang ini pemerintah telah menetapkan kurikulum 2013 yang didalamnya bermuatan karakter, maka kehadiran film yang bermutu tersebut bisa memberikan pengaruh pada pembentukan karakter bangsa. Selain itu, dapat dijadikan sebagai refrensi di sekolah, misalanya untuk mendukung mata pelajaran agama, untuk pendidikan karakter anak di sekolah, misalnya Sang Pencerah dan Laskar Pelangi.

     Disamping bermunculannya film-film yang menginspirasi dan mendidik pun masih banyak film-film yang kurang mendidik. Seperti contoh film horror yang hanya menonjolkan sisi-sisi pornografi. Film-film seperti ini dapat memberikan pengaruh buruk bagi para penontonnya. Selain sisi pornogafi yang tertuang pada film horor juga didalamnya terdapat adegan kekerasan dan keberadaan hantu-hantu yang menyeramkan, yang dimana dari hal tersebut dapat menciptakan rasa takut bagi penontonnya, bahkan juga dapat memunculkan fobia tersendiri. Hal itu perlu diwaspadai karena bisa jadi fobia tersebut membekas bertahun-tahun dalam hidup seseorang.

    Penelitian National Institute of Mental Health di Amerika menyatakan, tayangan film horor berdampak buruk bagi kejiwaan seseorang, diantaranya perubahan perilaku seperti kecemasan, ketakutan berkepanjangan, fobia, percaya tahayul dan mimpi buruk. Isi film horor yang sebagian besar kekerasan dan kejahatan berdarah, dapat membuat anak-anak dan remaja terobsesi meniru, yang cenderung membahayakan diri sendiri dan orang lain, tuturnya.

_______________________________________
*Penulis adalah Mahasiswa Kimia UIN Maliki Malang Angkatan 2012. Penulis juga merupakan kader dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Link : Grup FB Chem-PMII

Muqoddimah : Lanjutan Mabahits Basmalah (Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله )

Sebelum kita membahas tentang Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله , terlebih dahulu kita harus mengerti seputar pengetahuan tentang idhofah, meliputi : Pengertian Idhofah, Tujuan Idhofah, Syarat-syarat komponen idhofah, dan Klasifikasi Idhofah.

1. Pengertian Idhofah

Idhofah yaitu,

نِسْبَةٌ تَقْيِيْدِيَّةٌ بَيْنَ الشـّيْئَيْنِ تُوْجِبُ لِثَانِيْهِمَا الْجَرَّ أَبَدًا 

“Hubungan taqyidiyyah (bukan hukmiyyah) diantara dua isim yang mewajibkan terhadap ism yang kedua untuk jer selamanya”

Atau,

ضَمُّ اسْمٍ اِلَى اسْمٍ بِقَصْدِ تَخْصِيْصِهِ اَوْ تَعْرِيْفِهِ 

“Mengumpulkan isim terhadap isim yang lainnya dengan maksud untuk takhsis atau ta’rif”

Contoh : غلام زيدٍ . lafadz غلام merupakan isim yang pertama, dan زيدٍ merupakan isim yang kedua.

Isim yang pertama disebut Mudhof, dan Isim yang kedua disebut Mudhof Ileh.

2. Tujuan Idhofah

a). Takhsisإذَا كَانَ المُضَافُ إِلَيْهِ مُنَكرًا , yaitu ketika mudhof ilehnya berupa isim nakiroh.
   
      contoh : غلام رجلٍ

b). Ta’rif  : إذَا كَانَ الْمُضَافُ إِلَيْهِ مُعَرَّفاً , yaitu ketika mudhof ilehnya berupa isim ma’rifat

     contoh : غلام زيدٍ 

3. Syarat-syarat komponen Idhofah (Mudhof dan Mudhof Ileh)

a).  Syarat Mudhof : شَرْطُ المُضَافِ أنْ يَكُوْنَ خَالِيًا مِنَ التَّعْرِيْفِ وَالتَنْوِيْنِ

     “Syarat Mudhof yaitu tidak boleh dimasuki Alif lam maupun Tanwin (berikut nun talil i’rob)”

Mudhof harus kosong dari  tanwin karena,

 لأِنَّ الإضَافة تُفِيْدُ التَّعْرِيْفَ أوِ التَّخْصِيْصَ، وَالتَّنْوِيْنُ يُفِيْدُ التَّنْكِيْرَ. التَّعْرِيْفُ وَالتَّنْكِيْرُ ضِدَّانِ، وَالضِّدَّانِ لايَجْتَمِعَانِ. 

“Idhofah berfaidah untuk mema’rifatkan dan mentakhsiskan, dan tanwin berfaidah untuk menakirohkan. sedangkan ma’rifat dan nakiroh itu berlawanan, sedangkan yang berlawanan tidak akan pernah bersatu”

Mudhof harus kosong dari alif lam, karena alif lam merupakan alat untuk mema’rifatkan, dan idhofah juga merupakan alat untuk mema’rifatkan. Apabila keduanya bergabung menjadi rancu dan berlebihan, maka cukup sekiranya apabila sudah ada idhofah, tidak perlu digunakan alif lam yang fungsinya sama.

b). Syarat Mudhof Ileh : شَرْط ُالمُضَافِ إلَيْهِ أنْ يَكُوْنَ مُخَيَّرًا بَيْنَ التَّعْرِيْفِ وَالتَّنْوِيْنِ

     “Syarat Mudhof ileh yaitu harus memilih antara alif lam dan tanwin”
  
     Contoh : Tanwin > غلام رجلٍ, Alif lam > غلام الرجل

Syekh Ibnu Malim dalam Nadzomnya

شَرْطُ المُضَافِ أنْ يَكُوْنَ خَالِيًا    *    مِنْ ألْ وَالتَّنْوِيْنِ تَكُوْنُ سَاوِيًا
مُخَيَّرًا بَيْنَ التَّعْرِيْفِ وَالتَّنْوِيْنِ   *    وَالمُضَافُ إلَيْهِ شَرْطُ مَا قُرِنْ


4. Pembagian (Klasifikasi) Idhofah

a). Idhofah Mahdoh (Ma’nawi). contoh :

b). Idofah Ghoir Mahdoh (Lafdzi). contoh :

Dalam Alfiyyah dijelaskan :

وَذِي الإضَافَة ُاسْمُهَا لَفْظِيَّة ْ    *    وَتِلْكَ مَحْضَة ٌوَمَعْنَوِيَّة ْ

A. Idhofah Mahdoh (Ma’nawi)
    
Ciri-ciri Idhofah mahdoh ada 3, yaitu :

–  Mengandung ma’na مِنَ  yaitu,  إذا كَانَ المُضَافُ جُزْءً مِنَ المُضَافِ إليْهِ
  
   Contoh :  ثَوْبُ خَاجٍ. artinya baju dari sutra

– Mengandung ma’na في yaitu, إذا كَانَ المُضَافُ مَظْرُوْفاً بالمُضَافِ إليْهِ

  Contoh : نَوْمُ اللَّيْلِ. artinya tidur di malam hari

– Mengandung ma’na  لام yaitu إذا كَانَ المُضَافُ مَمْلُوْكًا بالمُضَافِ إليْهِ

  Contoh : ثوب زيدٍ. artinya baju milik zaid.

Nadzom Alfiyyah,

وَالثانِيَ اجْرُرْ وَانوِ مِنْ أوْ فِيْ إذا     *    لَمْ يَصْلُحْ إلاَّ ذاكَ وَاللاَّمَ خُذا 

Dan jerkanlah mudhof ileh dengan meniati salahsatu dari ma’na min, fi, dan lam.

Idhofah Mahdoh ada 3 :

– Idhofah yang mentaqdirkan salah satu ma’na yang dijelaskan diatas.

– Idhofahnya masdar terhadap ma’mulnya. contoh : عَجِبْتُ مِنْ ضَرْبِ زَيْدٍ عَمْرًا

– Idhofahnya isim fail terhadap maf’ulnya yang tidak beramal. contoh : ضارب زيد امس

Tujuan Idhofah mahdoh adalah Takhsis dan ta’rif.

B. Idhofah Ghoir Mahdoh (Lafdzi)

Tujuan Idhofah ghoir mahdoh adalah Takhfif, yaitu agar mudah dalam pembacaannya.

Ciri-ciri Idhofah ghoir mahdhoh ada 2, yaitu :

– Ketika mudhofnya berupa isim sifat dan mudhof ilehnya berupa ma’mul dari isim sifat

– Ketika mudhof ilehnya satu ma’na dengan mudhof.

Nadzom Alfiyyah,

وَإنْ يُشَابِهِ المُضَافُ يَفعَلُ * وَصْفاً فعَنْ تَنْكِيْرِهِ لاَ يُعْزَلُ

كَرُبَّ رَجِيْنَا عَظِيْمِ  الأمَلِ * مُرَوَّعِ  القلبِ  قَلِيْلِ  الحِيَلِ

* * *

Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله  termasuk idhofah mahdoh yang tujuannya adalah ta’rif. Disisi lain, alif lam juga berfaidah ta’rif. Maka, dalam ma’na antara alif lam dan idhofah juga sama. Alif lam mempunyai 4 ma’na, begitu pula Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله mempunyai 4 ma’na, yaitu :

1. للبيان , taqdirnya بسم الله أي بسم هو الله

2. للجنس, taqdirnya بسم الله أي بجنس اسماء الله

3. استغراق لجميع الافراد  , taqdirnya أي بكل اسم من اسماء الله

4. استغراق لبعض الافراد , taqdirnya أي ببعض اسم من اسماء الله

Selanjutnya adalah pembahasan mengenai Tarkibnya lafadz  الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ. 

Tunggu artikel selanjutnya,,, 

sumber  : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat  

Hasil Diskusi : Korupsi Identitas Bangsa Indonesia?

Hasil Diskusi : “Korupsi Identitas Bangsa Indonesia?”
Sabtu, 20 April 2013

Heksa cause budaya korupsi yaitu:
1.Sistem pendidikan tidak konsisten dan belum matang
   – Moral
   – Attitude
   – Keintelektualan
   – skill
2.Hukum/penegakan hukum
3.kepentingan
   -politik
   -kelompok
   -pribadi
4.Kesempatan


5.Kebutuhan (desakan)
6.Kebodohan
   – nilai-nilai agama
   – pemahaman terhadap 4 pilar kebangsaan dan implementasinya
   – keilmuan dan moral
   – budaya baik dan profesional
   – tanggungjawab


_______________
Oleh : Sahabat Muktadi Amri Assiddiqi, Mahasiswa Kimia UIN Maliki Angkatan 2008.
Link : Grup FB Chem-PMII

Hasil Diskusi : Degradasi Budaya: Budaya sebagai Identitas Indonesia.

Assalamu’alaikum.
Disebabkan kurangnya literatur maka diskusi pada tanggal 06 April 2013 tentang “mbah wahab, khilafah dan NU: dalam koreksi” diganti dengan diskusi dengan tema “Degradasi Budaya: Budaya sebagai Identitas Indonesia”.
Hasil diskusi tersebut diantaranya:
Degradsi budaya disebabkan beberapa hal:
1. Budaya kaku dan kurang menarik
2. Terdapat “Hegemoni” yang terbentuk bahwa budaya Indonesia itu kuno
3. Kurang adanya publikasi media terhadap budaya lokal dan lebih mempublikasikan budaya barat.
4. Barat sebagai pusat kemajuan teknologi dan industri
Solusi yang dberikan sahabat2i :
1. Memodifikasi Budaya dengan syarat: Tidak meninggalkan Intisari/nilai dari budaya tersebut, Dapat diterima secara umum, dapat dispakati penutur asal Budaya tersebut, tidak mengakibatkan hilangnya budaya asli tersebut, dan orang yang menganggap bahwa budaya kaku harus benar2 tau dan mengerti akan budaya tersebut.
2. Adanya upaya dari Pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan budaya itu sendiri.
3. adanya peran media untuk gencar mempublikasikan budaya.

Mungkin itu beberapa hal yang bisa ditarik dalam diskusi sabtu kemarin. Untuk tema diskusi selanjutnya adalah “Pacaran dipandang dari berbagai perspektif” yang akan disampaikan oleh sahabat Fawwaz Muhammad Fauzi.
wassalamu’alaikum…

_______________
Oleh : Sahabat Husnan Musthofa, Mahasiswa Kimia UIN Maliki Angkatan 2009, sebagai moderator pada diskusi tersebut.

Link : Grup FB Chem-PMII