1st Wedding Anniversary, Kebahagiaan yang Makin Lengkap

1st Wedding Anniversary, Kebahagiaan yang Makin Lengkap

Besok adalah tepat tgl 4 Maret, dimana tahun lalu, saya telah mengucap ikrar menjadi seorang suami dari seorang putri yang berasal dari kaki gunung Bromo, tepatnya Poncokusumo, Kabupaten Malang.

Hari itu tentu merupakan momen yang unforgettable bagi kami. Bagaimana tidak, saat berangkat menuju rumah calon mertua saya saat itu, tujuannya hanya satu, yaitu khitbah/lamaran. Dasar sama-sama berkultur keluarga Islam tradisionalis alias NU kultural, tak hanya khitbah, akad nikah pun kami langsungkan setelah lamaranku diterima. KH. Mahfud, besan dari mertua saya adalah penginterupsi yg mengusulkan akad dadakan itu. Dengan diskusi singkat dipihak keluarga besar saya pada saat itu, akhirnya menyetujui untuk akad langsung. Semoga beliau selalu diberi kesehatan, bahagia dunia akhirat. Amin.

Dalam menjalani satu tahun pernikahan ini, alhamdulillah kami selalu diselimuti rasa bahagia, rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kami, terkhusus dengan kehadiran jagoan cilik kami, Muhammad Faqih Zewail Alfauzi, ia adalah sosok pelengkap kehidupan kami berdua. Saya, istri dan kedua orang tua saya memanggilnya dengan sebutan kakak. Sebutan agar dia segera punya adik, eh.

Terimakasih saya dan istri ucapkan buat mamah dan bapa yg udh bikin surprise kue Anniversary yg luar biasa. Makasih juga utk semua yg ikut memeriahkan dan ikut merencanakan surprise ini.

Akhirnya, kami mohon doa kepada semua pembaca, semoga hidup kami selalu dalam berkah dan ridho Allah SWT. Amin.

Selamat Jalan, Pak Yos!

Selamat Jalan, Pak Yos!

Beliau adalah Prof. Dr. Soetijoso Soemitro, Guru Besar Biokimia FMIPA UNPAD. Sepeti pada judul tulisan ini, Kami memang memanggilnya Pak Yos. Dengan hem pendek dan tas laptop hitamnya, begitulah style beliau biasa masuk ke kelas kami. Tak lupa beliau membawa botol aqua tanggung yang jika habis, beliau isi kembali dengan air galon yang tersedia di ruang kelas kami.

Perkuliahan saya dengan beliau hanya semester kemarin, sekitar 8 pertemuan. Konsentrasi yang saya ambil memang berbeda dengan disiplin Pak Yos, beliau Biokimia, saya Kimia Organik. Sehingga perkuliahan di semester selanjutnya tidak berkaitan dengan beliau. Perkuliahan beliau ini juga berbeda dengan perkuliahan lainnya. Jika perkuliahan lainnya dilaksanakan di kampus Jatinangor, perkuliahan beliau bertempat di kampus UNPAD Singaperbangsa, Bandung.

Agak malas memang jika harus menempuh perjalanan Jatinangor-Singaperbangsa, tau kan macetnya Bandung, apalagi perkuliahan dimulai bakda ashar, waktu dimana manusia kelas pekerja Bandung pulang kerja atau mungkin gantian shift, macetnya jelas maknyus bosss, dan setelah perkuliahan selesai saat adzan maghrib, adalah jadwalku pulang ke Majalengka dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam dengan Sepeda Motor! Makin maknyusss.

Meski demikian, saya cukup antusias dengan perkuliahan beliau. Mungkin beberapa mahasiswa juga merasakan, meski tidak semuanya, biasanya perkuliahan dengan seorang dosen dengan titel Profesor punya kesan tersendiri dibanding dengan yang lainnya. Contohnya ya pak Yos ini, jika biasanya matakuliah biokimia ini diajarkan dengan materi yang cukup sistematis, dari pengertian, macam-macam, nomenklatur, fungsi, dst. Kelas professor macam beliau ini agak berbeda. Seringkali beliau mengajak kami melihat peristiwa dalam kajian biokimia secara out of the box, bahwa biomolekul tak melulu ttg hafalan-hafalan, tapi mengajak kami menekankan pemahaman atas konsep keberlangsungan hidup. Bahwa biomolekul memiliki peran sentral dalam kompleksisitas kerja organ-organ makhluk hidup. Bisa dibilang, cara mengajarnya lebih filosofis.

Tetapi, entah karena disengaja, atau memang karena faktor usia, dalam setiap perkuliahannya, beliau seringkali mengulang-ulang penjelasan yang sudah beliau jelaskan dipertemuan sebelumnya. Yang paling berkesan dalam memori kami adalah ilustrasi mengenai protein signaling histamin. Itu beliau jelaskan hampir setiap perkuliahan beliau. Namun husnudzon saya, beliau sengaja mengulangnya agar kami lebih mengingatnya. Jika dipaksakan dengan cocokologi, mungkin Pak Yos sedang mempraktekkan metode ala pesantren, yakni mudzakarah atau mutholaah. Hehe. Semakin sering diulang, maka semakin tertancap diotak kita.

Senin kemarin (12/2/2019), saya membaca pesan WA grup yg memberitahukan bahwa beliau telah mendahului kami menghadap kepada-Nya. Sungguh pertemuan yg singkat bersama beliau, namun cukup meninggalkan kesan yang mendalam. Semoga ilmu yg beliau sampaikan pada kami bermanfaat dan menjadi jariyah untuk beliau. Selamat jalan pak Yos.

Genap 1 Bulan Kaka Faqih

Genap 1 Bulan Kaka Faqih

Genap sebulan setelah Kaka Faqih dilahirkan. Yes, anak pertama kami sejak lahir sudah dipanggil kaka. Bukan mendahului takdir, tapi memang kami berharap dia memiliki banyak adik, hehe. Hari-hari sejak kehadirannya kami lewati dengan perasaan yg bahagia. Puji syukur kami selalu haturkan kepada-Nya atas kepercayaan-Nya menitipkan kepada kami seorang anak laki-laki yg guanteng polll.

Karena Kaka Faqih adalah putra pertama kami, tentu hati dan fikiran kami tak karuan. Sebagai contoh, sedikit saja dia menangis dan rewel, kami langsung repot berbagi tugas, Bundanya berusaha menenangkannya, saya berusaha mencari tahu dengan senjata andalan, Youtube dan Chrome. Seringkali kami jadi parno jika sudah membaca bagian2 gejala, indikasi dan efek samping dalam artikel kesehatan bayi. Jika ia menyisipkan senyuman di wajahnya, betapa girangnya kami sembari segera membuka hp untuk memotretnya. Dasar ortu milenial!

Dan masih banyak liku liku kehidupan awal menjadi seorang ayah bagiku, dan bunda bagi istriku.
Terkadang kami berfikir, jika kami yg saat ini hidup dengan seabrek kemajuan teknologi, pergaulan yg semakin terbuka, persaingan ekonomi yg semakin kompetitif, dll, dalam dunia seperti apa Kaka Faqih akan hidup saat besar nanti. Yg pasti, smartphone yg digunakan untuk posting sekarang ini sudah tidak akan dianggap ‘smart’ oleh generasinya nanti.

Kekhawatiran-kekhawatiran akan masa depan adalah hal yg manusiawi, tapi sebagai seorang muslim, kami akan selalu menyandarkan diri kami terhadap rahman dan rahim-Nya, sehingga serumit apapun tantangan hidup yang ada, kami akan mencoba untuk tetap tenang, karena kami percaya bahwa Gusti mboten sare.

Selamat 1 bulan anakku, kau telah berhasil melewati awal-awal masa hidupmu, tentunya tak lepas dari pertolongan dari Sang Pemilik Hidup. Teruslah bertumbuh dan berkembang, dan semoga kelak menjadi anak yg sholeh. Amin.

Kebahagiaan yang Tak Ternilai

Kebahagiaan yang Tak Ternilai

Setelah kami menikah 4 Maret silam, kami memang langsung tancap gas. Ya, betul, kami langsung berharap segera diberi momongan. Meski saat menikah, usia saya masih 24 tahun yang tergolong masih muda, tapi tak terbesit sedikitpun untuk menunda-nunda giat reproduksi. Hehe. Dan, Allah pun mengabulkan doa dan harapan kami. Siang hari itu, di suatu klinik di Kadipaten, 8 Januari 2019, lahirlah anak kami yang pertama melalui persalinan normal, seorang Jagoan. Saat bayi mungil itu menangis, air mata ini mengalir begitu derasnya. Tangis haru bahagia ini membuat saya tak mampu berkata-kata. Sampai-sampai dokterlah yang mengingatkan saya untuk segera mengabadikan momen itu. Begitupula dengan yang mengabari keluarga di Malang, Ibu sayalah yang menelepon kesana. Bayi mungil ini kuberi  nama sesuai dengan apa yang saya rencanakan bersama istri sejak lama.

MUHAMMAD FAQIH ZEWAIL ALFAUZI

MUHAMMAD, banyak harap dan doa dalam nama yg kuberikan padanya, Nabi Muhammad adalah panutan kita, nabi akhir zaman, penegak agama yg ramah dan penuh kasih sayang. Semoga kelak ia menjadikan baginda Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wasallam sebagai teladan utama dalam bersikap dan bertindak. Menjadi pejuang agama dan bangsanya. Dan tak lupa untuk selalu bersholawat kepadanya.

FAQIH, berarti ahli ilmu fiqih, ilmu syariat Islam. Secara etimologi berarti orang yang memahami secara mendalam. Semoga saat ia tumbuh nanti, ia dapat melihat sama seperti yg lainnya, namun mampu memahami lebih dari apa yg orang lain pahami. Sehingga menghasilkan kebijaksanaan dalam bersikap dan dalam menghadapi persoalan. Faqih juga terinspirasi dari nama seorang ulama besar KH. Abdullah Faqih, salahsatu ulama khos NU asal Langitan Tuban, Guru dari Gusdur. Semoga keulamaan beliau bisa tertular kepadanya

ZEWAIL, nama seorang kimiawan asal Mesir, peraih nobel bidang kimia karena penemuannya terkait cabang baru ilmu kimia, Femtochemistry. Saya mengagumi beliau karena ditengah kejumudan intelektual sains dunia Islam, beliau menunjukkan bahwa sains dan islam tak perlu ada dikotomi yg akhirnya mendegradasi paradigma berfikir seorang muslim.

ALFAUZI, kemenangan, kesuksesan, kejayaan, semoga kau mengilhaminya dalam kehidupanmu di masa depan nanti.

Welcome to the world, my son! Sungguh kebahagiaan yang tak ternilai bagi saya.

Semoga Allah selalu memberkati dan merahmatimu, amiiiin.

ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما. آمين يارب العالمين.

Barisan Yalal Balad dan Pengantin yang Malang

Barisan Yalal Balad dan Pengantin yang Malang

Saat mendengar kabar bahwa sahabat seangkatan ada yang hendak melepas lajang, saya yg sekarang sudah dilucuti status kemahasiswaannya dan menjadi pengangguran merasa terpanggil untuk memenuhi undangannya, terlebih si mempelai wanita nya juga teman seangkatan saat di pesantren dulu. Ini adalah undangan nikah pertama dari teman di pesantren yang bisa kuhadiri. Dalam undangan-undangan pernikahan sebelumnya, tentu saya tidak bisa hadir, jarak dan waktu jadi alasan logisnya. Saya masih dalam proses berjuang menjadi pengangguran bergelar di bumi Ken Arok.

Saat tiba di Garut, sungguh tak ada yg membuat saya keheranan, tidak ada yang berubah daru mereka, sahabat-sahabat saya masih sama seperti dulu, malah mereka terheran-heran kepada saya menanyakan bagaimana bisa saya mengembang sebesar ini? Apa terlalu banyak ragi roti? Hahaha. Ah, sudahlah. Aceng Gehu, Sang pengantin juga tetap tak berubah, tetap dengan kepalanya yg besar, untung besarnya tak bertambah, bukan begitu, Ceng?

Setelah selesai berfoto dg pengantin, kami singgah di rumah salah satu sahabat di daerah wanaraja, ihsan namanya. Ikan dan Nasi Liwet jadi hidangan yang disajikan. Tak lupa sambal menjadi pelengkap kenikmatan hidangan malam itu. Saya pun akhirnya terlelap melepas rasa lelah setelah perjalanan yg cukup jauh.

Esoknya, dengan beberapa upaya lobbying, kami kembali ke lokasi pernikahan, kali ini bukan acara formal resepsi, hanya forum sahabat heureuy ngalor ngidul sambil menginterogasi si Aceng, sang pengantin. Kami menamai gerakan kami “Ya lalbalad”, sebutan yang cukup rahasia untuk bisa saya ceritakan dalam tulisan ini. Ini demi melindungi Sang kreator, Rizka dan Adam dari jeratan hukum, hahaha.

Akibat dari proses mediasi yang berhasil, sore harinya kami mengunjungi Wisata Darajat Pass, pemandian air panas terkenal di seantero jawa barat. Tak lupa kami nyanyikan lagu “Ya lalbalad” (balad= sahabat/koncokentel) sebagai ucapan terimakasih. Kami videokan dan dikirim ke korban pemalakan kami, siapa lagi kalau bukan kedua mempelai teman kami. Berendam di air hangat dalam cuaca dingin itu kenikmatan yg luar biasa. Aslina dak. Maknyuss.

Kami pulang dengan perasaan puas, undangan plus plus, gumamku. Sepulang dari Darajat, saya berpisah dengan sahabat2, mereka masih hendak mengunjungi Annur Malangbong, tempat gus Bahar. Kabarnya, bakakak ayam jadi menu hidangan disana. Luar biasa militan barisan “Yalalbalad” ini, pikirku.

Sampai jumpa lagi komando! Rizka, adam, jajang, hilmi, rendi fatur, ihsan, yayang, dll.