Selamat 29, Istriku!

Selamat 29, Istriku!

Setahun lagi, usiamu akan menginjak kepala tiga. Tentu saja aku lebih dulu melaluinya. Kini usiaku sudah 31 tahun. Setelah aku mempersuntingmu 6 tahun lalu, sepanjang hidup, kita akan selalu bergandengan tangan, berbagi cerita, berjuang bersama dalam mengarungi fase-fase kehidupan.

Tulisan ini bukan sesuatu yang istimewa, dan entah apakah tahun depan aku akan menulis catatan seperti ini atau tidak, tapi aku hanya ingin mengucapkan 2 hal kepadamu seperti pada sambutan-sambutan para pejabat. Satu, terimakasih, ya, terimakasih untuk seluruh waktu dan perhatianmu selama ini, kepadaku, anak-anak, mamah, bapa dan semuanya. Aku tau itu semua bukan hal yang mudah, terlebih, kamu kubawa ke tempat yang jauh dari tempat asalmu di timur sana. Namun ketegaran dan keteguhanmu akan cinta, menguatkan langkahmu untuk tetap berada disampingku.

Tentu saja semuanya tak semulus yang orang kira. Pastinya kita punya banyak perbedaan, punya segudang penyikapan yang berbeda atas suatu persoalan. Tak jarang juga kita saling kesal. Namun, aku selalu ingat nasihat sesaat setelah ijab qobul itu. Pernikahan itu harus rebutan mengalah, mengalah dari ego, mengalah dari rasa selalu benar, mengalah untuk lebih dulu meminta maaf.

Maka menyambung pada hal kedua yang ingin aku sampaikan, yaitu Maaf. Aku meminta maaf, hingga saat ini belum dapat menjadi suami yang bisa membahagiakanmu sepenuhnya. Terkadang aku tak cukup sabar, selalu tak bisa romantis dan terlalu cuek, mungkin saja aku tak bersikap adil, dan tentunya aku belum menjadi sosok yang dapat menjadi imam dan panutan dalam arti sesungguhnya. Ambisiku, keinginanku, dan keyakinanku akan suatu hal mungkin saja memaksamu untuk berusaha memaklumi semuanya. Meski itu berat bagimu, kau jalani dengan sekuat-kuatnya hati. Akupun terkadang merasa tak sampai hati, di matamu aku lihat beban yang cukup berat. Tapi inilah kenyataan pahitnya, hidup adalah perjuangan. Maka setiap derap langkah kita, harus dikuatkan dengan tekad perjuangan.

29 tahun usiamu, 6 tahun pernikahan kita, alhamdulilah semua kita lalui bersama. Meski terkadang ada angin kencang yang tidak memihak kita, tapi yakinlah, Allah akan tiupkan semilirnya angin sederhana yang menyejukkan kita, mendamaikan perasaan kita, menenangkan hati kita, menapaki jalan-jalan kehidupan yang menguras keringat. Hal yang perlu kita berdua ingat adalah, jangan lupa untuk kita bersama-sama menarik nafas dan menghelanya secara perlahan. Memberi waktu pada hati kita untuk saling berbicara disela semua pergulatan kehidupan yang tentu saja melelahkan.


Bagiku, bertambahnya usia adalah berkurangnya jatah kehidupan kita di dunia. Demi untuk hidup lebih lama, bersamamu, bersama anak-anak kita, aku telah lakukan beberapa langkah dalam hidup untuk menuju kesana. Semoga kedepan kita ditakdirkan untuk mendampingi anak kita terus tumbuh besar, menikah, lalu kita berdua menimang cucu kita, lalu tumbuh besar, membuka lembaran kehidupannya sendiri, hingga saat itu, semoga kita masih diberi kesempatan oleh Sang Maha Berkehendak.

Ini bukan rayuan gombal, kamu tau sendiri aku bukan orang yang romantis. Aku yakin seyakin yakinnya bahwa kamulah pelabuhan terakhir, aku ingin melukiskan sejarah kehidupan bersamamu dan keluarga kecil kita, dan aku ingin menutup mata untuk terakhir kalinya dipelukanmu. Maka tentu saja, kamu adalah cinta sejatiku.

Selamat ulang tahun yang ke-29 istriku. Semoga yang disemogakan akan tersemogakan, doa-doa terbaik untukmu dan keluarga kita. Allah Maha Mendengar, Maha Pemberi. Ya Allah, berilah rahmatmu kepada keluarga kami, lindungilah keluarga kami, berilah kami umur yang panjang, kesehatan, keluasan rizki, kesuksesan, dan hiasilah kehidupan kami dengan kebaikan yang tak terhingga. Amin.

4 Keistimewaan Lebaran 1445 H Bagi Saya

4 Keistimewaan Lebaran 1445 H Bagi Saya

Idul Fitri adalah momentum kemenangan. Ada yang mengartikannya sebagai “Kembali Suci”, ada juga yang mengartikannya “Kembali makan”. Keduanya bagi saya benar, satu secara etimologi, satunya secara terminologi dan filosofis.Sesuai judul, saya ingin menguraikan beberapa keistimewaan Idul Fitri tahun ini dibanding idul fitri sebelumnya versi saya. Dan tentu, tulisan ini tak bermutu, karena bisa jadi ada poin yang bagi anda sangat receh, salah siapa juga anda baca, hehe.

1. Perut saya

Transformasi fisik saya yang tidak lagi buncit tentu membuat saya menjadi lebih percaya diri untuk berfoto bersama keluarga. Tak perlu lagi menkempis-kempiskan perut, tak perlu lagi menyimpan senyum lebar. Karena saya tak perlu khawatir wajah saya yang bulat menjadi gepeng saat senyum lebar akibat daging di pipi, wkwkwk. Tentu dibalik itu, ada transformasi mental, saat berpuasa, saya lebih semangat dan lebih energik. Ibadah semakin khusyu, koyok iyo iyo o, wkwkwk.

2. Anak ketiga

Tentu itu jadi poin pembeda, kalo tahun kemarin baru dua. Sekarang sudah ada 3 ummat yang senantiasa ngintil kemana-mana. Terimakasih untuk istriku. Terimakasih kepada Allah atas karunia dan kepercayaan-Nya kepada kami berdua.

3. Silaturrahmi dg Keluarga Bani Syathori, Arjawinangun

Sebenarnya, keluarga Bani Syathori Arjawinangun setiap tahun selalu berkunjung ke kediaman alm kakek saya pada tanggal 2 syawwal. Akan tetapi entah mengapa 2 tahun ini terasa lebih spesial saja. Apalagi ketika berkesempatan bersalaman dan sedikit bercengkrama dengan Walid Ahsin Sakho Muhammad & Buya Husein Muhammad. Konon, secara silsilah, keluarga besar saya dengan keluarga besar beliau masih nyambung, sama-sama keturunan Mbah Nursalim alias Pangeran Suralaja bin Sultan Muhammad Arif Zainal Asyiqin Banten. Semoga silaturrahmi kedua keluarga ini terus terjalin sehingga saya kecipratan barokah dari beliau-beliau.

4. Mudik Lancar tanpa Hambatan

Karena istri asli Malang, Jawa Timur, tiap lebaran pasti kami mudik. Tahun-tahun sebelumnya, kami biasa atur waktu mudik H+10 lebih setelah lebaran, tentu agar tak terjebak macet. Berhubung saya tahun ini sudah aktif mengajar dan terikat dengan pekerjaan, saya tak bisa terlalu santuy menunda mudik, nanti malah bentrok dengan pekerjaan. Maka saya beranikan mudik H+3, dan alhamdulillah sepanjang jalan saya tak menemukan kemacetan, anak-anak pun tak ada yang rewel. Kalo sudah rewel, bahaya, karena saya nyupir sendiri, otomatis istri pegang 3 ummat yang harus dijinakkan.

Yah, sebetulnya banyak keistimewaan lain yang mungkin belum tertulis, karena memang tulisan ini ditulis biar blog saya gak kosong-kosong amat. Maka poin 1 adalah poin yang sangat tidak penting untuk diceritakan hehe.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H semuanya, semoga ibadah kita dan puasa kita diterima sebagai amal ibadah, semoga kita semua termasuk dari orang-orang yang kembali kepada kesucian dan meraih kemenangan, Mohon maaf lahir dan batin.

Menjadi Konsultan Gadget Keluarga

Menjadi Konsultan Gadget Keluarga

Memilah dan memilih perangkat gadget bagi sebagian orang adalah hal yang cukup membingungkan. Apalagi jika orang tersebut tak punya interest dalam perihal teknologi. Tentu itu bukan kesalahan, karena setiap orang punya interest tersendiri dalam kehidupannya.

Saya sendiri adalah pribadi yang cukup antusias dengan perkembangan teknologi. Entah itu laptop, hape, atau beberapa gadget lainnya. Maka, saat saya ingin membeli suatu perangkat untuk daily driver, banyak channel youtube saya tonton, macam gadgetin, jagatreview, dll. Tentu saya bukan expert, melainkan hanya kaum mendang-mending yang tak ingin budget minimnya menghasilkan pembelian yang tidak “value for money” atau “worth it”, hehehe.

Urusan hape, daily driver saya adalah Samsung A52 dengan chipset Snapdragon 720G. Sudah hampir 3 tahunan ini saya gunakan dan belum ada keluhan berarti, masih nyaman-nyaman saja. Sebelumnya saya sudah menjajal brand lain seperti xiaomi & oppo, dan menurut saya, samsung yang saya pakai ini masih juaranya. Kalo di kelompokkan, hape yang jadi daily driver saya ini termasuk kelompok mid-range lah, tentu yang sesuai dengan budget saya saat membelinya. Pengen sih suatu saat punya gadget macam iPhone, namun sayang seribu sayang, duite ra nututi, wkwkwk. Masih banyak alokasi dana yang lebih penting daripada beli gadget seharga motor. Hahaha.

Untuk laptop juga masih menengah kebawah lah, Lenovo IP Slim 3 jadi pilihan. Ryzen 5, RAM 8GB dan memori sudah SSD sudah cukup untuk daily driver. Cukup untuk office harian dan editing grafis macam Corel dan Photoshop. Yang penting gak celeron-celeron amat. Yang baru dinyalakan sudah bikin emosi. Perdebatan Intel & AMD? Saya tim AMD! Alasannya, tentu juga selisih harga, hahahaha.

Track record begitu-begitu itu rupanya membuat beberapa keluarga yang berminat untuk membeli perangkat semi-semi konsultasi ke saya. Di bulan ini sudah ada 2 anggota keluarga yang minta rekomendasi seputar laptop. Sebenernya, saya gak terlalu pede memberi rekom laptop ke belio-belio. Tapi karena gak enak, saya carikan beberapa rekoman, tapi juga saya kasih disclaimer sebelum mereka memutuskan untuk meminang, “Resiko ditanggung perusahaan masing-masing ya, saya hanya memberi masukan, wkwkwk.”.

Ya memang begitu, pada dasarnya, pembelian perangkat harus didasarkan kebutuhan penggunaan dan budgetnya. Titik tumpu perekomendasi berangkat dari sana, dengan budget yang ada, sesuaikan dengan kebutuhan, dan kita dapat apa. Dan satu hal yang penting dalam masukan saya, saya hampir tak pernah memberi rekomendasi perangkat bekas. Kenapa? Karena track record terbaik saya beli perangkat bekas hanya membeli iPhone 11 untuk istri saya dari PS Store, selebihnya gatot, wkwkwk.

Udah itu aja cerita hari ini. Semoga kita semua diberi kelancaran dalam mengais rezeki, dan suatu saat mampu membeli gadget-gadget impian. Amin. Dan tentunya, jangan memaksakan diri untuk membeli gadget yang berada di luar jangkauan keuangan kita, apalagi jika sampai harus kredit, atau bahkan jual ginjal. Tapi, lagi-lagi disclaimer, semua tergantung financial planning anda.

Catatan Refleksi 6 Tahun Pernikahan

Catatan Refleksi 6 Tahun Pernikahan

Rasanya baru saja kemarin, saya dengan perasaan aneh dan campur aduk, mengucap “qobiltu” didepan khalayak, mempersunting pujaan hati dengan “mekanisme” di luar rancangan BAB III yang telah dipersiapkan. Bagaimana tidak, hari itu acaranya direncanakan untuk lamaran, namun malah berakhir dengan teriakan “sah!” dari para tamu undangan.

Kini, genap 6 tahun kami memadu kasih, menjalin cinta, membuahkan tiga pelita yang menerangi hati kami, yang gelombang cahayanya mengeksitasi energi kehidupan kami ke tingkat kebahagiaan tak terkira. Asek. Perjalanan ini bagi saya terasa singkat, namun jika diresapi lebih dalam, sudah cukup banyak hal-hal yang telah kami lewati bersama. Kadang senang, sedih, marah, kesal, pusing, semuanya kami lalui bersama.

Seperti halnya pasangan suami istri lainnya, kami juga seringkali bertengkar di skala nano hingga mikro, karena layaknya syair Donne Maula, “Cerita kita, takkan seperti dilayar-layar kaca, gemas romantis, tak masuk logika”. Misal berbeda pandangan, berbeda pemikiran, berbeda dalam berbagai aspek kehidupan, dan memang itulah esensi dari pernikahan, yakni ketika perbedaan-perbedaan bertemu dalam satu atap kehidupan. Cara kita menyikapi perbedaan itu sangat menentukan bagaimana akhirnya, apakah terelaborasi dengan baik didalam, atau mental sampai bising keluar? Alhamdulillah, kami lebih sering selesai didalam, aheeee. Jurus rahasianya apalagi kalo bukan petuah dan nasihat dari orang tua kami yang arif nan bijaksana, dan tentu, lebih berpengalaman dan sduah berhasil lebih dulu. Selain itu? Mungkin berasal dari kebijaksanaan yang lahir dari pengetahuan dan fitrah akal budi kami berdua.

Sebenarnya, saya bingung jika harus menulis semacam refleksi pernikahan. Saya tulis judul refleksi biar keren aja, wkwkwk. Intinya begini lah, alhamdulillah saya sangat bersyukur atas semua anugerah yang telah Allah berikan atas kehidupan saya. Dan yang lebih penting adalah melihat kedepan. Mempersiapkan masa depan, memberikan yang terbaik untuk anak-anak, orang yang kami sayangi, untuk kiprah saya dan istri dalam peran yang kami jalani bersama, resolusi, harapan, cita-cita, dan semoga rasa cinta saya dan istri akan tetap ada dan dijaga oleh Allah subhanahu wata’ala hingga di akhirat nanti, amiiiin.

Mungkin tulisannya ditutup saja dengan reff lagunya Maher Zein yang dulu viral sebelum istilah viral itu viral. Teruntuk istriku tercinta…

“For the rest of my life, i’ll be with you

I’ll stay by your side, honest and true

Till the end of my time, i’ll be loving you, loving you…

For the rest of my life, through days and nights

I’ll thank Allah, for opening my eyes

Now and forever I’ll be there for you…

I know it deep in my heart … “

Terimakasih sedalam-dalamnya untuk istriku, sudah bersedia menjadi pendamping hidup dari sosok yang  sangat banyak kekurangan ini. 

Untuk anak-anakku,

Muhammad Faqih Zewail Alfauzi

Fathia Kamila Putri Fauziya

Faylashufa Nayra Fauziya

Tumbuh kembanglah dengan segala kebaikan yang menyertai, doakan kedua orang tuamu ini agar menjadi pribadi yang lebih baik. Jika suatu saat kalian membaca tulisan ini, menertawakannya adalah hal yang diperbolehkan, halal. Hahahaha.

2024: Bersiap untuk Perubahan!

2024: Bersiap untuk Perubahan!

Kata perubahan akhir-akhir ini sangat identik dengan capres nomor urut 1. Judul tulisan ini tentu tak ada kaitannya dengan beliau-beliau ini. Karena pada dasarnya, perubahan adalah keniscayaan. Khususnya perubahan dalam lingkungan kita. Misal dalam persaingan usaha, semua akhir-akhir ini berubah begitu cepat, hingga sampai terjadi disrupsi yang masif.

Cara-cara yang baru beberapa bulan lalu disebut inovasi atau cara baru, dalam waktu singkat terdisrupsi menjadi cara lama, digantikan oleh cara dan metode yang lebih baru lagi. Perubahan diberbagai aspek saat ini menjadi sangat sangat cepat, Sat set, tas tes seperti jargonnya paslon nomor urut 3. Perubahan adalah keniscayaan, namun perubahan yang cepat perlu respon yang tepat. Saya teringat kata-kata dalam buku Homo Deus yang menyatakan bahwa, “Manusia itu seringkali takut dengan perubahan, padahal satu-satunya hal yang paling konsisten di dunia sejak dulu adalah perubahan itu sendiri.”.

Maka, manusia saat ini, termasuk saya dituntut untuk merespon dengan tepat perubahan yang serba cepat itu. Misal dalam 2-3 tahun belakang, bisnis yang saya bangun bersama istri bisa dibilang cukup stabil, saat ini mengalami kemerosotan yang tajam. Faktor penyebabnya tentu berasal dari intrasel maupun ekstra sel. Ekstra sel, disrupsi begitu hebat, cara berjualan online yang pada awalnya bernafaskan ecommerce murni saat ini berubah menjadi tren social commerce dengan live tiktok sebagai referensi utama. Buruk dan fatalnya, secara intrasel, adalah dari dalam diri saya dan istri yang tidak sigap menghadapi disrupsi itu. Sedangkan newcomers semakin menjamur dan lebih militan.

Untuk mengatasi persoalan demikian, tentu kami harus merespon dengan tepat. Harus segera mengambil langkah-langkah merespon perubahan itu, dengan cara bagaimana? Tentu kami harus berubah! Dan bersiap menyongsong perubahan! Sekali lagi ini bukan urusan pilpres ya, camkan! Perubahan disini adalah kita harus mengikuti irama perubahan yang ada dengan skill survival yang harus teruji.

Urusan perubahan ini saya bisa ambil pelajaran dari perubahan yang saya alami sendiri saat mencoba mengatasi obesitas yang saya derita. Alhamdulillah dari 90 kg, saat ini saya berhasil turun ke 72 kg. Apa pelajaran yang saya ambil dari pengalaman tersebut? Pertama, komitmen untuk selalu disiplin. Jika malam saya komitmen tak boleh memakan apapun, maka saya harus komitmen dengan aturan itu. Apapun makanan yang ada didepan saya. Komitmen kedisiplinan ini tentu harus berangkat dari kesadaran atas keinginan kita mencapai tujuan yang kita harapkan.

Kedua, adalah support dari orang-orang terdekat. Dukungan, kontribusi dan kehadiran orang terdekat adalah hal yang sangat penting. Saya tak bisa membayangkan, jika tidak ada kerelaan istri saya mensupport pola diet saya dengan mempersiapkan menu-menu yang menunjang penurunan BB, maka program saya dipastikan 70% akan gagal. Maka peran dari orang yang mensupport ini cukup dominan untuk mencapai tujuan.

Ketiga, adalah ilmu. Yes! Ilmu adalah kunci keberhasilan saya dalam melaksanakan diet. Seperti pada suatu hadits, apapun yang ingin kita capai, baik prestasi dunia, maupun cita-cita di akhirat kelak, kunci utamanya adalah ilmu. Ini yang utama. Maka saat saya merubah diet saya, saya senantiasa bersandar pada ilmu, saya membaca, menonton, memahami segala hal yang berkaitan dengan ilmu diet ini, hingga saya alhamdulillah dapat menuai hasilnya.

Tiga hal tersebut adalah strategi saya dalam menangani obesitas. Maka saya kira, untuk merespon cepatnya perubahan, ya, saya harus cepat merespon perubahan itu. Saya menyusun beberapa hal yang harus saya kejar di 2024 ini. Dan salah satu resolusi bisnis saya di 2024 ini adalah membangun sebuah brand, agar value produk yang saya jual ini meningkat. Lho, bukannya membangun brand itu sulit? Ya, tentu saja. Maka saya akan coba terapkan strategi keberhasilan diet saya ke dalam strategi membuat brand di 2024 ini.

Doakan saja semoga semuanya berjalan lancar. Semoga segala hal yang kita semua rencanakan untuk perubahan hidup yang lebih baik di 2024 diberikan kemudahan oleh Allah subhanahu wataala. Amin.

Cerita tentang Gaya Hidup Sehat

Cerita tentang Gaya Hidup Sehat

Sudah sejak beberapa tahun lalu pola hidup saya ini saya rasa sangatlah tidak sehat. Terbukti dengan beberapa bagian di tubuh saya yang mengalami pembengkakan, hahaha. Timbunan lemak semakin bejibun, terkhusus di bagian perut yang kian hari kian membuncit. Saya termasuk dalam kategori “Orang-orang Besar”, hahaha. Dalam beberapa kesempatan, saya merasa kesulitan bernafas, mudah lelah dan mudah terserah penyakit musiman macam flu, sedikit-sedikit pusing dan sakit kepala, dan berbagai keluhan lainnya.

Dengan berat yang sudah mencapai 90 kg pada bulan Juli yang lalu, diikuti dengan gejala sindrom metabolik yang menyertai, saya seringkali berpikir. Akan sampai mana hidup saya jika pola hidup saya begini-begini aja. Apakah akan bisa hidup hingga tua nanti, menyertai anaka-anak bertumbuh dan berkembang. Dan saat tua nanti tak terlalu merepotkan mereka. Benar, bahwa umur adalah rahasia-Nya, takdir dari-Nya, tapi manusia punya kuasa untuk berupaya dan berikhtiar, dan itu bukan suatu kesalahan!

Berbekal keilmuan, saya niatkan untuk mengatur pola makan dan olahraga dengan mempelajari dasar ilmu nutrisinya terlebih dahulu, mulai dari metode diet sampai analisis nutrition fact. Dan alhamdulillah rasa-rasanya tak terlalu sulit untuk memahami dan menerima keilmuannya karena saya punya latar belakang seorang Magister Kimia, kira-kira masih beririsan dengan ilmu nutrisi saat saya pelajari. Belajarlah saya melalui berbagai macam saluran, baik youtube, instagram, dll. Langkah pertama yang saya lakukan untuk menangani obesitas ini adalah membatasi konsumsi sumber-sumber gula, baik gula sederhana maupun kompleks.

Gula disini bukan berarti gula pasir ya. Karena gula ini dalam terminologi gizi adalah salah satu nutrien primer, yakni kelompok karbohidrat (baca:karbo). Gula pasir (sukrosa) adalah karbo sederhana yang mudah dicerna tubuh, karena hanya tersusun dari 2 molekul gula (1 glukosa, 1 fruktosa). Nasi dan tepung adalah gula kompleks, yang perlu waktu yang lebih lama untuk dicerna tubuh daripada gula sederhana. Namun tetap saja, jika terlalu banyak, akan dengan cepat menaikkan berat badan. Mekanisme lebih jauh tentang eksresi insulin dari pankreas, resistensi, gula darah, penyakit sindrom metabolik, silahkan dicari-cari sendiri ya. Karena akan sangat panjang jika dijelaskan disini. Pada intinya, terlalu banyak konsumsi gula, menyebabkan naiknya berat badan dan berpotensi obesitas, atau paling tidak meningkatkan resiko penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus tipe 2.

Jadi, menghindari gula ini, saya tidak mengkonsumsi gula pasir dan semua minuman yang ditambahkan gula pasir. Anti minuman minimarket yang kadar gulanya diatas 8 gram per serving. Dan persis, sulit untuk saya memenuhi kategori itu. Jadi saat saya beli minuman di minimarket, air putih adalah andalan. Selanjutnya, Tidak memakan olahan tepung seperti gorengan, cilor, cilok, sosis, bakso, waakhwatuha. Jika saya terpaksa membeli ayam crispy, crispy nya saya unboxing, wkwkwk. Terakhir, mengurangi segala asupan karbohidrat kompleks seperti nasi dalam sajian makan berat. Selebihnya, saya mempraktekkan intermitter fasting 16-8 setiap hari, jadi sarapan jam 10 siang, tetep pake nasi ya, tapi dibawah 150 gram. Lauknya berfokus di protein dan sayuran. Sore makan maksimal jam 18.00, juga tetep makan nasi dibawah 100 gram dengan lauk prioritas sumber protein dan serat yang tinggi.

Sumber protein utama yang saya pilih adalah telur dan dada ayam, terkadang juga dari seafood, protein nabati macam tahu dan tempe. Alhamdulillah, istri dan orang tua adalah support system terbaik, saya disiapkan berbagai macam olahan dada ayam hampir setiap hari. Bosan? Tentu saja TIDAK. SAYA SUKA DADA AYAM, WKWKWK. Untuk cemilan disela-sela makan berat? Saya biasa makan 1-2 buah-buahan setiap hari. Saya tetap batasi buah-buahan karena beberapa cukup tinggi gula sederhana. Kemudian, jika tergoda makanan-makanan pantangan, saya tak perlu menahan, cukup ambil secuil, yang penting udah nyobain. Jika dulu tergoda bakso pesen 1 mangkok, sekarang cukup 1 biji bakso kecil saja, hehe.

Oh, iya, selain pendekatan analisis nutrisi dan intermitten fasting, saya juga melakukan defisit kalori. Ini dilakukan karena memang salah satu tujuan (kecil) saya adalah fat loss. Kalori perharinya saya batasi maksimal 1900 saja. Dan setiap hari saya catat di aplikasi fat secret, dan berlangsung sekitar 2 bulan. Sejak pertengahan oktober hingga saat ini, saya sudah tak mencatat kalori makanan saya karena saya sedikit banyak sudah bisa memprediksi kalori yang masuk ke tubuh saya yang berasal dari makanan yang saya konsumsi.

Untuk olahraga, saya masih belum bisa mengobati kemalasan olahraga. Di awal-awal, saya sempat mencoba mengikuti gerakan-gerakan olahraga di aplikasi, misal High Intensity Interval Training. Tapi karena kesibukan, olahraga yang dirutinkan saat ini mungkin hanya push up, sit up dan plank kurang lebih 2-3 kali perhari dan terkadang bolong-bolong. Sebetulnya olahraga ini akan saya planning ke depan.

Alhamdulillah, pendekatan-pendekatan gaya hidup diatas saya praktekkan dengan konsisten hingga saat ini. Hasilnya adalah BB saya turun hingga 77 kg. Meskipun tujuan awal saya mengatur gaya hidup ini bukan untuk menurunkan BB, namun saya cukup senang atas pencapaian ini. Lebih dari itu, saya lebih senang ketika saya merasa lebih berenergi, tidak mudah lelah, tidak mudah sakit, mood terkontrol dan kepercayaan diri semakin meningkat pesat, hahaha. Lebih dari semua itu, saya ingin indeks harapan hidup saya meningkat, karena orang dengan obesitas tentu lebih beresiko terkena penyakit sindrom metabolik yang kronis dan mematikan. Dan alhamdulillah, saya rasa saya sedang berada pada jalur yang tepat.

Ada sebuah cerita unik, saya punya 2 kemeja sport hem yang saya beli karena saya menyukainya. Saya membelinya kira-kira sudah 3 tahun yang lalu. Saat dicoba di rumah, ternyata dibagian perut, kemeja tak bisa dikancingkan karena terlalu buncit. Akhirnya, beberapa bulan yang lalu saya berikan ke adik saya untuk dia gunakan sehari-hari. Eman-eman daripada gak kepake. Syahdan, beberapa hari yang lalu, saya iseng membuka lemari adik saya, dan baju yang saya berikan itu belum pernah ia pakai. Kemudian saya iseng mencobanya dan “slep!”, bagian perut bisa terkancing dan masih longgar sekitar 2 jari. Saya terperangah dan terheran-heran sendiri sembari mesam mesem. WOW!!! saya sama sekali tak menyangka bisa sampai ke titik ini! Tak menyangka baju impian itu bisa saya gunakan saat ini, wkwkwk. Akhirnya saya minta lagi baju itu ke adik saya. Toh, adik saya ternyata belum pernah memakainya karena dirasa terlalu longgar, hahaha.

Saya merasa senang dan bahagia. Seperti muslim pada umumnya, saya juga seringkali memanjatkan doa panjang umur kepada Tuhan, memohon di beri kesehatan dan umur yang panjang dan memberi manfaat, sehingga bisa membersamai orang-orang tersayang dengan kondisi yang sehat, prima dan tak merepotkan mereka. Mungkin, konsistensi saya, komitmen saya untuk menciptakan habit baru, pola baru, gaya hidup baru saya ini adalah jawaban dari doa-doa yang senantiasa terpanjatkan. Karena, bukankah dikabulkannya doa itu tidak ujug-ujug dikabulkan seketika? tapi melalui wasilah ataupun isyarat yang mesti dilalui maupun diikuti hamba-Nya itu? Begitu kan?

Semoga, ke depan, konsistensi ini saya bisa coba terapkan pada komitmen saya untuk memulai olahraga yang teratur, melalui ikut serta pada gym yang berfokus pada latihan beban dan kardio. Selain itu, saya juga ingin mencoba menambahkan satu pendekatan yang belum maksimal, yakni mengurangi penyajian makanan dengan deep frying. Semoga dua upaya ini dimudahkan dan diberi jalan konsistensi yang lebih lagi dari apa yang pernah saya praktekkan. Karena memang buncitnya masih ada meskipun hanya tinggal sedikit lagi, wkwkwk.

Wallahu a’lam.