Presentasi Kimia dengan Bahasa Arab

Presentasi Kimia dengan Bahasa Arab

Karena suatu alasan, saya harus mencari argumentasi dan bukti yang menguatkan bahwa saya punya kapasitas berbicara dalam bahasa arab. Tentu saja saya cukup memahami, meski tak seperti alumni gontor dan pesantren bahasa, presentasi adalah sesuatu yang dipersiapan, by design, sehingga dengan basic yang cukup. Kita bisa melakukannya.

Kebetulan saja saya adalah seorang santri yang dulu cukup concern mempelajari gramatika bahasa arab, nahwu, shorof dan (sedikit) balaghoh. Kekurangannya santri salaf, tentu saja dari aspek speaking, kalo aspek reading sudah paling jago mereka. Tapi lemah bukan berarti tidak bisa sama sekali, bisa dipersiapkan, bisa dilatih, bisa disetting.

Saat pembukaan pendaftaran seminar proposal skripsi saat S1 dulu, terdapat edaran bahwa presentasi dapat disampaikan menggunakan bahasa arab atau inggris atau indonesia. Melihat itu, saya mulai tertarik dan berpikir untuk melakukan presentasi menggunakan bahasa arab. Ada beberapa alasan mengapa saya memilih bahasa arab. Pertama, tentu saja men-challenge diri. Tantangannya tentu saja bagaimana mentranslate istilah-istilah kimia ke dalam bahasa arab. Google translate menjadi salah satu opsi, tapi tentu saja saya harus mengecek kembali istilah sebenarnya melalui riset kata per kata. Karena jangan sampai, misal saya translate “Lidah buaya” ke dalam bahasa inggris jadi “Crocodile tongue” atau “Lisanut Timsal”, wkwkwk.

Kedua, ingin berbeda dari yang lain. Terbukti di satu angkatan saya, hanya saya sendiri yang mempresentasikan proposal skripsi hingga sidang skripsi dengan bahasa arab, hehe. Sombong amat. Ketiga, agar tak banyak dikomen penguji terkait performa presentasi, wkwkwk. Tapi ini tak terlalu ampuh, karena dosen sudah punya naskah skripsi saya yang berbahasa indonesia, dan secara konteks, slide per slide mereka paham apa yang sedang saya jelaskan. Jadi pertanyaan-pertanyaan penguji tetap saja horor, hahaha.

Yes! Jadi itulah pengalaman saya mempresentasikan Kimia dalam bahasa arab. Ya, ternyata bisa-bisa saja. Karena pasti di timur tengah sana pun, bahasa pengantar pembelajaran ilmu kimia maupun ilmu alam, teknik hingga kesehatan dengan bahasa arab juga bukan?

Bab Kalam : Bagian 7 (قوله: وَالحَرْفُ مَا لايَصْلـُحُ……… إلخ) “Ciri Huruf/Harf”

Bagian 7 ini merupakan pembahasan lanjutan dari Bagian 6

 Ciri huruf adalah ditandai dengan tidak terdapatnya ciri isim dan fiil. Dengan kata lain, ketika dalam sebuah kalimat tidak terdapat ciri isim maupun fiil, kalimat tersebut disebut huruf. Hal seperti ini disebut golongan  عَدَمِيْ مُطلـَقْ. Sedangkan  عَدَمِيْ مُطلـَقْ adalah salah satu bagian dari golongan عَدَمِيْ . Golongan عَدَمِيْ ada 2 :

1.    عَدَمِيْ مُطلـَقْ yaitu مَا لا يَصِحُّ جَعْلُهُ عَلاَمَة ًلِلوُجُوْدِ

Artinya, sesuatu yang tidak bisa dijadikan ciri untuk sesuatu yang ada (dengan ketidakberadaannya ciri dari benda lain (misal),tidak bisa menggambarkan ciri dari dirinya).

2.    عَدَمِيْ مُقيَّدْ yaitu مَا يَصِحُّ جَعْلُهُ عَلامَة ًلِلوُجُوْدِ

Artinya, sesuatu yang bisa dijadikan ciri untuk sesuatu yang ada (dengan ketidakberadaannya ciri dari benda lain (misal), bisa menggambarkan ciri dari dirinya).

Huruf adalah termasuk pada  عَدَمِيْ مُطلـَقْ, yang mana dengan ketidakberadaannya ciri isim dan fiil, bisa menggambarkan ciri dari diri huruf itu sendiri.

Imrithi,

وَالحَرْفُ لمْ يَصْلـُحْ لهُ عَلامَة ْ       *    إلاَّ  انـْتِفـَا  قـَبُوْلِهِ   العَلامَة ْ 


____________________________
Demikian pembahasan mengenai Bab Kalam, semoga bermanfaat…. ^_^


Setelah ini akan dilanjutkan pembahasan Bab I’rob, tunggu di postingan selanjutnya,,,,

Sumber : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat

Bab Kalam : Bagian 6 (قوله: وَالفِعْلُ يُعْرَفُ……. إلخ) “Ciri Fiil”

Bagian 6 ini merupakan pembahasan lanjutan dari Bagian 5.

Ciri fiil ada 4, yaitu :

1.    قدْ حَرْفِيَّة

2.    سِيْن تـَنفِيْس

3.    سَوْفَ لِلتـَّسْوِيْف

4.    تاء تـَأنِيْث سَاكِنـَة
 
Imrithi,

وَالفِعْلُ مَعْرُوْفٌ بقـَدْ وَالسِّيْنِ          *         وَتاءِ تـَأنِيْثٍ مَعَ السَّاكِنِر      



1.    قدْ حَرْفِيَّة

Dinamai قدْ yang حَرْفِيَّة karena dalam konteks ilmu nahwu, قدْ ada 3, yaitu :

–    قد إسِمْ فِعِلْ, cirinya; kalimat setelahnya dinashobkan karena menjadi maf’ul bih, ma’nanya – (cukup). 

Contoh : قدْ زَيْدًا دِرْهَمٌ, taqdirnya, يَكْفِيْ زَيْدًا دِرْهَمٌ

–    قدْ إسْمِيَّة,cirinya; kalimah setelahnya dijerkan karena menjadi mudhof ileh, ma’nanya (menyukupkan). 

Contoh : قدْ زَيْدٍ دِرْهَمٌ, taqdirnya, حَسْبُ زَيْدٍ دِرْهَمٌ

–    قدْ إسْمِيَّة, cirinya; selalu masuk pada kalimah fiil. Mempunyai 4 ma’na :

•    لِلتَّقلِيْلِ, artinya meminimalisir.

Contoh : قدْ يَصْدُقُ الكَاذِبُ, pembohong itu sedikit berkata jujur

•    لِلتَّكْثِيْرِ, artinya, memperbanyak.

Contoh : قدْ يَصْدُقُ الصّادِقُ, orang jujur itu banyak berkata jujur

•    لِلتَّحْقِيْقِ, artinya, menegaskan.

Contoh : قدْ قامَ زَيْدٌ, zaid benar-benar telah berdiri

•    لِلتَّقرِيْبِ, artinya, mendekatkan.

Contoh : قدْ قامَتِ الصَّلاةُ, waktu sholat hampir datang
 
4 ma’na tersebut terklarifikasi menjadi 2 penempatan, yaitu :

–    Khusus untuk fiil mudhore, yaitu ma’na لِلتَّقلِيْلِ dan لِلتَّكْثِيْرِ.

–    Khusus untuk fiil madhi, yaitu ma’na لِلتَّحْقِيْقِ dan لِلتَّقرِيْبِ.
 
Syarat قدْ masuk pada fiil ada 4, yaitu :

–    Fiilnya harus mutsbat(kalimat positif)
–    Fiilnya harus mutasorrif (bisa ditasrif)
–    Fiilnya harus ma’na khobariyyah (pemberitaan)
–    Antara fiil dan قدْ tidak boleh terpisah.

2.    سِيْن تـَنفِيْسِ  dan,
3.    سَوْفَ لِلتـَّسْوِيْفِ

 
Fungsi سِيْن تـَنفِيْسِ  dan سَوْفَ لِلتـَّسْوِيْفِ  adalah :

الدَّالـَّتان عَلى تـَأخِيْرِ زَمَانِ الفِعْلِ المُضَارِعِ عَنِ الحَالِ 


Artinya, mengakhirkan zaman fiil mudhore dari hal (sekarang/present) menuju mustaqbal (masa depan/future).

Jadi, keduanya berfungsi untuk menjadikan fiil mudhore berma’na mustaqbal.
Namun dalam istiqbalnya, keduanya membunyai sisi perbedaan, yaitu

–    سِيْن تـَنفِيْسِ, berfaidah مستقبل قريب

Contoh : سأأذهب إلى المسجد, saya akan segera menuju masjid

–    سَوْفَ لِلتـَّسْوِيْفِ , berfaidah مستقبل بعيد

Contoh : سوف تعلمون, kelak kamu akan mengetahuinya

Qoidah,

والسِّينُ تَنفيسٍ تدلُّ القَريْبَ       *    وسوف تسويفٍ تدلُّ البَعيْدَ   

سَوْفَ لِلتـَّسْوِيْفِ  mempunyai ma’na yang lebih jauh dari pada سِيْن تـَنفِيْسِ  karena sebuah qowaid nahwu menjelaskan, لِأنَّ زِيَادَة َالبناءِ تـَدُلُّ عَلى زِيَادَة َالمَعْنـَى   artinya, penambahan huruf berbanding lurus dengan penambahan ma’na. (semakin banyak hurufnya, semakin banyak pula ma’nanya).

Qoidah,

وَكـُلُّ مَا زَادَ عَلى البـِناءِ       *       دَلَّ عَلى زِيَادَةِ المَعْناءِ         

4.    تاءْ تـَأنِيْث السَّاكِنة

Dinamai تـَاءْ تـَأنِيْث  yang سَاكِنـَة  karena dalam konteks ilmu nahwu, تـَاءْ تـَأنِيْث ada 3, yaitu :

–    تـَاءْ تـَأنِيْث سَاكِنـَة. cirinya, selalu masuk pada kalimah fiil dan menjadi ciri i’robnya.

Contoh : (syiiran)

عَلـَمَتْ فحَيَّتْ ثـُمَّ قامَتْ فوَدَّعَتْ      *       فلمَّا توَلَّت كَادَتِ النـَّفسُ تزْهَقُ

–    تـَاءْ تـَأنِيْث حركة الإعراب atau تـَاءْ تـَأنِيْث مُتـَحَرِّكَة. cirinya, selalu masuk pada kalimah isim dan menjadi penerima ciri i’robnya.

Contoh : ناصِرَة ٌ

–    تـَاءْ تـَأنِيْث غيرَ حركةَ الإعراب. cirinya, masuk kepada kalimah isim, fiil, dan huruf, namun tidak sebagai harakat i’robnya. Contoh :

•    Masuk pada kalimah fiil : تَنْصُرُ

•    Masuk pada kalimah isim : لاحول ولاقوة

•    Masuk kepada kalimah haraf : ثمّتَ, (dalam alfiyyah bab jama taksir)

Ciri fiil yang empat tersebut, penempatannya terklarifikasi menjadi 3 :

1.    Khusus masuk pada fiil madhi, yaitu تأ تأنيث الساكنة

2.    Khusus masuk pada fiil mudhore, yaitu سين بنفيس + سوف تسويف

3.    Bisa masuk pada fiil madhi maupun mudhore, yaitu قد حرفية

____________________________
Demikian pembahasan Bab Kalam Bagian 6, Tunggu Pembahasan Bab Kalam Bagian 7 di artikel selanjutnya.

Sumber : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat

Bab Kalam : Bagian 5 (قوله: فالإسْمُ يُعْرَفُ…….إلخ) “Ciri Isim : Huruf Jer”

Bagian 5 ini merupakan pembahasan lanjutan dari Bagian 4.

3. Huruf Jer

Berdasarkan  ma’na dan muta’allaqnya, huruf jer terbagi 3, yaitu :


–    Ashliyyah


مَا يَحْتَاجُ إلَى مُتَعَلَّقٍ يَتَعَلَّقُ بِهِ وِلِهُ مَعْنًى فِى نَفْسِهِ


Huruf jer uang membutuhkan mutaallaq dan mempunyai ma’na dalam dirinya.
 

Contoh : مررت بزيدٍ
 

Qoidah,

وَهوَ   مَايَحْتَاجُ   إلىَ مُتَعَلقْ     *    لَهُ   مَعْنىً   فِى   نَفْسِهِ    يَتَعَلقْ

–    Zaidah

مَا لا يَحْتَاجُ إلَى مُتَعَلَّقٍ يَتَعَلَّقُ بِهِ وِلا لَهُ مَعْنًى فِى نَفْسِهِ بل لأجل توكيد المعنى فقط


Huruf jer yang tidak membutuhkan mutaallaq dan tidak mempunyai ma’na dalam dirinya, namun hanya berfungsi sebagai taukid (penguat statement).
 

Contoh : ليس زيد بقائمٍ

Qoidah,

وَمَا       بِمُتَعَلقٍ      لاَ يَحْتَاجُ     *    يُسَمَّى    زَائِدًا    لَيْسَ   مَعْنًى   لَهُ

–    Syibeh Zaidah

مَا لا يَحْتَاجُ إلَى مُتَعَلَّقٍ يَتَعَلَّقُ بِهِ ولَهُ مَعْنًى فِى نَفْسِهِ


Huruf jer yang tidak membutuhkan mutaallaq namun mempunyai ma’na dalam dirinya.
 

Contoh : ربَّ رجلٍ قائمٍ

Qoidah,

وَمَا   لَهُ  مَعْنًى دُوْنَ  تعَلقٍ      *    فَشِبْهُ     زَاِئٍد    بِلاَ      تَكَلُّفٍ

Menurut Kitab Alfiyyah, Huruf jer seluruhnya ada 20. Namun secara garis besar, menurut Kitab Jurumiyyah dan Imrithi, huruf jer ada 9, yaitu : مِنْ, إلى, عَنْ, عَلى, فِيْ, رُبَّ, بَ, كَ, dan ل.

Qoidah,

وَهِيَ مِنْ وَإلى وَعَنْ وَعَلى        *    وَفِي وَرُبَّ وَالبَاءُ وَالكافْ وَاللاَّمْ      

Alfiyyah,

هَاكَ حُرُوفَ الجَرِّ وَهِيَ مِنْ إلى            *         حَتـَّى خَلا عَدَا حَاشَا فِيْ عَنْ عَلى
 مُذ ْمُنذ ُرُبَّ لاَمْ كيْ وَاوٌ وَتا                 *                 وَالكافُ وَالبَا وَلعَلَّ وَمَتـَى
 

1.    مِنْ

Ma’nanya ada 6, yaitu :


–    إبْتِدَاءْ فِي الزَّمَانْ, mengawali dalam waktu. 

Contoh : (  لمَسْجدٌ أ ُسِّسَ عَلى التـَّقوَى مِنْ أوَّلِ يَوْمٍ أحَقُّ (التوبة : 108
 

–    إبْتِدَاءْ فِي المَكَانْ, mengawali dalam tempat. Contoh : 

( سُبْحَانَ الـَّذِيْ أسْرَى بعَبْدِهِ ليْلاً مِنَ المَسْجدِ الحَرَامِ إلى المَسْجدِ الأقصَى. (الإسراء :1
 

–    لِلتـَّبْعِيْض, sebagian. Contoh : (  وَمِنَ النـَّاسِ مَنْ يَقـُوْلُ آمنـَّا باللهِ (البقرة : 8
 

–    لِلتـَّبْيـِيْن, menjelaskan. Contoh : (  فاجْتـَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الأوْثانِ (الحج : 30

Alfiyyah,

بَعِّضْ وَبَيِّنْ وَابْتـَدِءْ فِي الأمْكِنهْ        *       بمِنْ وَقدْ تـَأتِيْ لِبَدْءِ الأزْمِنهْ

–    بَدَلِيَّة, Pengganti. Contoh : ( أرَضِيْتـُمْ بالحَيَاةِ الدُّنيَا مِنَ الآخِرَةِ. (التوبة :  38, taqdirnya :  بَدَلَ الآخِرَةِ

Alfiyyah,

لِلإنتِهَا حَتـَى وَلامٌ وَإلى                   *             وَمِنْ وَبَاءٌ يُفهِمَانِ بَدَلا

–    زَائِدَة, ciri ma’na zaidah yaitu selalu menjerkan isim nakiroh yang didahului nafi/syibeh nafi (nahi dan istifham). Contoh :  مَا لِبَاغٍ مِنْ مَفرٍّ (pada nafi)
 
Alfiyyah,

وَزِيْدَ فِيْ نـَفيٍ وَشِبْهِهِ فجَرّ         *         نكِرَة ًكمَا لِبَاغٍ مِنْ مَفرّ

2.    إلى
 
Ma’nanya ada 2, yaitu :

–    إنتِهَاءْ فِي الزَّمَانْ, mengakhiri dalam waktu. Contoh : صُمْتُ إلى يَوْمِ الخَمِيْسِ
 

–    إنتِهَاءْ فِي المَكَانْ, mengakhiri dalam tempat. Contoh : سِرْتُ مِنْ مَكَّة َإلى المَدِيْنةِ

Alfiyyah,

لِلإنتِهَا حَتـَى وَلامٌ وَإلى        *    وَمِنْ وَبَاءٌ يُفهِمَانِ بَدَلا

3.    عَنْ
 
Ma’nanya ada 4, yaitu :

–    مُجَاوَزَة, melewati. Contoh :  رَمَيْتُ السَّهْمَ عَنِ القـَوْسِ
 

–    بَعْدَ, jauh. Contoh : (  لتـَرْكَبُنَّ طـَبَقا عَنْ طـَبَقٍ (الإنشقاق : 19 

–    عَلى, atas. Contoh : (syair)

لاَهِ ابْنُ عَمِّكَ لاأفضَلـْتَ فِيْ حَسَبٍ     *      عَنـِّيْ وَلا أنتَ دَيَّانِى فتـَخْزُوْنِى
 

Alfiyyah,

بعَنْ تجَاوُزًا عَنـَى مَنْ قدْ فطـَنْ       *    بعَنْ تجَاوُزًا عَنـَى مَنْ قدْ فطـَنْ   
  
  كمَا عَلى مَوْضِعَ عَنْ قدْ جُعِلا         *     وَقدْ تَجـِيْ مَوْضِعَ بُعْدٍ وَعَلى

–    عن إسْمِيَّة, kalimah isim, cirinya selalu dijerkan oleh huruf jer من. Contoh : (syair)


       وَلقدْ أرَانِى للرِّمَاحِ دَرِيْئَة ً      *     مِنْ عَنْ يَمِيْنِيْ تارَة ً وَعَمَامِي
 

Alfiyyah,

وَاسْتـُعْمِلَ اسْمًا وَكذا عَنْ وَعَلى    *    مِنْ أجْلِ ذا عَليْهِمَا مِنْ دَخَلا 

4.    عَلى
 

Ma’nanya ada 4, yaitu :

–    إسْتِعْلاءْ, meninggikan/mengataskan


إسْتِعْلاءْ  Terbagi 2 :
 

•    Haqiqi. Contoh :  جَلسْتُ عَلى الكُرْسِي
 

•    Majazi. Contoh :  عليه دين
 

–    فِيْ, dalam. Contoh : (  وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا (القصص : 15
 

–    عَنْ, dari. Contoh : (Syair)

إذا رَضِيَتْ عَليَّ بَنـُوْ قـُشَيْرٍ      *       لعُمْرُ اللهِ أعْجَبَنِيْ رِضَاهَا


Alfiyyah,

عَلى لِلإسْتِعْلا وَمَعْنى فِيْ وَعَنْ           *    عَلى لِلإسْتِعْلا وَمَعْنى فِيْ وَعَنْ

–    على إسْمِيَّة, kalimah isim, cirinya apabila lafadz على dijerkan lafadz مِنْ. Ma’nanya adalah فـَوْقَ.
 
Contoh : (Syair)

غدَتْ مِنْ عَليْهِ بَعْدَ مَا تـَمَّ ضَمْؤُهَا       *    تـَصِلُّ وَعَنْ قـَيْضٍ بزَيْزَاءَ مُجْهِلٍ

Alfiyyah,

وَاسْتـُعْمِلَ اسْمًا وَكذا عَنْ وَعَلى      *    مِنْ أجْلِ ذا عَليْهِمَا مِنْ دَخَلا

5.    فِيْ
 
Ma’nanya ada 2 :
 

–    سَبَبـِيَّة, sebab. Contoh :

 دَخَلتِ امْرَأة ٌ النـَّارَ فِيْ هِرَّةٍ حَبَسَتهَا فلا هِيَ أطعَمَتهَا وَلا هِيَ ترَكَتهَا، تـَأكُلُ مِنْ خـَشَاشِ الأرْضِ
 

–    ظرْفِيَّة, wadah. Terbagi 2 :

•    Haqiqi : أنْ يَّكُوْنَ لِلظـَّرْفِ إحْتِوَاءٌ وَلِلمَظرُوْفِ تَحَيُّزٌ
 

Pada Dzorof (Wadah) ada ruang, dan pada Madzruf (yang diwadahi) ada bentuk.
 

Contoh : المَاءُ فِي الكُوْزِ. Artinya, Air ada di dalam ember
 

•    Majazi, ada 3
 

o    أنْ لا يَكُوْنَ لِلظـَّرْفِ إحْتِوَاءٌ وَلِلمَظرُوْفِ تَحَيُّزٌ .
 

Pada Dzorof (Wadah) tidak ada ruang, dan pada Madzruf (yang diwadahi) ada bentuk.
 

Contoh : زَيْدٌ فِي الخيْرِ, Artinya Zaid ada di dalam kebaikan
 

o    أنْ يَّكُوْنَ لِلظـَّرْفِ إحْتِوَاءٌ وَليْسَ لِلمَظرُوْفِ تَحَيُّزٌ .
 

Pada Dzorof (Wadah) ada ruang, dan pada Madzruf (yang diwadahi) tidak ada bentuk.
 

Contoh : العِلمُ فِي الصَّدْرِ, Artinya, Ilmu ada di dada (hati).
 

o    أنْ لا يَكُوْنَ لِلظـَّرْفِ إحْتِوَاءٌ وَليْسَ لِلمَظرُوْفِ تَحَيُّزٌ .
 

Pada Dzorof (Wadah) tidak ada ruang, dan pada Madzruf (yang diwadahi) tidak ada bentuk.
 

Contoh : العِلمُ فِي الخيْرِ, Artinya, Ilmu ada didalam kebaikan.
 

Alfiyyah,

وَزِيْدَ وَالظـَّرْفِيَّة َاسْتبـِنْ ببَا            *         وَفِيْ وَقـَدْ يُبَيِّنانِ السَّبَبَا

6.    رُبَّ
 
Ma’nanya ada 2, yaitu :
 

–    تكثير, memperbanyak. Contoh :  رُبَّ رَجُلٍ كَرِيْمٍ لقـَيْتُهُ
 

–    تقليل, meminimalisir. Contoh : (Syair)

اَلاَ رُبَّ مَوْلُوْدٍ وَليْس لهُ ابٌ        *    وَذِيْ وَلدٍ لَمْ يَلدْهُ اَبَوَانِ
 
Syaratnya – menjerkan ada 5, yaitu :


•    Yang dijerkan harus berupa isim dzohir
•    Amilnya harus dengan fiil madhi
•    Amilnya harus terletak dibelakang
•    Isim dzohirnya harus nakiroh
•    Isim nakirohnya harus disifati

7.    بَ

Ma’nanya ada 10, dan sudah dijelaskan pada pembahasan basmallah.
 

8.    ك
 

Ma’nanya ada 4 :


–    لِلتَّشْبـِيْهِ, menyerupai, maksudnya :

مُشَارَكَة ُ أمْرٍ لأمْرٍ فِى المَعْنـَى شَرِيْفا كَانَ أوْ حَسِيْسًا


Menyertakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, baik (bertujuan) untuk memulyakan maupun menghinakan.
 

Contoh : زَيْدٌ كَالأسَدِ
 

–    لِلتَّعْلِيْلِ, memberi alasan. Contoh : وَاذكُرُوْهُ كَمَا هَدَاكُمْ
 

–    زَائِدَة لِلتَّوْكِيْدِ  (tambahan untuk penguat statement). Crinya selalu masuk kepada lafadz مِثل.
 

Contoh : ليْسَ كَمِثلِهِ شَيْئٌ
 

–    كاف إسْمِيَّة, kalimah isim, namun keberadaannya sangat jarang ditemukan. Contoh : (Syair)

أتـَنتَهُوْنَ وَلنْ يَنهَى ذوِيْ شَطـَطٍ            *        كَالطـَّعْنِ يَذهَبُ فِيْهِ الزَّيْتُ وَالفـَتَلُ

Alfiyyah,

وَاسْتـُعْمِلَ اسْمًا وَكذا عَنْ وَعَلى                *         مِنْ أجْلِ ذا عَليْهِمَا مِنْ دَخَلا

9.    ل
 
Ma’nanya ada 4, yaitu :
 

–    لِلمِلكِ, yaitu الوَاقِعَة ُبَيْنَ ذاتَيْنِ وَدَخَلـَتْ عَلى مَنْ يَمْلِكُ
 

Artinya, Lam yang terletak diantara dua dzat yang masuk kepada pemiliknya.
 

Contoh : للهِ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الأرْض
 

–    شِبَيْه مِلكِ, yaitu الوَاقِعَة ُبَيْنَ ذاتَيْنِ وَدَخَلـَتْ عَلى مَنْ لا يَمْلِكُ
 

Artinya, Lam yang terletak diantara dua dzat yang tidak masuk kepada seseorang yang bukan pemiliknya.
 

Contoh : المَالُ لِزَيْدٍ. ¬Harta itu milik zaid (hakikatnya seluruh harta adalah milik Allah)
 

–    تَعْدِيَّة, me-muta’addi-kan. Contoh : فهَبْ لِيْ مِنْ لـَدُنكَ وَلِيّا
 

–    تَعْلِيْلِيَّة, memberi alasan. Contoh : جئْتـُكَ لإكْرَامِكَ

Alfiyyah,

وَاللاَّمُ لِلمِلكِ وَشِبْهِهِ وَفِيْ                *          تـَعْدِيَّةٍ أيْضًا وَتـَعْلِيْلٍ قـُفِيْ

Penempatan Huruf Jer terbagi 3, yaitu :
 

1.    Khusus kepada Isim Dzohir, ada 7, yaitu : مُنذ, مُذ, حَتـَّى, كـَافَ, وَاو, رُبَّ, تـاء.
 

Alfiyyah,

بالظـَّاهِرِ اخْصُصْ مُنذ ُمُذ ْوَحَتـَّى    *    وَالكـَافَ وَالوَاوَ وَرُبَّ وَالتـَّا

Namun, Kaf digunakan menjerkan isim dzohir yang ma’rifat, sedangkan rubba untuk isim dzohir yang nakiroh.

Alfiyyah,

وَاخْصُصْ بمُذ ْوَمُنذ ُوَقتـًا وَبرُبّ             *         مُنكـَّرًا وَالتـَّاءُ للهِ وَرَبّ

2.    Boleh Isim Dzohir, boleh Isim Dhomir, yaitu Sisa dari yang 7 tadi (13 huruf).

Huruf Qosam (Janji)
 
Huruf Qosam ada 3, yaitu :
 

1.    تاء. Khusus masuk pada lafadz Allah. Contoh : تاللهِ
 

Syaratnya :
•    Fiil Qosamnya dibuang (ditaqdirkan)
•    Bukan merupakan jawaban dari pertanyaan/syarat
•    Tidak masuk pada Isim dhomir
 

2.    باء. Boleh masuk masuk pada lafadz Allah, boleh masuk kepasa isim dhomir. Contoh : باللهِ، بهِ
 

Syaratnya :
•    Fiil Qosamnya ditampakkan (diperlihatkan)
•    Boleh menjadi jawaban dari pertanyaan/syarat.
•    Boleh masuk pada isim dzohir, boleh masuk pada isim dhomir
 

3.    واو. Boleh masuk pada Lafadz Allah, boleh masuk pada isim dzohir. Contoh : وَاللهِ، وَالعَصْر
 

Syaratnya :
•    Fiil Qosamnya dibuang (ditaqdirkan)
•    Bukan merupakan jawaban dari pertanyaan/syarat
•    Boleh masuk pada isim dzohir dan lafadz Allah. Selain masuk kepada lafadz Allah hukumnya Syadz.
 

Qoidah,

وَقدْ يُجَرُّ الإسْمٌ حَرْفُ القـَسَمِ           *      وَاوٌ وَبَاءٌ تاءٌ أيْضًا فـَافهَمِ     

Pada dasarnya, asal dari huruf qosam adalah wawu, لِشُهْرَتِهَا وَلِكَثـْرَةِ اسْتِعْمَالِهَا فِى القسَمِ, karena masyhur dan paling sering digunakan untuk sumpah (daripada huruf qosam lainnya).


_____________________________
Demikian pembahasan Bab Kalam Bagian 5, Tunggu Pembahasan Bab Kalam Bagian 6 di artikel selanjutnya.

Sumber : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat

Bab Kalam : Bagian 4 (قوله: فالإسْمُ يُعْرَفُ…….إلخ) “Ciri Isim : I’rob Jer-Alif Lam”

Bagian 4 ini merupakan pembahasan lanjutan dari Bagian 3.

Fa pada lafadz فالإسم  disebut فاء فصيحة : مَا صَحَّ وُقُوْعُهَا جَوَابًا عَنْ شَرْطٍ مُقَدَّرٍ , artinya, fa yang baik digunakan untuk menjawab pertanyaan/syarat yang dikira-kirakan (satu fungsi seperti wawu isti’naf bayani).
Alif lam pada lafadz فالإسم  disebut الف لام لتعريف عهد الذكر : مَا تـَقدَّمَ ذِكْرُ مَصْحُوْبـِهَا صَرِيْحًا أوْ كِنايَةٍ. Artinya, Alif lam yang dibicarakan pertama beserta sesuatu yang mnyertai Alif lam, baik ketika konkrit (jelas) mapun Abstrak (samar). Contoh lebih jelasnya akan dibahas nanti pada ciri isim.
Alif lam ini disebut الف لام لتعريف عهد الذكر karena pada hakikatnya lafadz الإسم  sudah disebutkan terlebih dahulu pada kalam sebelumnya. Hal ini didasarkan pada qowaid nahwu,

ومن القواعد المقرّرة فى فنّ النـّحو أنّ النـّكرة إذا أعيدت معرفة تكون عين الأولى، وكما إذا أعيدت نكرة تكون غير عين الأولى. وأنّ المعرفة إذا أعيدت معرفة تكون عين الأولى، وكما إذا أعيدت نكرة تكون مختلفة

Artinya, Diantara qowaid-qowaid nahwu yang ditetapkan adalah : Apabila ketika isim nakiroh disebut kembali pada kalam selanjutnya berupa isim ma’rifat, maka lafadz tersebut menunjukkan lafadz yang disebut sebelumnya. Apabila ketika isim nakiroh disebut kembali pada kalam selanjutnya berupa isim nakiroh, maka lafadz tersebut tidak menunjukkan lafadz yang disebut sebelumnya. Apabila ketika isim ma’rifat disebut kembali pada kalam selanjutnya berupa isim ma’rifat, maka lafadz tersebut menunjukkan lafadz yang disebut sebelumnya. Apabila ketika isim ma’rifat disebut kembali pada kalam selanjtnya berupa isim nakiroh, maka lafadz tersebut statusnya masih samar, dalam artian ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut.

Dari qowaid tersebut, dapat diambil sebuah klasifikasi sebagai berikut :

–    Muwafaqoh (maksudnya, pertama=kedua)
o    Nakiroh > Ma’rifat. Contoh : جاء ني رجل فأكرمت الرجل
o    Ma’rifat > Ma’rifat. Contoh : جاء ني الرجل فأكرمت الرجل

–    Mughoyyaroh (maksudnya, pertama≠kedua)
o    Nakiroh > Nakiroh. Contoh : جاء ني رجل فأكرمت رجلا

–    Mukhtalifah (maksudnya, ada perbedaan pendapat antara = dan ≠)
o    Ma’rifat > Nakiroh. Contoh : (dalam syiiran)

صَفَحْنَا عَنْ بَنِيء دُهْلٍ    *       وَقُلْنَا القَوْمُ إخْوَانُ
عَسَى الأيَّامُ اَنْ يَرْجُعْـ    *    نَ قَوْمًا كالذِي كانوا

 Qoidah,

ثُمَّ مِنَ القَوَاعِدِ المُشْتَهَرَةْ               *            إِذَا أتَتْ نَكِرَةٌ مُكَرَّرَةْ
   تَغَايَرَا وَإنْ يُعَرَّفِ الثَانِى              *           تَوَافَقَا كَذَا المُعَرَّفَانِ       

Ciri Isim ada 4 :
1.    I’rob Jer
2.    Tanwin
3.    Alif Lam
4.    Huruf Jer

1.    I’rob Jer

Sebab Jer ada 3, yaitu :

–    Huruf Jer. Contoh : مَرَرْتُ بزَيْدٍ

–    Idhofah. Contoh : جَاءَ غـُلامُ زَيْدٍ

–    Taba’iyyah (Naat, Athaf, Taukid, dan Badal). Contoh : مَرَرْتُ بزَيْدٍ فاطِنٍ

Alfiyyah,

خافِضُهَا ثلاثـَة ُأنوعُ                *         الحَرْفُ وَالمُضَافُ وَالإتبَاعُ
       
Selain yang 3 tersebut, ada 2 ciri i’rob jer, yaitu :

–    Tawahhum (Menciptakan, maksudnya seolah-olah terdapat huruf jer yang memajrurkan berupa huruf jer zaidah). Contoh : ليس زيدٌ قائمٍ

–    Mujawaroh (Berdekatan dengan yang dihukumi Jer). Contoh : هذا حُجْرُ ضَبٍّ خَرْبٍ.

Pada hakikatnya, lafadz خَرْبٍ adalah sifat dari lafadz حُجْرُ yang i’robnya rofa’, namun karena berdekatan dengan lafadz ضَبٍّ yang i’robnya jer, maka خَرْبٍ dii’robi jer.

2.    Tanwin

Pengertian,

نـُوْنٌ سَاكِنـَة ٌتـَلحَقُ آخِرَ الإسْمِ لفظا لا خطـًّا 

Artinya, Nun sukun yang ada pada kalimah isim, terlihat (konkrit) secara pengucapan, tidak terlihat (abstrak) secara penulisan.

 Qoidah,

 وَتـَّعْرِيْفُ التـَّنوِيْنِ نوْنٌ سَاكِنٌ         *            تـَلحَقُ آخِرَ الأسْمَاءِ مَلْفُوْظٌ                 
  وَغَيْرُ مَخْطوْطٍ وَغَيْرُ مَخْطوْطٍ        *      وَغَيْرُ مَخْطوْطٍ وَغَيْرُ مَخْطوْطٍ

Tanwin pada dasarnya sangat banyak, diantaranya ; tanwin tamkin, tankir, muqobalah, iwadh, ziyaadah, taronnum, hikaayah, idlthiror, gholi, dan syadd.

Namun, yang menjadi ciri i’rob jer ada 4, yaitu :

–    Tanwin Tamkin : اللاَّحِقُ لِلأسْمَاءِ المُعْرَبَةِ

Artinya, tanwin yang ada pada isim mu’rob. Contoh : زَيْدٌ

Alfiyyah,

الَصَّرْفُ تنْوِيْنٌ أتىْ مُبَيِّناً     *    مَعْنًى بِهِ يَكُوْنُ الاسْمُ أمْكَنَا

–    Tanwin Tankir : اللاَّحِقُ لِلأسْمَاءِ المَبْنِيَّةِ فرْقا بَيْنَ مَعْرِفتِهَا وَنكِرَتِهَا

Artinya, tanwin yang ada pada isim mabni sebagai pembeda antara kenakirohan dan kema’rifatannya. Contoh : nakiroh > شِبَوَيْهِ, ma’rifat > شِبَوَيْهٍ

Alfiyyah,

وَاحْكُمْ بِتَنْكِيْرِ الَّذِيْ يُنَوَّنُ    *    مِنْهَا وَتَعْرِيْفُ سِوَاهُ بَيِّنُ

–    Tanwin Muqoobalah : اللاَّحِقُ لِجَمْعِ المُؤَنـَّثِ السَّالِمِ مُقابَلة ً للِنـُوْنِ فى جَمْعِ المُذكَّرِ السَّالِمِ

Artinya, Tanwin yang ada pada jama’ muannats salim sebagai pembanding dengan nun pengganti tanwin pada jama’ mudzakkar salim. Contoh : مُسْلِمُوْنَ – مُسْلِمَاتٌ

–    Tanwin Iwadh

Terbagi 3 :

o    عِوَضٌ عَنِ الإسْمِ : اللاَّحِقُ لِكُلٍّ عِوَضا عَمَّا تـُضَافُ إليْهِ

Tanwin yang masuk pafa lafadz كُلّ sebagai pengganti dari mudhof ilehnya.

Contoh : (كُلُّ لهُ قانِتونٌ (البقرة : 116 ، الروم : 26, taqdirnya : كُلُّ إنسَانٍ لهُ قانِتونٌ 

o    عِوَضٌ عَنِ الحَرْفِ : اللاَّحِقُ لِجَوَارٍ وَغوَاشٍ وَنحْوِهِمَا رَفعًا وَجَرًّا

Tanwin yang masuk pada isim bangsa mu’tal lam (manqus/naqis) ketika rofa dan jer

Contoh : مَرَرْتُ بجَوَارٍ, asalnya : بجَوَارِيْ

Alfiyyah,

وَذا اعْتِلالٍ مِنْهُ كالجَوَارِيْ      *    رَفْعًا وَجَرًّا أجْرِهِ كَسَارِيْ

o    عِوَضٌ عَنِ الجُمْلةِ : اللاَّحِقُ لِئِذ ْعِوَضًا عَنْ جُمْلـَةٍ تكُوْنُ بَعْدَهُ

Tanwin yang masuk pada lafadz إذ sebagai pengganti dari jumlah setelahnya.

Contoh :(- وَأنتـُمْ حِيْنئِذٍ تـَنظـُرُوْنَ. (الواقعة -٨٤, taqdirnya : وَأنتـُمْ حِيْنئِذ ْ بَلغـَتِ الرُّوْحُ الحُلقـُوْمَ تـَنظـُرُوْنَ

Alfiyyah,

وَألزَمُوْا إِضَافَة إلَى الجُمَلْ     *    حَيْثُ  وَ إذْ  وَإنْ يُنَوَّنْ يُحْتَمَلْ

3.    Alif Lam

Alif lam ada 2, yaitu :

a)    لِلتـَّعْرِيْف, terbagi 2 :

–    لِتـَعْرِيْفِ الجـِنسِ , ada 4 :

o    لِتـَعْرِيْفِ جـِنسِ الحَقِيْقـَةِ مِنْ حَيْثُ هِيَ

مَا أشَارَ إلي حَقِيْقـَةٍ مِنْ حَيْثُ هِيَ بقـَطعِ النـَّظرِ عَنْ عُمُوْمِهَا وَخُصُوْصِهَ

Artinya, Alif lam yang mengisyaratkan ma’na hakikat/esensi dengan konsekuensi mematahkan pemikiran dari keumuman dan kekhususannya (menjadi ma’na baru yang berasal dari umum dan khusus).

Contoh  : الإنسَانُ حَيَوَانٌ ناطِقٌ

o    لِتـَعْرِيْفِ جـِنسِ الحَقِيْقـَةِ فِيْ ضِمْنِ فرْدِ المُبْهَمِ :

مَا أشَارَ إلي حَقِيْقـَةٍ فِيْ ضِمْنِ فرْدِ المُبْهَمِ
 

Artinya, Alif lam yang mengisyaratkan ma’na hakikat dengan menyimpan afrod (sesuatu) yang tersirat (pada lafadz yng bersifat umum, berubah menjadi khusus dan kekhususannya adalah kekhususan yang dimaksud oleh pembicara)

Contoh : sabda Nabi Ya’qub ; إنـِّي أخافُ أنْ يَّأكُلـَهُ الذ ِّئْبُ

o    لِتـَعْرِيْفِ جـِنسِ الإسْتِغرَاقِ لِجَمِيْعِ الأفرَادْ :

مَا أشَارَ إلى كُلِّ أفرَادٍ ألـَّتِيْ يَتناوَلـُهَا اللـَّفظ ُبحَسَبِ اللـُّغةِ

Artinya, Alif lam yang mengisyaratkan ma’na seluruh afrod yang mencakup secara global dengan pertimbangan penggunaan bahasa.

Contoh : إنَّ الإنسَانَ لفِيْ خُسْرٍ

o    لِتـَعْرِيْفِ جـِنسِ الإسْتِغرَاقِ لِبعض الأفرَادْ :

مَا أشَارَ إلى كُلِّ أفرَادٍ  مُقيَّدًا

Artinya, Alif lam yang mengisyaratkan terhadap seluruh afrod, namun mempunyai batas cakupan (berqoyyid). (qoyyidnya adalah cakupan lafadz sebelumnya).

Contoh : جَمَعَ الرَّئِيْسُ الطـُّلاَّبَ

–    لِتـَعْرِيْفِ العَهْدِ , ada 3 :

o    لِتـَعْرِيْفِ عَهْدِ الذ ِّكْرِ : مَا تـَقدَّمَ ذِكْرُ مَصْحُوْبـِهَا صَرِيْحًا أوْ كِنايَةٍ

Artinya, Alif lam yang dibicarakan pertama beserta sesuatu yang mnyertai Alif lam, baik ketika konkrit (jelas) mapun Abstrak (samar).

Contoh : Konkrit > جَاءَ رَجُلٌ فأكْرَمْتُ الرَّجُلَ

Abstrak > (- إنـِّيْ نـَذرْتُ لكَ مَا فِيْ بَطنِيْ مُحَرَّرًا….ولـَيْسَ الذ َّكَرُ كَالأ ُنثـَى. (ال عمران٣٦

o    لِتـَعْرِيْفِ عَهْدِ الدِّهْنِ : مَا حَصَلَ ذِكْرُ مَصْحُوْبـِهَا فِيْ دِهْنِ المُخاطبِ

Artinya, Alif lam yang menghasilkan pembicaraan yang disertai dengannya dalam hati pembicara.

Contoh : (- إذ هُمَا فِي الغـَارِ. (التوبة –٤٠

o    لِتـَعْرِيْفِ عَهْدِ الحُضُوْرِ : مَا حَصَلَ ذِكْرُ مَصْحُوْبـِهَا فِي الحِسِّ وَالمُشَاهَدَةِ

Artinya, Alif lam yang menghasilkan pembicaraan yang disertai dengannya dalam jangkauan panca indera dan persaksian.

Contoh : ( اليَوْمَ أكْمَلتُ لكُمْ دِيْنـَكُمْ. (المائده : 3

b)    لِلزِّيَادَة, ada 4 :

    لِلزِّيَادَةِ اللاَّزِمَةِ .

Contoh : الـَّذِيْنَ، اللاَّتِ (إسم موصول)، الآنَ (ضرف زمان حاضر)، اللاَّتَ

Alfiyyah,

وَقدْ تـُزَادُ لازِمًا كاللاَّتِ                 *              وَالآنَ وَالـَّذِيْنَ ثـُمَّ اللاَّتِ

–    لِلزِّيَادَةِ لِلإضْطِرَارْ. (Darurat). Contoh : pada syair,

وَلقدْ جَنيْتـُكَ أكْمَؤًا وَعَشَاقِلا             *                  وَلقدْ نهَيْتـُكَ عَنْ بَناتِ الأوْبَرِ

رَأيْتـُكَ لَمَّا عَنْ عَرَفتَ وُجُوْهَنا          *    صَدَدْتَ وَطِبْتَ النـَّفسَ يَاقيْسُ عَنْ عَمْرٍو

Alfiyyah,

وَلِاضْطِرَارٍ كبَناتِ الأوْبَرِ                *             كذا وَطِبْتَ النـَّفسَ يَاقيْسُ السَّرِى

–    لِلزِّيَادَةِ لِلـَّمْحِ . (Melihat dari ma’na asal). Contoh : الحَارِثُ، الفـَضلُ

Alfiyyah,

وَبَعْضُ الأعْلامِ عَليْهِ دَخَلا           *      لِلـَمْحِ مَا قدْ كانَ عَنهُ نـُقِلا
   كالفـَضْلِ وَالحَارِثِ وَالنـُّعْمَانِ        *       فذِكرُ ذا وَحَذ ْفـُهُ سِيَّانِ 
   
–    لِلزِّيَادَةِ لِلغلـَبَةِ. (Mengungguli). Contoh : المَدِيْنـَة ُ، العَقبَة ُ

Alfiyyah,

وَقدْ يَصِيْرُ عَلمًا بالغَلبَة ْ            *         مُضَافٌ أوْ مَصْحُوْبٌ ألْ كالعَقبَة ْ

_____________________
Demikian pembahasan Bab Kalam Bagian 4, Tunggu Pembahasan Bab Kalam Bagian 5 di artikel selanjutnya.

Sumber : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat

Bab Kalam : Bagian 3 (قوله: وَأقسَامُهُ ثـَلاثـَة…….إلخ) “Fiil dan Huruf/Harf”

Bagian 3 ini merupakan pembahasan lanjutan dari Bagian 2.
2. FIIL
Yang akan dibahas dari fiil ada 4 :
A.        Pengertian Fiil
Etimologi : مَا دَلّ عَلى حَدَثٍ . Artinya, Sesuatu yang menunjukkan suatu pekerjaan
Terminologi :
كَلِمَة ٌ دَلـَّتْ عَلى مَعْنـًى فِيْ نـَفسِهَا وَاقتـُرِنـَتْ بزَمَانٍ وَضْعًا

Artinya, Kalimah yang menunjukkan ma’na dari dirinya sendiri disertai kaidah-kaidah zaman

Qowaaidul I’rob,

وَالفِعْلُ مَا دَلَّ عَلى مَعْنـًى يَقعْ
 * 
بأزْمَانٍ ثـَلاثةٍ قدِ اتـَّبَعْ         

B.        Hukum Fiil
Hukum fiil secara global adalah Mabni
Namun apabila dilihat secara terperinci, hukum fiil ada 2 :
          Mabni : Fiil Madhi dan Fiil Amar
          Mu’rob : Fiil Mudhore
Alfiyyah,
وَفِعْلُ أَمْرٍ وَبُنِيٍّ بُنِيَا
   *
وَأَعْرَبُوْا مُضَارِعًا إِنْ عَارِيَا
Syarat fiil Mudhore dihukumi mu’rob ada 2 :
          Kosong dari nun taukid. Contoh : يَنْصُرَنَّ
          Kosong dari nun jama muannas. Contoh : يَنْصُرْنَ
Alfiyyah,
وَأَعْرَبُوْا مُضَارِعًا إِنْ  عَارِيَا
*
وَأَعْرَبُوْا مُضَارِعًا إِنْ عَارِيَا
مِنْ نُوْنِ تَوْكِيْدٍ مُبَاشِرٍ وَمِنْ
*
نُوْنِ إنَاثٍ كَيَرُعْنَ مَنْ فُتِنْ
Fiil mudhore bisa dihukumi mu’rob, لمضارعه باسم الفاعل في السكنات والحركات. Karena fiil mudhore menyerupai isim dari segi tempatt sukun dan harakatnya.
Contoh : يكرم = مكرم
Alfiyyah,
وزينة المضارع اسم الفاعل         *   من غير ذى الثلاث كالمواصل
مع كسر متلوّ الآخر مطلقا           *             وغير ميم زائد قد سبقا
C.        Pencetak (Asal Muassal) Fiil
Ada 3 pendapat yang menyatakan mengenai asal muassal dari fiil (-), yaitu :
          Pendapat Ulama Bashroh, asal fiil adalah masdar
          Pendapat Ulama Kuffah, asal fiil adalah fiil madhi
          Pendapat Imam Mubarrod, asal muassal fiil adalah Fiil Mudhore
D.        Pembagian Fiil
Fiil terbagi 3 (dilihat dari segi zaman), yaitu :
          Fiil Madhi.
          Fiil Mudhore.
          Fiil Amar.
Imrithi,
أفعَالهُمْ ثـَلاثـَة ٌ فِي الوَاقِـعِ 
*
مَاضٍى وَفِعْلُ الأمْرِ وَالمُضَارِعِ
Identitas Fiil ada 4, yaitu :
1.    Wadhonya (penulisannya), dalam penulisannya, fiil tidak pernah kurang dari 3 huruf. Untuk penulisan maksimalnya, apabila mujarrod maksimal 4 huruf, apabila maziid maksimal 6 huruf.
Alfiyyah,
وَمُنْتَهَاهُ أرْبَعٌ إِنْ جُرِّدَا         
*
وَإنْ يُزَدْ فِيْهِ فَمَا سِتًّا عَدَا             
2.    Hukum fiil, yaitu mabni
3.    Ma’na fiil, yaitu iftiqoor : Butuh (terhadap fail).
4.    Tabiatnya (Karakterna) Fiil : بلا تأثر بالعامل . Tidak menerima masuknya amil.

 
3. HURUF
Yang akan dibahas dari Huruf ada 4, yaitu :
A.   Pengertian Huruf
Etimologi : مُطلـَقُ الطـًّرْفِ . Artinya, Akhir
Terminologi :
كَلِمَة ٌ دَلـَّتْ عَلى مَعْنـًى فِيْ غيْرِهَا
Artinya, kalimat yang menunjukkan ma’na lain
Qowaidul I’rob,
وَالحَرْفُ مَا دَلَّ عَلى مَعْنـًى يَقعْ
*
فِيْ غَيْرِهَا وَعَيْنِهَا قدِ انقـَطعْ  
B.    Hukum Huruf
Hukum dari huruf adalah mabni secara MUTLAK.
Alfiyyah,
وكُلُّ حرفٍ مثسْتَحِقٌّ لِلْبِنَا       
*
وَالاصْلُ فِي المَبْنِيِّ أنْ يُسَكَّنَا
Mabni pada huruf terbagi 4, yaitu :
          Mabni Fathah. Contoh : أين
          Mabni Kasroh. Contoh :أمسِ
          Mabni Dhommah. Contoh : حيثُ
          Mabni Sukun. Contoh : كمْ
Alfiyyah,

ومنه ذو فتح وذو كسر وضمّ   *  كأين أمسِ حيثُ والساكن كمْ
C.    Pencetak (Asal Muasal) Huruf

Shighotnya masdar bina shohih dari tsulatsi mujarrod bab pertama, tasrifannya حرف يحرف حرفا

D.   Pembagian Huruf
Huruf terbagi 3, yaitu :

          Makhsus bil Ism, yaitu huruf jer
          Makhsus bil fi’li, yaitu amil nawasib dan amil jawaazim
          Musytarok (Boleh) antara Isim dan Fiil, yaitu Huruf Istifham dan Huruf Athof
Alfiyyah,

سِوَاهُمَا الحَرْفُ كَهَلْ وَفِي وَلَمْ
*
فِعْلٌ مُضَارِعٌ يَلِيْ لَمْ كَيَشَمْ
Identitas Huruf ada 4, yaitu :
1.    Wadhonya (penulisannya) huruf, dalam penulisannya, huruf tidak pernah lebih dari 2 huruf
2.    Hukumnya huruf yaitu Mabni secara Mutlak (tidak muqoyyad)
3.    Ma’nanya Huruf, yaitu Iftiqoor : Butuh (terhadap Madkhul)
4.    Tabiatnya (karakteristiknya) huruf, yaitu بلا تأثر بالعامل. Tidak menerima masuknya amil.
________________________
Demikian pembahasan Bab Kalam Bagian 3, Tunggu Pembahasan Bab Kalam Bagian 4 di artikel selanjutnya.

sumber  : Mas’alah Jurumiyyah Pondok Pesantren Baitulhikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya 46192 Jawa Barat