“Nak, kalau kamu jadi guru, dosen, atau kyai harus tetep usaha. Harus punya usaha sampingan, biar hati kamu gak selalu mengharap pemberian ataupun bayaran dari orang lain. Karena usaha dengan keringatmu sendiri itu barokah.”, Almaghfurlah KH. Maimun Zubair.
Tipikal manusia didunia ini bermacam-macam, ada yang dalam hidupnya ia nyaman ketika sibuk bekerja, ada juga yang nyaman ketika sibuk menganggur, mencintai kegabutan dan mager. Tapi kedua tipikal manusia ini bersepakat, bahwa tjuan adalah koentji, hahaha. Ya, karena selepas quarter life, kebutuhan akan cuan itu keniscayaan. Memang cuan bukan segalanya, tapi segalanya butuh cuan, begitu kira-kira ungkapan masyhur di negeri Wakanda.
Kalo saya dimasukkan kedalam 2 kategori itu, saya ambil tengah-tengahnya. Terlepas dari aspek tuntutan mencari nafkah, saya benci ketika terlalu sibuk, saya juga jengah ketika gabut tanpa pekerjaan, hahaha. Jadi memang yang tengah-tengah ini justru menjadi assawadul a’dzom, kelompok mayoritas di wakanda ini, termasuk saya.
Kesibukan saya berjualan daring, membantu orang tua jualan luring itu sudah cukup padat. Ditambah sekarang menjadi mandornya mandor di proyek pembangunan rumah sendiri, ya lumayan lah. Sejak bangun pagi hingga terlelap lagi, kesibukan selalu ada, tentu termasuk dengan waktu yang terdistraksi akibat scrolling medsos dan nonton film di layanan streaming, itu juga saya masukkan hitungan.
Sejak dahulu, berjualan ini “bukan passion saya”, tapi karena tuntutan ekonomi, ya tentu saya jalani dengan penuh khidmat, karena seperti ungkapan diatas, tjuan adalah koentji. Namun, tentu passion saya harus tetap dipenuhi dan dikejar demi kepuasan. Karena ada bagian dari diri saya yang menginginkannya. Ya, saya sejak dahulu sedikit banyaknya ingin terlibat dalam dunia pendidikan.
Saya kadang-kadang melirik info cpns, pppk dosen, lowongan dosen tetap PTN , dll, tapi memang seperti kata Fiersa Besari dalam satu kesempatan, “Kita tidak perlu melihat superhero jauh-jauh ke luar negeri, karena superhero itu bisa dilihat dari seorang laki-laki yang rela mimpi-mimpinya diinjak didepan mata demi kepentingan keluarga.”. Idealisme saya tentang menjadi dosen di salah satu PTN bergengsi itu saya kubur dulu di halaman belakang rumah. Saya ambil opsi-opsi yang lebih realistis dengan jalan kehidupan saat ini sembari sedikit berharap ada saatnya nanti saya bisa gali kembali.
Beberapa bulan yang lalu, bagian dari diri saya ini akhirnya bisa menancapkan diri di dunia pendidikan, dengan menjadi guru di sekolah milik pesantren. Sekolah ini adalah satuan pendidikan baru dengan nama Pendidikan Diniyah Formal (disingkat PDF) yang berada dibawah naungan Kemenag. Porsi pelajarannya 75% kitab kuning dan 25% umum. Tentu saya tidak mengambil porsi yang 75%, karena disamping banyak pengajar alumnus Lirboyo yang hebat-hebat, pengetahuan kitab kuning saya sudah “volatil”, sehingga saya mengambil porsi pelajaran umum.
Setelah menjadi Guru, tentu itu masih saya rasa bagian kecil dari mimpi yang tercapai, karena saya memang lebih ingin mengajar di level mahasiswa, karena saya kira belajar bersama mahasiswa ini akan lebih fleksibel, cair dan komunikatif. Konon di level mahasiswa, mereka ini sedang dalam fase pencarian jati diri, hematnya saya ingin berperan sebagai pengantar bagi mereka untuk menemukan jati dirinya, wuih, saha aing? Hahaha. Engga lah, intinya sih karena saya sudah sekolah sampe S2, kalaulah keilmuan yang saya dapatkan ini tidak disalurkan, saya khawatir “volatilitas” keilmuan saya terulang lagi. Salah satu jalan untuk menjaga ilmu adalah dengan mengamalkannya. Dan mengajarkannya adalah salah satunya.
Selanjutnya, Alhamdulillah saya diterima untuk mengajar di perguruan tinggi kesehatan swasta di Cirebon, dan milik pesantren juga. Bisa dibilang, saat ini saya harus banyak bersyukur. Selain memang dari segi bisnis tetap berjalan, passion saya sedikit banyaknya tetap bisa saya kejar. Sudah sekitar 2 pertemuan mengajar di level mahasiswa, rasanya menyenangkan bertemu dengan calon generasi penerus bangsa, wehehehe. Tapi mengajar di PDF juga tak kalah menyenangkan, karena banyak pelajaran yang sudah banyak saya lupakan saat SMP dan SMA dulu, saya bisa mempelajarinya kembali.
Agaknya, kondisi sekarang ini bagi saya paling tidak bisa dianggap sebagai kondisi ideal bagi saya untuk menjalani hidup. Berperan dalam pendidikan sudah saya dapatkan, bisnis sudah berjalan, tinggal bagaimana saya dan istri terus melebarkan sayap untuk ekspansi bisnis untuk lebih mandiri secara ekonomi agar saya bisa jadi Kaya secara finansial. Bukan berarti saya hubbuddunya, tapi jika kita miskin juga kan gak bisa sedekah, hahaha. Seperti dawuh Buya Said Aqil Siroj, kita orang Islam harus kaya, harus ada orang Rajagaluh yang jadi orang paling kaya se Indonesia. Toh, pada dasarnya, ketika kita mengejar sesuatu yang sifatnya duniawi tapi dibarengi dengan niat yang baik, maka akan terkonversi menjadi sesuatu yang bernilai ukhrowi, begitupun sebaliknya.
Sebetulnya dalam kehidupan ini, tidak terlalu penting kita jadi apa dan siapa, yang penting apa yang kita lakukan ini bermanfaat bagi sesama. Tapi jika menjadi apa dan siapa itu adalah wasilah menuju kemanfaatan, tentu harus kita kejar. Karena intinya adalah ketika kita menjadi apa dan siapa itu kita harus menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Yang penting, jangan terlalu sibuk, jangan juga terlalu mager, yang sedang-sedang saja, hahaha.
Ditengah merosotnya prestasi tim-tim italia di kancah sepakbola eropa beberapa dekade ini, kenapa saya masih saja menjadi fans La Vechia Signora? Apalagi saat ini, liga-liga eropa lainnya seperti Premier League menawarkan kompetisi yang lebih dinamis dan berisi nama-nama pelatih dan pemain mentereng macam Pep Guardiola, Juergenn Klopp, Erik Ten Hag, Haaland, de Bruyne, Gabsus, de el el.
Ya begitu sulitnya menerjemahkan kecintaan terhadap klub bola, bisa jadi seseorang menilainya dari popularitas, prestasi, uang, kehebatan satu pemain, histori klub ataupun yang lainnya. Paling tidak seseorang memiliki narasi yang menjadi “Pandangan Pertama” kecintaannya yang bisa ia ceritakan. Uniknya, setelah seseorang tersebut menjatuhkan pilihan pada satu klub, sulit baginya untuk berpaling hati, meskipun klub yang ia sukai itu sedang menjalani tirakat nirgelar. Senelangsa apapu nasib klub kesayangannya itu, tetap ia bela, bahkan rela masuk goa ketika tim kesayangannya kalah oleh rival, hahaha.
Beberapa hari lalu saat berjumpa dengan teman lama, ia bertanya kepada saya, “Biasanya pecinta klub italia itu generasi 70-80an kan? Generasi kita ini jika dipersentasi akan lebih memilih tim-tim kesayangan dari Premier League atau La Liga, kenapa anda berbeda, maszeh? Juve?”, tanyanya sembari menyiratkan senyuman ejekan kekalahan Juve atas Benfica di Liga Champions, wkwkwk.
“Wes pokok e sekali Juve tetep Juve,”, jawabku singkat. Ia semakin ketawa ngece. Asu batinku. Menjawab pertanyaannya ditempat itu sepertinya bukan hal yang tepat. Maka saya akan jawab melalui tulisan ini saja, hehehe.
Jadi, semuanya bermula saat saya masih mondok di salah satu Pesantren di Jateng. Kebetulan di Pesantren itu selalu langganan Koran yang biasanya oleh pengurus pondok dipasang di Mading khusus Koran. Nah, meskipun kami hanya sesekali saja menonton TV sebagai sumber informasi pada saat itu, kami tetep update informasi terkini melalui koran mading yang berganti setiap harinya.
Rubrik sepakbola adalah minat utama saya, dan berita sepakbola yang heboh pada saat itu adalah skandal calciopoli (pengaturan skor) yang melanda Liga Italia. Klub-klub yang terbukti melakukan pengaturan skor mendapatkan pengurangan poin dan yang paling berat adalah Juventus, yang mendapatkan sanksi berupa degradasi ke Serie B dan pencopotan gelar juara serie A 2004/2005 dan 2005/2006. Hasilnya? Pemain-pemain bintang Juventus hengkang. Ibra dan Vieira ke Inter Milan, Cannavaro, Emerson dan Pelatih Fabio Capello ke Real Madrid, sedangkan Zambrotta dan Thuram ke Barcelona.
Tapi kerennya, ada beberapa pemain bintang yang setia menjadi Bianconero, ia adalah Buffon, Del piero, Nedved, Trezeguet dan Camoranesi. Saya ingat 5 foto bintang Juventus itu berjejer ditampilkan di koran yang saya baca di hari itu. Ditambah dengan kutipan meleleh dari Del piero yang berkata, “Seorang Pria Sejati pantang meninggalkan Wanitanya.”. Melting maszeh. Disinilah titik dimana saya mulai menjatuhkan pilihan untuk menjadi fans Juventus. Hari demi hari, koran terus berganti, yang selalu saya cari adalah perkembangan klub asal kota Turin itu pasca terdegradasi. Dan disuatu hari, terdapat foto dan artikel saat Juventus menjuarai serie B dan bisa kembali ke Serie A di musim selanjutnya. Di tengah artikel terdapat foto Didier Deschamps sang pelatih yang juga eks pemain Juventus dengan kacamata hitamnya yang menurut saya keren itu.
Meski sempat terseok-seok setelah promosi ke Serie A, namun Juve kembali menjadi Jawara Italia dari musim 2011/12 hingga 2019/2020, atau 9 kali secara beruntun, yeeeee. Iya saya tahu, Juve saat ini sedang tidak baik-baik saja dan sedang mencoba membangun kembali tim. Dan saya juga termasuk fans yang mendukung #AllegriOut, hahaha. Saya juga menulis ini sambil menonton Juve vs Milan dengan permainan backpass yang membosankan. Hasilnya? Kalah cok, kalah! 2-0! Semoga Gol yang dicetak Tomori & Diaz ini jadi momentum pergantian pelatih dinosaurus itu ke pelatih yang punya konsep baru yang teruji, hahaha.
Meski begitu, saya tetap cinta Juventus. Nilai kesetiaan yang ditunjukkan oleh Del Piero, dkk inilah yang membuat saya menjadi fans Juve. Karena bagaimanapun, kesetiaan itu berharga. Dan bagi saya, seseorang bisa bersikap setia terhadap sesuatu itu karena memang sesuatu tersebut memiliki sebuah nilai yang layak diperjuangkan, baik berupa rasionalisasi maupun dorongan hati. Fino Alla Fine, Berjuang Sampai Akhir. Ayo Bangkit Lagi, Juventus!
Sejak dimulai pada tanggal 13 Agustus lalu, alhamdulillah sudah sampai tahap ini, tahap yang bisa anda lihat pada gambar diatas. Ada perasaan bahagia bercampur haru. Tapi, perjalanan masih panjang. Karena katanya, perbandingan durasi antara membangun & finishing itu 50:50. Sedangkan, tahap sekarang ini masih terbilang baru 20-25 %.Jadi yah, dinikmati saja prosesnya. Sampe duit abis, hahaha.
Membangun rumah dengan segala seluk beluk rintangannya memang melelahkan. Kadangkala, terasa sangat lama, karena mau bagaimanapun, kerja tukang itu harus diawasi. Anda tahulah kekhawatiran anda terkait dengan tukang, banyak orang yang maklum dengan itu. Nah, kerja pengawasan ini terasa sangat lama. Namun saat scrolling di galeri sendiri, foto saat peletakan batu pertama memang belum lama, baru 15 hari. Terlebih, banyak ilmu baru didapatkan, dan ilmu tentang pertukangan ini sangat menarik untuk dipelajari dan didalami. Meski tidak secara langsung turun ke lapangan, tapi secara konsep dan tahapannya, semua saya coba pelajari. Minimal, untuk membangun kedepannya, saya tak buta-buta amat tentang pertukangan, maksimalnya, saya tak perlu lagi menggunakan jasa mandor, karena bisa saya mandorin sendiri, hehehe.
Dan, saya bersyukur, dibalik sulitnya kondisi ekonomi seperti ini, saya & keluarga berani untuk bertarung habis-habisan demi rumah impian. Bahkan seringkali banyak yang berujar, “Keadaan lagi kayak gini, berani juga ya?”. Saya hanya menjawab dalam pikiran saja, “Tidak ada jaminan di masa depan, kondisi perekonomian semakin membaik, malah mungkin lebih buruk. Dan, saya hanya sedang menjalani taqdir Allah saat ini, sembari berjalan kepada taqdir Allah yg lainnya. Soal bagaimana ke depannya, disamping berusaha sekuat tenaga, saya yakin bahwa Allah selalu memberi “makhroja” dan memberi rezeki yang “min haitsu laa yahtasib”, kuat dilakoni, nek ra kuat ngopi sek, trus lanjut maneh.”, cukup itu menjadi keyakinan.
Oh iya, ditulisan sebelumnya, saya menjelaskan jika rumahnya ini akan dibangun oleh kontraktor Maswindo Bumi Mas Cabang Sumedang. PT. Maswindo Bumi Mas ini adalah perusahaan kontraktor & developer pimpinan Mas Aswin Yanuar yang belakangan cukup viral di media sosial. Selengkapnya anda bisa baca disini. Tadinya memang saya mau pake jasa beliau. Namun karena satu dan dua alasan, saya mengurungkan niat menggunakan jasa Maswindo. Yang pasti, bukan karena hasil pekerjaannya Maswindo jelek, engga kok, sejujurnya saya sangat suka dengan desain-desain rumah buatan Maswindo. Tapi pengurungan ini didasari hal lain ya.
Akhiron, bagi sahabat-sahabat seusia, usia dimana mungkin sebagian besar ada ditahap yang kurang lebih sama dengan saya. Saya ucapkan Semangat untuk kawula muda. Jalan masih panjang, kencangkan ikat pinggang, singsingkan lengan baju, ayo kita arungi luasnya kehidupan.
Kebetulan atau memang sebetulnya udah pasti sih, pasca idul fitri lalu, banyak tanggal merahnya, ada Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan yang akan datang diawal bulan Juni, harlah Pancasila. Jika dilihat beranda sosial media, kita disuguhi aneka foto dan video rakyat sebangsa dan setanah air sedang melakukan aktivitas yang sekarang ini populer disebut “healing”. Iya, kemungkinan besar anda pernah dengar suara dubbing “Woy, kerja mulu, healing kita healing”, disertai hasil jepretan di spot foto yang “instagramable”, tempat wisata, pantai, gunung, beserta tempat populer dan eksotis lainnya.
“Healing matamu soek.”, gumamku.
Bukan saya benci orang yang senang jalan-jalan, healing atau apalah istilahnya. Tapi saya sebagai hamba Allah yang amatiran ini pengen juga coook, tapi yo gak isok, aku libur yo tetep kerjo maszeh! Healing healing matamu a!
Engga kok engga, saya gak iri dengan healing yang orang lain lakukan. Karena saya udah pernah mencoba metode healing +62 itu. Datang ke tempat eksotik atau keren, trus saya berfoto disana, dengan anak dan istri. Hasil fotonya ternyata beda dengan yang sering saya temukan di instagram. Hasil foto saya gak sebagus mereka. Apa harus saya edit dulu di photoshop? Masalahnya skill photoshop saya cuma sekedar seleksi background foto. Apesnya skill itu sudah dipecundangi dengan teknologi AI, asu dahlah.
Yang lebih memusingkan lagi dari healing metode +62 itu, pulang dari tempat healing, isi saku bersih cling! Hahaha. Belum saat ditempat healing, anak2 rewel dan sebagainya, masalahnya, saat anak-anak rewel, bojo juga ikutan rewel, hahaha. Bukan healing yang didapat, malah lelah lahir batin bro, makanya, “Healing matamu soek!”.
Sejak saat itu, saya malas healing healing dengan metode +62 itu. Healing saya cukup R.E.B.A.H.A.N. Ditemani netflix atau pees dengan segelas kopi. Sesekali makan-makan di luar, itu lebih jelas, lidah senang dan perut kenyang. Dan tentunya, sebelum makan, gak wajib foto menu hidangan, langsung gasak mawon, yes.
Menjelang harpitnas di hari rabu nanti Selamat berhealing ria, dengan metode masing-masing. Kalo saya sendiri sih hari rabu nanti bisa kerja bisa engga. Ya karena bisnis sendiri, bisa fleksibel. Kapan aja saya mau, saya bisa rebahan, saya bisa kerja juga, asal pekerjaan beres aja, dan urusan healing dan tidaknya keluarga kami di hari rabu nanti, tentu diputuskan oleh Kapolda tercinta, hehe.
Salam sayang dari saya dan Saitama, anggota asosiasi kaum rebahan.
Bicara perbaksoan, saya bisa mengklaim kalo saya ini pecinta kuliner berbentuk bulat itu. Bukan karena saya juga memiliki perawakan membulat, haha, tapi memang saya menyukai bakso. Bahkan, keluarga saya sering berujar, “Untuk seorang Fawwaz, gak ada bakso yang gak enak di dunia ini.”, ungkapan yang bisa dibilang, noted! Haha.
Sekali-kali, di blog ini saya tulis hal-hal yang ringan, biar kesannya gak serius terus. Karena sesuai keinginan saya di tulisan saya yang ini, saya memang ingin membawa blog ini lebih banyak menulis hal-hal receh. Dan salah satunya adalah urusan kuliner. Meskipun sebenarnya, kuliner bukan hal receh, karena yakin, manusia ingin mengisi perutnya dengan sesuatu yang bercita rasa nikmat, tidak hanya membuat ia kenyang, tapi juga bisa menggoyang lidah saat menyantapnya.
Bicara soal bakso di tempat tinggal saya di Rajagaluh, Majalengka, saya jelas memilih Bakso Kliwon yang ada di Jl. Pangeran Muhammad sebagai Bakso terenak nomor 1, paduan daging, tepung dan bumbunya terasa pas, juga kuahnya yang maknyusss. Anda bisa membeli bakso ini dengan biaya kurang lebih 18 ribuan/porsi, saya lupa persisnya. Ketika saya pengen makan bakso dan gak mau jauh-jauh, bakso kliwon ini pilihan pertama.
Selanjutnya, menuju arah Majalengka, saya memilih bakso barokah mas kinoy yang berada di perempatan Cigasong. Saya lebih sering memakan bakso ini dengan metode “keringan”, alias pesan bakso tanpa kuah, dengan kecap dan sambel 3 sendok. Bukan karena kuahnya gak enak, tapi karena biasanya saya memakannya sambil nyetir mobil sepulang urusan pekerjaan. Tolong jangan ditiru, karena hanya supir expert yang bisa nyetir sambil makan bakso. Jangan dibayangkan, hahaha.
Selanjutnya masih banyak lagi, ada bakso puskesmas yang murah meriah, bakso mang jafra dengan bakso Iga andalannya, bakso mekarsari di heuleut, leuwimunding yang juga mantap, dan ada juga bakso mang panjul di Kadipaten yang direkomendasikan oleh youtuber Farida Nurhan. Itulah ensiklopedia bakso yang berada di sekitar Rajagaluh. Nah, berhubung sehari yang lalu saya mudik ke kampung halaman istri di Malang, saya juga punya list khusus untuk menilai bakso-bakso yang menurut saya layak untuk anda cari saat berkunjung ke Malang.
Saya berani merekomendasikan Warung-warung bakso ini bukan hanya dari satu kali kunjungan, saya berkuliah selama 5 tahun di Malang. Jadi anda tidak perlu meragukan penilaian saya mengenai perbaksoan di Kota Malang, hehe. Oke, langsung saja, saya nomeri saja.
5. Bakso Solo Tandon, di Tlogomas
Saat mahasiswa dulu, saya cukup sering mencicipi bakso ini. Disamping karena saya orang sunda yang lebih akrab dengan varian bakso solo yang tanpa goreng dan tahu-tahuan, bakso ini rasanya enak banget lah. Khas bakso-bakso solo yang memang udah enak dari sananya. Untuk anda yang baru saja menginjakkan kaki di kota Malang dan kurang suka dengan varian bakso Malang yang terlalu banyak isi, anda bisa pilih Warung Bakso ini.
Terbaru saya browsing-browsing, di warung bakso ini sudah tersedia aneka siomay dan tahu isi juga, plus terdapat bakso bakar. Saya jadi penasaran lagi nih.
4. Bakso Prima Cak Herman, di Jl. Soekarno Hatta
Jika anda ingin bakso dengan varian yang sangat banyak, disini tempat yang cocok. Karena selain bakso, tahu, siomay, dan aneka jeroan seperti kikil, usus, paru, babat dan lain-lain yang bisa kamu pilih suka-suka. Rasa baksonya tentu menggoyang lidah. Saya beberapa kali mengunjungi warung bakso ini saat ingin mencicipi bakso dengan isi mangkok yang komplik bersama kikil dan babat yang tentu memanjakan lidah anda, jangan lupa sambelnya biar makin mantap!
3. Bakso Cak Toha, di Jl. Semeru
Nah, bakso ini jelas Ngalam polll, karena menunya tidak aneh-aneh. Bakso khas Malang dengan isi pentol urat kasar, pentol halus, goreng, siomay dan tahu yang semuanya enak. Ya, tidak semua warung bakso di Malang menyajikan adonan siomay dan tahu isi nya sama dengan adonan pentolnya. Tapi di bakso Cak Toha ini, adonannya sama enak dengan pentolnya. Anda pecinta bakso Malang pasti paham maksud saya. Kalo rasa pentolnya, jelas uuueeenakk, pokoknya yang masuk 5 besar ini pasti enak lah, hahaha.
2. Bakso & Cuimi de Stadion, di Kota Batu
Saat bakso beranak sedang hits-hits nya dulu, bakso stadion ini juaranya bakso beranak. Beberapa kali saya makan bakso di tempat ini, antriannya selalu bejubel. Antrinya sampe keluar-keluar, belum juga antrian duduknya. Kalo sudah antri-antri begitu, gak usah saya jelaskan lagi lah rasa baksonya. Isiannya macam-macam dan bisa kita pilih seindiri dengan model prasmanan. Di kesempatan mudik ini, kalo memang ada waktunya, saya ingin coba menyantap lagi warung bakso ini, sambil jalan-jalan menikmati keindahan kota Batu tentunya, bersama anak dan istri, hehe.
1. Bakso Kraton, di Jl. Pakis Kembar
Wah, kalo yang ini jelas “one and only one”. Dipuncak teratas saya pilih Warung Bakso ini. Kenapa? Rasa baksonya sudah sulit dijelaskan dengan kata-kata, ueeeeeenaaaak puuuooooollll. Sejak mahasiswa sampai punya 2 anak, setiap kali berkunjung ke Malang, saya tidak sudi kalo Bakso ini terlewat untuk saya cicipi, hahaha. Beneran lho ini. Saya bahkan sempat pesen pentol pedesnya 2 loyang untuk saya bawa pulang ke Majalengka, wkwkwk. Sedihnya, 4 bulan lalu saya mudik ke Malang, saya ditakdirkan untuk melewatkan bakso ini karena lagi sakit gigi dan sulit mangap, hahaha. Dan, akhirnya hutang itu lunas terbayar kemarin. Saat keluar dari exit tol Pakis, sambil lewat menuju rumah mertua, saya memesan bakso ini dan menyantapnya selepas taraweh, Alhamdulillah sam, muantaaaap, hahaha. Keunggulannya? Anda cicipi saja langsung, biar lidah anda yang menilainya, hahaha.
Demikian adalah 5 bakso terenak se Malang Raya versi saya pribadi. Kenapa bukan bakso Presiden? Bakso Cak Man? Atau Warung bakso lainnya? Bukan berarti bakso selain 5 bakso diatas gak enak, bakso presiden dan bakso cak man juga enak kok, juga layak sekali anda coba, tapi ini adalah buah dari subjektivitas lidah saya. Penilaian lidah anda terhadap bakso kemungkinan berbeda dengan lidah saya, tergantung selera anda, ya lagi-lagi karena manusia dan lidahnya memang subjektif, bisa jadi menurut anda gak enak, menurut saya enak, ataupun sebaliknya. Jadi, tolong perbedaan pendapat ini dihargai ya, wkwkwkwk. Dan satu lagi, kembali kepada statemen penting dari keluarga saya, “Tidak ada bakso yang tidak enak di lidah seorang Fawwaz, semua enak!”, hahahaha.
Sekian, lebaran sebentar lagi, selamat mudik dan selamat menyambut Idul Fitri 1443 H. Mohon maaf lahir dan batin.
Beberapa hari yang lalu saat skroling asik feed instagram, saya mendapati postingan mas Aswin Yanuar yang menampilkan semacam teaser tayangan Talkshow KickAndy di Metro TV yang akan menampilkan duo pasangan “Crazy Rich” Jawa Timur. Pertama Juragan 99-Shandy Purnamasari, pemilik J99 Corp. yang menjadi induk dari unit usaha MS GLOW, J99 Trans, dan yang lainnya. Kedua adalah Mas Aswin Yanuar dan Claudya Harida, pasangan kontraktor dan developer muda dengan PT. Maswindo Bumi Mas-nya yang sudah punya lebih dari 500 kantor cabang se-Indonesia dengan 10.000 lebih proyek yang sedang berjalan saat ini.
Sebetulnya saya ini jarang-jarang lah nonton kisah-kisah inspiratif. Bukan karena gak butuh inspirasi, tapi memang kadang-kadang secangkir kopi sudah cukup untuk mendapatkan inspirasi-inspirasi kehidupan, hehe. Selain itu sih waktu, mau nonton kisah inspiratif secara full gitu ya susah karena memang durasinya rata-rata panjang. Sedangkan saya, baru 10 menit duduk, Panggilan dari “Kapolda” akan tiba, hahaha. Terus kenapa sekarang saya cukup terpanggil untuk menonton kedua pasangan “gila” ini? Karena kedua pasangan ini punya urusan sama saya. Eh, kebalik, saya punya urusan sama kedua pasangan ini, eh, sama aja ya. Pertama, dengan Juragan 99 dan istrinya, istri saya sudah satu bulan bergabung menjadi reseller MSGLOW. Memang karena usaha core saya lagi agak terjun, jadi saya dan istri mencoba putar otak mencari alternatif usaha lain yang kira-kira cocok, dan terpilihlah skincare MSGLOW. Yuk temen-temen yang pengen glowing, pake MSGLOW aja, dan belinya via istri saya, banyak giftnya lho, wkwkwk. Kliksini aja deh.
Kedua, dengan Mas Aswin, sebagai pasangan muda yang masih numpang dengan orang tua, saya dan istri punya impian untuk memiliki rumah yang cakep. Sejak awal viral sampe sekarang, mantengin desain-desain Mas Aswin and the friends ini kami berdua jadi sering ngeces. Kami menjadi penonton setia desain rumah mas aswin ini jauh sebelum Maswindo punya cabang-cabang. Perlahan tapi pasti, benih-benih kepercayaan saya dan istri terhadap Maswindo “tumbuh” hingga saat Maswindo mulai membuka cabang-cabang, saya mencoba menghubungi Cabang terdekat. Dan hingga sekarang ini, calon rumah idaman saya ini alhamdulillah desainnya udah jadi, sedang proses revisi RAB. Calon rumahku ini rencananya akan dibangun oleh PT. Maswindo Bumi Mas Cabang Sumedang. Mohon doanya aja biar segera bisa MoU, dan yang terpenting, mohon doanya biar duitnya segera terkumpul, karena jiwa misqueenku sudah meronta-ronta, hahaha.
Ada banyak pelajaran yang saya ambil dari Juragan 99 dan Maswindo ini, khususnya dalam membangun pondasi bisnisnya hingga sebesar ini. Dari mas Gilang yang sepeda motor pas kuliahnya sama dengan saya itu (Jupiter MX, ckckck), beliau selalu menulis dengan detail satu persatu impiannya, lalu membuat planing terarah untuk menggapai impiannya itu. Dicatat sedetail mungkin. Dari mbak Shandy lebih mengena lagi, beliau menekankan bahwa bisnis yang dijalani itu harus benar-benar sesuai dengan passion. Karena jika sudah by passion, peluang untuk kita benar-benar mau dan serius menekuninya lebih besar. Dan ketekunan itu membuahkan hasil. Selain itu, beliau juga berkata bahwa kita harus pandai membaca peluang. Bisnis kita kalaupun ia bukan yang pertama, setidaknya harus menjadi pembeda, sehingga akan banyak orang yang mudah “notice”.
Sedangkan dari mas Aswin, saya mendapat “pukulan” motivasi yang lebih mantap lagi, bahwa kita gak boleh gengsian dalam belajar atau menekuni sesuatu, kalo gak paham tentang suatu hal ya tanya aja, cari tau sama mereka yang tau, minta pemahaman dari mereka yang udah paham. Gengsi ini kadang-kadang dianggap remeh, tapi bagi saya pun, ia adalah penyakit mental yang paling mudah menjangkiti siapapun. Tidak pandang latar belakang, suku, agama, budaya, bahkan status, mau jomblo mau yang udah laku, saya yakin banyak yang sudah pernah positif terjangkit virus gengsi ini.
Yang digarisbawahi oleh Andy F. Noya dari kedua pasang pengusaha ini adalah kedermawanannya. Sebagai orang yang sudah sukses di usia muda, mereka tak sungkan untuk berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan. Juragan99 dengan J99 Foundation nya dan Maswindo dengan give away dan renovasi gratisnya, memberi pesan kepada kita semua untuk mau berbagi kepada sesama. Berbagi rezeki tidak harus menunggu kita kaya dulu, kita punya rezeki berapa, kita sisihkan sebagian untuk bershodaqoh. Agaknya, mereka inilah yang berhasil mengamini salah satu hadits Nabi Muhammad bahwa “maa naqoshot shodaqotun min maal”, artinya shodaqoh itu tidak akan mengurangi hartamu, malahan ia ternyata bertambah berkali-kali lipat. Bahkan shodaqoh ini juga bisa menjadi amal jariyah yang terus mengalir meskipun kita sudah meninggal dunia.
Sebagian orang ada yang menghujat bahwa apa yang dilakukan pada influencer, pengusaha yang bikin sedekah-sedekah, give away dan sejenisnya ini cuma gimmick belaka untuk meraih simpati publik dengan stategi marketing level dewa. Yah, gak ada yang tau isi hati manusia, tapi saya ber-husnudzon saja, bahwa apa yang beliau-beliau lakukan ini benar-benar tulus untuk membantu sesama. Btw, saya juga lagi butuh bantuan nih kak, duit buat bangun rumahnya masih kurang, hahahaha.
Semoga apa yang disampaikan oleh para suhu bisnis ini bisa menjadi pelecut untuk saya pribadi lebih maju lagi, lebih giat lagi, lebih keras lagi untuk mencapai kesuksesan-kesuksesan dalam dunia bisnis. Lha kok santri kedunyan sih. Lha emangnya santri gak oleh sugih ta? Yo oleh to. Alesannya? Kapan-kapan saya narasikan di tulisan lain aja lah.
Semoga semua sehat dan sejahtera, salam hangat seruput kopi, siang ini mendung cak, srupuuuuut.
Hai, Saya Fawwaz Muhammad Fauzi, suatu produk hasil persilangan genetik Garut-Majalengka. Menjadi Dosen Kimia adalah profesi utama saya saat ini. Selain itu, ya membahagiakan istri, anak dan orang tua. Melalui blog ini, saya ingin menuliskan kisah-kisah keseharian saya yang pasti receh. Mungkin sedikit esai-esai yang sok serius tapi gak mutu. Jadi, tolong jangan berharap ada naskah akademik atau tulisan ilmiah disini ya, hehe.
Kalau ada yang mau kontak, silahkan email ke [email protected]. Udah itu aja.