“Checkpoint” Rumah Impian Kami

“Checkpoint” Rumah Impian Kami

الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات

Perjuangan setelah berbulan-bulan berkutat dengan pembangunan rumah akhirnya semakin dekat menuju “check point”. Sore tadi, rumah saya dan istri telah “DIADZANI” oleh para Kyai dan tamu undangan.

Ya, Ritual keagamaan di Rajagaluh, daerah tempat saya tinggal memang kental dengan ritual Islam Aswaja. “Ngadzanan rumah baru” adalah salah satu dari sekian banyak ritual keagamaan yang sudah menjadi bagian dari potret sosial keislaman di Rajagaluh.

Tentunya, saya ucapkan terimakasih kepada para kyai, asatidz, kerabat, sahabat dan seluruh tamu undangan yang berkenan menghadiri dan mendoakan untuk keberkahan rumah kami. Semoga amal baik semuanya dibalas oleh Allah SWT berlipat-lipat, amin.

Meskipun rumah ini memang belum selesai 100%, karena memang masih kurang ‘sana sini’, setidaknya sudah bisa kami tinggali. Keluarga mertua dari Malang pun berkenan untuk datang jauh-jauh dan tidur di rumah baru kami. Padahal, saat itu posisi jendela ada yang belum terpasang akibat kemoloran “pemborong jendela” dari deadline yang telah disepakati.

Ditulisan saya sebelumnya terkait dengan MASWINDO, awalnya memang rumah ini akan saya pasrahkan kepada Kontraktor besar itu. Tujuannya agar saya tidak terlalu repot mengontrol pembangunan terus menerus, tidak perlu stand-by mengecek kinerja tukang setiap hari. Namun karena prasyaratnya tidak bisa kami penuhi, khususnya terkait biaya yang harus masuk full diawal, kami akhirnya legowo untuk menghandle sendiri pembangunan rumah kami, meski sebetulnya, pembangunan kami tetap dibangun oleh satu tim kontraktor tertentu, tapi dengan sistem pembayaran upah harian dan material diatur secara penuh oleh saya pribadi.

Dengan sistem seperti itu, tentulah proses pembangunan itu sangat menguras energi saya setiap hari, untungnya saya bukan PNS dan karyawan yang jam kerjanya terjadwal padat. Jadi, setiap hari saya selalu menyempatkan memantau pembangunan, mengecek material yang kurang stau habis,berkonsultasi dengan Pak Mandor, belanja dan mencari info-info tentang material yang bagus dan murah, serta tektek bengek lainnya. Sampe kulit saya belang-belang meski sudah menggunakan sunscreen.

Alhamdulillah, semua proses yang menguras tenaga, emosi dan tentu saja, semua duit yang kami punya ini “sementara” telah usai. Kenapa “sementara” atau “checkpoint” ? Karena masih ada proyek lanjutan dari sekedar rumah tinggal saja. Mohon doanya saja dari seluruh pembaca, semoga apa yang menjadi hajat kami diberi jalan oleh Allah untuk mencapainya. Amin ya robb. Akhiron. Mudah-mudahan rumah baru kami menjadi rumah dengan penuh keberkahan. Amin ya robbal alamin.

Mengemban Amanah yang Berat

Mengemban Amanah yang Berat

Menjadi pimpinan dalam suatu organisasi adalah hal yang lebih sering saya hindari. Meski sebetulnya ambisi itu terkadang ada, tapi konsekuensinya lah yang seringkali lebih saya pikirkan. Tanggungjawab moral dan menjadi pengambil keputusan final adalah hal yang cukup berat bagi saya, sehingga saya lebih nyaman menjadi orang nomor 2 atau nomor 3, atau bahkan anggota yang biasa saja.

Maka, jika dilihat dari track record berorganisasi sejak di sekolah, saya mengambil peran yang tidak terlalu menjadi pusat perhatian, atau paling tidak bukan yang paling disorot membawa organisasi tersebut. Satu-satunya jabatan ketua yang pernah saya emban adalah saat menjadi ketua himpunan mahasiswa prodi kimia saat S1 dulu. Itupun saya putuskan berdasarkan desakan keadaan yang mengharuskan saya mengambil keputusan itu. Setelah itu, hanya peran yang biasa-biasa saja.

Saya sadar betul, saya adalah orang yang cukup sulit bergaul dengan orang baru, atau dalam bahasa populer saat ini, saya adalah orang yang introvert. Lebih suka menghabiskan waktu sendiri, tidak terlalu menyukai keramaian, dan tidak hobi nongkrong, apalagi pembahasannya gak penting-penting amat. Meski begitu, seringkali sikap yang menurut saya cukup asosial itu seringkali saya lawan, agar saya punya teman, karena terkadang, tak punya teman sama sekali juga membosankan.

Sejak kembali dari studi S1 di Malang, dalam beberapa kesempatan saya mencoba untuk mencari ruang aktualisasi berorganisasi di kampung halaman. Karena saya berasal dari lingkungan dengan kultur NU, maka saat ada informasi tentang PKD GP Ansor, saya ikuti. Kemudian, PKPNU juga saya ikuti, nebeng dengan saudara. PKPNU ini mengantarkan saya mengenal aktivis-aktivis NU di kampung halaman saya, dan selepas Konferensi MWCNU, saya didapuk menjadi sekretaris MWCNU . Jika dianalogikan dengan game Mobile Legends, saya adalah pemain dengan rank MASTER yang diajak mabar dengan pemain rank MYTHIC. Tapi dalam istilah NU, sam’an wathoatan harus dikedepankan, apa boleh buat, saya menerima dan menjalaninya meski berat.

Kemudian karena saya ini tergolong usia milenial, tentu saya juga menjalin pertemanan dengan aktivis NU dari kalangan milenial juga, dimana jika dirunut secara keorganisasian di NU, mereka masih dalam rentang usia yang harusnya aktif di GP Ansor. Sehingga saya pun bisa dianggap ikut aktif di GP Ansor menjadi anggota biasa.

Hingga hari itu tiba, dimana tanpa saya duga, dengan suasana forum yang sangat menyebalkan itu, konferancab GP Ansor Kec. Rajagaluh menetapkan saya sebagai Ketua PAC GP Ansor Kec. Rajagaluh. Jabatan yang paling saya hindari itu pada akhirnya hinggap di pundak saya. Ini tak diduga, karena seharusnya saya aman dari pencalonan, apalagi dari keterpilihan. Karena saya sudah menjadi pengurus harian di MWCNU, pikir saya tak mungkin ada yang mencalonkan saya dalam kontestasi itu. Dengan demikian, peran sebagai pengurus harian di dua organisasi menabrak aturan rangkap jabatan. Hasil konsultasi menghasilkan mundurnya saya dari sekretaris MWCNU, konon, saya lebih dibutuhkan di Ansor. Habislah sudah.

Dengan berat hati, mau tidak mau saya terima keputusan forum itu. Ya, seperti yang sudah dijelaskan diawal tulisan, bagi saya menjadi ketua itu adalah amanah yang berat, apalagi memimpin organisasi kepemudaan Islam di level kecamatan, saya merasa tidak pantas. Saya seringkali terngiang-ngiang bahasa para senior saat masih aktif di PMII dulu, menjadi aktivis itu sejatinya harus sudah selesai dengan dirinya sendiri, sehingga ia bisa totalitas berproses dalam organisasi tersebut. Dan masalahnya, saya bukan orang yang sudah selesai dengan diri saya sendiri, masih sangat jauh.

Itu masih hanya soal aspek kepatutan internal pribadi, belum dilihat dari aspek eksternal yang lebih kompleks, banyak PR yang harus diselesaikan. Pada akhirnya, saya meminta doa dari pembaca sekalian, semoga saya bisa menjadi pimpinan yang mampu mengemban amanah yang berat ini, mampu menyelesaikan tanggungjawab keorganisasian yang tidak mudah, melakukan apa yang bisa dilakukan, dan mengambil pengalaman maksimal dari peran menjadi supir organisasi yang baik ini, amin ya robbal alamin.

Wallahu a’lam

Hari demi Hari Membangun Rumah Impian

Hari demi Hari Membangun Rumah Impian

Sejak dimulai pada tanggal 13 Agustus lalu, alhamdulillah sudah sampai tahap ini, tahap yang bisa anda lihat pada gambar diatas. Ada perasaan bahagia bercampur haru. Tapi, perjalanan masih panjang. Karena katanya, perbandingan durasi antara membangun & finishing itu 50:50. Sedangkan, tahap sekarang ini masih terbilang baru 20-25 %.Jadi yah, dinikmati saja prosesnya. Sampe duit abis, hahaha.

Membangun rumah dengan segala seluk beluk rintangannya memang melelahkan. Kadangkala, terasa sangat lama, karena mau bagaimanapun, kerja tukang itu harus diawasi. Anda tahulah kekhawatiran anda terkait dengan tukang, banyak orang yang maklum dengan itu. Nah, kerja pengawasan ini terasa sangat lama. Namun saat scrolling di galeri sendiri, foto saat peletakan batu pertama memang belum lama, baru 15 hari. Terlebih, banyak ilmu baru didapatkan, dan ilmu tentang pertukangan ini sangat menarik untuk dipelajari dan didalami. Meski tidak secara langsung turun ke lapangan, tapi secara konsep dan tahapannya, semua saya coba pelajari. Minimal, untuk membangun kedepannya, saya tak buta-buta amat tentang pertukangan, maksimalnya, saya tak perlu lagi menggunakan jasa mandor, karena bisa saya mandorin sendiri, hehehe.

Dan, saya bersyukur, dibalik sulitnya kondisi ekonomi seperti ini, saya & keluarga berani untuk bertarung habis-habisan demi rumah impian. Bahkan seringkali banyak yang berujar, “Keadaan lagi kayak gini, berani juga ya?”. Saya hanya menjawab dalam pikiran saja, “Tidak ada jaminan di masa depan, kondisi perekonomian semakin membaik, malah mungkin lebih buruk. Dan, saya hanya sedang menjalani taqdir Allah saat ini, sembari berjalan kepada taqdir Allah yg lainnya. Soal bagaimana ke depannya, disamping berusaha sekuat tenaga, saya yakin bahwa Allah selalu memberi “makhroja” dan memberi rezeki yang “min haitsu laa yahtasib”, kuat dilakoni, nek ra kuat ngopi sek, trus lanjut maneh.”, cukup itu menjadi keyakinan.

Oh iya, ditulisan sebelumnya, saya menjelaskan jika rumahnya ini akan dibangun oleh kontraktor Maswindo Bumi Mas Cabang Sumedang. PT. Maswindo Bumi Mas ini adalah perusahaan kontraktor & developer pimpinan Mas Aswin Yanuar yang belakangan cukup viral di media sosial. Selengkapnya anda bisa baca disini. Tadinya memang saya mau pake jasa beliau. Namun karena satu dan dua alasan, saya mengurungkan niat menggunakan jasa Maswindo. Yang pasti, bukan karena hasil pekerjaannya Maswindo jelek, engga kok, sejujurnya saya sangat suka dengan desain-desain rumah buatan Maswindo. Tapi pengurungan ini didasari hal lain ya.

Akhiron, bagi sahabat-sahabat seusia, usia dimana mungkin sebagian besar ada ditahap yang kurang lebih sama dengan saya. Saya ucapkan Semangat untuk kawula muda. Jalan masih panjang, kencangkan ikat pinggang, singsingkan lengan baju, ayo kita arungi luasnya kehidupan.

Salam hangat.

Skincare untuk Pria, Penting atau Lebay?

Skincare untuk Pria, Penting atau Lebay?

Tulisan ini tidak bermaksud untuk promosi. Tapi lebih sekedar share pengalaman. Meskipun mungkin satu atau dua bagian bisa dianggap sebagai kalimat-kalimat promosi, silahkan anda simpulkan sendiri lah, apakah tulisan ini mengandung unsur marketing atau tidak, hehehe.

Belakangan ini, tren penggunaan skincare meningkat pesat. Khususnya saat pandemi COVID-19 melanda dunia, terlebih di indonesia. Saat mobilitas manusia dibatasi, tren penggunaan kosmetik untuk make up jadi berkurang, dan uniknya skincare datang menjadi tren baru “menggantikan” kosmetik. Karena ingin kulitnya tetap glowing terawat tanpa make up, banyak wanita menggunakan aneka produk skincare untuk perawatan kulit wajahnya. Semakin banyak permintaan pasar atas skincare ini, disamping brand-brand lama seperti Wardah, Vaseline, L’oreal, dll akhirnya banyak bermunculan brand-brand skincare baru beberapa tahun belakangan ini, seperti MS Glow, Scarlett, WhiteLab, Azarine, dll yang diantaranya merupakan brand lokal Indonesia.

Tren skincare ini juga tidak lepas dari pengaruh budaya Korea yang menginvasi masyarakat Indonesia belakangan ini, dimana skincare sudah membudaya di Korea Selatan dan tren ini diikuti oleh para wanita di Indonesia. Meskipun, sebelum ada pengaruh dari budaya skincare Korea, sudah banyak wanita Indonesia yang menggunakan skincare. Tapi tertunya, pengaruh K-Pop adalah salah satu faktor terbesar yang berkontribusi pada meningkatnya penggunaan skincare di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, mereka yang menggunakan skincare tidak melulu yang ikut-ikutan tren Korea, tapi memang mereka yang sadar akan pentingnya merawat kulit.

Manfaat skincare ini sangat banyak, sederhananya bisa kita bandingkan dua wanita seumuran, si A rutin menggunakan skincare dan si B tidak rutin menggunakan skincare. Saya sudah melihat perbedaannya dari orang terdekat saya sendiri. Artinya, anda juga bisa bandingkan sepeda motor atau mobil yang rutin dirawat dan tidak dirawat. Tentu berbeda kan? Motor yang rutin di rawat, rajin di cuci, rutin servis, ganti oli dan tune up akan lebih nyaman di lihat dan nikmat ketika dikendarai. Udah, anda jangan analogikan ke hal yang menjorok, hahaha. Intinya, penggunaan skincare ini bukan hanya berdampak kepada aspek estetik atau tampilan saja, tapi juga bermanfaat dari aspek kesehatan.

Dan pertanyaan selanjutnya, sepenting itu jugakah skincare untuk pria? Anda pasti sering mendengar atau bahkan mungkin saja anda salah satu yang mengucapkan. “Cowok kok pake skincare”, “lebay”, “kaya cewe”, “gak macho”, dan ejekan-ejekan sejenisnya. Sehingga akhirnya, anda gak mau menggunakan skincare, takut diejek, dll. Awalnya saya juga begitu. Namun, sejak istri saya mulai berjualan skincare MS Glow dimana terdapat lini produk skincare khusus pria, MS Glow for Men yang juga dijual istri saya, saya ikut memperhatikan tren ini. Uniknya, skincare pria ini cukup laris juga. Meskipun laju penjualannya tetap lebih unggul lini skincare wanita, tapi performa penjualan skincare pria juga cukup baik.

Dari fakta ini, kita bisa melihat mungkin stereotip “cowok pake skincare = lebay” itu sudah mulai terkikis. Ya buktinya penjualannya juga lumayan kencang. Agaknya, kampanye MS Glow for Men yang berbunyi #RealMenTakeCareofTheirSkin itu cukup berhasil. Saya pun akhirnya ikut-ikutan mempromosikan skincare MS Glow for Men di status WA saya, lalu saya coba membuka akun instagram yang alhamdulillah sudah terverifikasi Instagram Shopping yang memungkinkan anda bisa berbelanja produknya via Instagram, mantap!

Ya karena yang berjualan adalah istri sendiri, saya yang sedari lahir menggabungkan sabun badan dengan sabun muka ini mulai mencoba menggunakan Energizer Facial Wash dari MS Glow for Men, dan rasanya nyaman-nyaman saja digunakan. Kebetulan juga wajah saya jarang banget jerawatan, jadi gak rewel lah untuk urusan sabun muka ini. Seterusnya, saya mulai coba cream dan serum MS Glow for Men nya dan cocok-cocok aja. Lalu saya coba juga Body Lotion for Men nya, ya cocok juga, gak ada masalah. Hasilnya? Kata istri sih saya makin ganteng, hahahaha. Engga lah, katanya sih lebih bersih dan cerah. Kalo saya pribadi merasakan sih, kulit jadi lebih lembut dan gak kasar.

Jadi, sejak 2 bulan lalu saya menggunakan skincare dari MS Glow for Men. Review nya positif lah. Dan rangkaiannya juga gak beribet, pagi cuci muka dan cream, lalu malam cuci muka dan serum. Kalo kata anak-anak sekarang, sesimpel itu lho gaes.

Dan apakah penting buat pria menggunakan skincare? Bagi saya, itu tergantung dari kebutuhan anda. Kalo anda punya anggaran untuk beli skincare nya, silahkan anda beli. Tidak ada salahnya anda merawat diri. Toh, anda juga biasanya punya anggaran untuk perawatan kendaraan anda. Namun jika anda gak punya anggaran untuk membeli skincare, dahulukan saja kebutuhan primer, untuk makan, uang sekolah anak, dan lain-lain.

Jika anda berminat untuk menggunakan skincare, khususnya dari lini produk MS Glow for Men, saat ini saya juga berjualan bersama istri sebagai member resmi, anda bisa hubungi WA di 089 660 890 300 atau bisa juga melalui Instagram, Website dan Marketplace seperti Shopee, Lazada dan Tokopedia. Harganya cukup terjangkau, untuk paket basic MS Glow for Men, dengan harga 250K, kamu bisa dapat 3 item, Energizer Facial Wash, Energy Bright Cream dan Energy Serum. Lebih murah dari paket MS Glow Beauty (untuk wanita) yang ada di harga 300K. Pengiriman tersedia ke seluruh Indonesia bahkan hingga ke alam baka, hahaha. Siapa tau yang di kuburan masih mau skincare an.

Bakso Terenak se-Malang Raya? Jatuh kepada ….

Bakso Terenak se-Malang Raya? Jatuh kepada ….

Bicara perbaksoan, saya bisa mengklaim kalo saya ini pecinta kuliner berbentuk bulat itu. Bukan karena saya juga memiliki perawakan membulat, haha, tapi memang saya menyukai bakso. Bahkan, keluarga saya sering berujar, “Untuk seorang Fawwaz, gak ada bakso yang gak enak di dunia ini.”, ungkapan yang bisa dibilang, noted! Haha.

Sekali-kali, di blog ini saya tulis hal-hal yang ringan, biar kesannya gak serius terus. Karena sesuai keinginan saya di tulisan saya yang ini, saya memang ingin membawa blog ini lebih banyak menulis hal-hal receh. Dan salah satunya adalah urusan kuliner. Meskipun sebenarnya, kuliner bukan hal receh, karena yakin, manusia ingin mengisi perutnya dengan sesuatu yang bercita rasa nikmat, tidak hanya membuat ia kenyang, tapi juga bisa menggoyang lidah saat menyantapnya.

Bicara soal bakso di tempat tinggal saya di Rajagaluh, Majalengka, saya jelas memilih Bakso Kliwon yang ada di Jl. Pangeran Muhammad sebagai Bakso terenak nomor 1, paduan daging, tepung dan bumbunya terasa pas, juga kuahnya yang maknyusss. Anda bisa membeli bakso ini dengan biaya kurang lebih 18 ribuan/porsi, saya lupa persisnya. Ketika saya pengen makan bakso dan gak mau jauh-jauh, bakso kliwon ini pilihan pertama.

Selanjutnya, menuju arah Majalengka, saya memilih bakso barokah mas kinoy yang berada di perempatan Cigasong. Saya lebih sering memakan bakso ini dengan metode “keringan”, alias pesan bakso tanpa kuah, dengan kecap dan sambel 3 sendok. Bukan karena kuahnya gak enak, tapi karena biasanya saya memakannya sambil nyetir mobil sepulang urusan pekerjaan. Tolong jangan ditiru, karena hanya supir expert yang bisa nyetir sambil makan bakso. Jangan dibayangkan, hahaha.

Selanjutnya masih banyak lagi, ada bakso puskesmas yang murah meriah, bakso mang jafra dengan bakso Iga andalannya, bakso mekarsari di heuleut, leuwimunding yang juga mantap, dan ada juga bakso mang panjul di Kadipaten yang direkomendasikan oleh youtuber Farida Nurhan. Itulah ensiklopedia bakso yang berada di sekitar Rajagaluh. Nah, berhubung sehari yang lalu saya mudik ke kampung halaman istri di Malang, saya juga punya list khusus untuk menilai bakso-bakso yang menurut saya layak untuk anda cari saat berkunjung ke Malang.

Saya berani merekomendasikan Warung-warung bakso ini bukan hanya dari satu kali kunjungan, saya berkuliah selama 5 tahun di Malang. Jadi anda tidak perlu meragukan penilaian saya mengenai perbaksoan di Kota Malang, hehe. Oke, langsung saja, saya nomeri saja.

5. Bakso Solo Tandon, di Tlogomas

Saat mahasiswa dulu, saya cukup sering mencicipi bakso ini. Disamping karena saya orang sunda yang lebih akrab dengan varian bakso solo yang tanpa goreng dan tahu-tahuan, bakso ini rasanya enak banget lah. Khas bakso-bakso solo yang memang udah enak dari sananya. Untuk anda yang baru saja menginjakkan kaki di kota Malang dan kurang suka dengan varian bakso Malang yang terlalu banyak isi, anda bisa pilih Warung Bakso ini.

Terbaru saya browsing-browsing, di warung bakso ini sudah tersedia aneka siomay dan tahu isi juga, plus terdapat bakso bakar. Saya jadi penasaran lagi nih.

4. Bakso Prima Cak Herman, di Jl. Soekarno Hatta

Jika anda ingin bakso dengan varian yang sangat banyak, disini tempat yang cocok. Karena selain bakso, tahu, siomay, dan aneka jeroan seperti kikil, usus, paru, babat dan lain-lain yang bisa kamu pilih suka-suka. Rasa baksonya tentu menggoyang lidah. Saya beberapa kali mengunjungi warung bakso ini saat ingin mencicipi bakso dengan isi mangkok yang komplik bersama kikil dan babat yang tentu memanjakan lidah anda, jangan lupa sambelnya biar makin mantap!

3. Bakso Cak Toha, di Jl. Semeru

Nah, bakso ini jelas Ngalam polll, karena menunya tidak aneh-aneh. Bakso khas Malang dengan isi pentol urat kasar, pentol halus, goreng, siomay dan tahu yang semuanya enak. Ya, tidak semua warung bakso di Malang menyajikan adonan siomay dan tahu isi nya sama dengan adonan pentolnya. Tapi di bakso Cak Toha ini, adonannya sama enak dengan pentolnya. Anda pecinta bakso Malang pasti paham maksud saya. Kalo rasa pentolnya, jelas uuueeenakk, pokoknya yang masuk 5 besar ini pasti enak lah, hahaha.

2. Bakso & Cuimi de Stadion, di Kota Batu

Saat bakso beranak sedang hits-hits nya dulu, bakso stadion ini juaranya bakso beranak. Beberapa kali saya makan bakso di tempat ini, antriannya selalu bejubel. Antrinya sampe keluar-keluar, belum juga antrian duduknya. Kalo sudah antri-antri begitu, gak usah saya jelaskan lagi lah rasa baksonya. Isiannya macam-macam dan bisa kita pilih seindiri dengan model prasmanan. Di kesempatan mudik ini, kalo memang ada waktunya, saya ingin coba menyantap lagi warung bakso ini, sambil jalan-jalan menikmati keindahan kota Batu tentunya, bersama anak dan istri, hehe.

1. Bakso Kraton, di Jl. Pakis Kembar

Wah, kalo yang ini jelas “one and only one”. Dipuncak teratas saya pilih Warung Bakso ini. Kenapa? Rasa baksonya sudah sulit dijelaskan dengan kata-kata, ueeeeeenaaaak puuuooooollll. Sejak mahasiswa sampai punya 2 anak, setiap kali berkunjung ke Malang, saya tidak sudi kalo Bakso ini terlewat untuk saya cicipi, hahaha. Beneran lho ini. Saya bahkan sempat pesen pentol pedesnya 2 loyang untuk saya bawa pulang ke Majalengka, wkwkwk. Sedihnya, 4 bulan lalu saya mudik ke Malang, saya ditakdirkan untuk melewatkan bakso ini karena lagi sakit gigi dan sulit mangap, hahaha. Dan, akhirnya hutang itu lunas terbayar kemarin. Saat keluar dari exit tol Pakis, sambil lewat menuju rumah mertua, saya memesan bakso ini dan menyantapnya selepas taraweh, Alhamdulillah sam, muantaaaap, hahaha. Keunggulannya? Anda cicipi saja langsung, biar lidah anda yang menilainya, hahaha.

Demikian adalah 5 bakso terenak se Malang Raya versi saya pribadi. Kenapa bukan bakso Presiden? Bakso Cak Man? Atau Warung bakso lainnya? Bukan berarti bakso selain 5 bakso diatas gak enak, bakso presiden dan bakso cak man juga enak kok, juga layak sekali anda coba, tapi ini adalah buah dari subjektivitas lidah saya. Penilaian lidah anda terhadap bakso kemungkinan berbeda dengan lidah saya, tergantung selera anda, ya lagi-lagi karena manusia dan lidahnya memang subjektif, bisa jadi menurut anda gak enak, menurut saya enak, ataupun sebaliknya. Jadi, tolong perbedaan pendapat ini dihargai ya, wkwkwkwk. Dan satu lagi, kembali kepada statemen penting dari keluarga saya, “Tidak ada bakso yang tidak enak di lidah seorang Fawwaz, semua enak!”, hahahaha.

Sekian, lebaran sebentar lagi, selamat mudik dan selamat menyambut Idul Fitri 1443 H. Mohon maaf lahir dan batin.

Ade Armando, Oligarki dan Politik Identitas

Ade Armando, Oligarki dan Politik Identitas

Seperti yang kita tahu, lini massa di media sosial ramai dengan postingan-postingan tentang demo mahasiswa 11 April 2022, isi tuntutannya saya juga kurang tahu, mungkin seputar Tolak Jokowi 3 Periode, harga segala kebutuhan masyarakat yang merangkak naik dan isu-isu lainnya. Bagi mantan mahasiswa aktivis abal-abal kayak saya ini, isu-isu begini sudah tak lagi jadi garapan primer, yang primer jelas nyari duit buat keluarga. Tapi masalahnya, nyari duit sekarang susah, asli, harga serba naik, daya beli orang menurun, ekonomi jelas stagnan kan? Dan gobloknya lagi, saya ini termasuk golongan menengah kebawah secara ekonomi, bagian dari mayoritas masyarakat endonesa ini, yang sedikit-sedikit pengennya healing tapi duit pas-pasan, jelas menderita!

Sebagai mantan aktivis PMII kacangan, jelas saya tetap peduli dengan isu kerakyatan. Selain memang jadi bagian dari masyarakat yang terhimpit juga, saya melihat pemerintah saat ini agak ugal-ugalan dalam pengambilan kebijakan, ataupun dalam menanggapi kritikan. Saya sangat mendukung penuh tuntutan mahasiswa yang menolak penundaan pemilu ataupun usulan 3 periode. Tentu karena godaan kekuasaan itu sangat berat, semakin lama seseorang berkuasa, maka semakin besar potensi penyalahgunaan kekuasaan, dan disitulah akan muncul bibit-bibit otoritarianisme.

Dengan dibatasi 2 periode saja, cengkraman oligarki saat ini terasa begitu kuat. Negara serasa hanya diatur oleh segelintir orang saja. Haduh, anda bisa berselancar ria di gugel tentang mereka yang diduga kuat merupakan segelintir orang yang memegang kendali kekuasaan. Atau bisa anda lihat abuse of power yang dipraktekkan partai berkuasa saat periode kedua Presiden SBY, dimana orang-orang didalam lingkarannya banyak terlibat kasus korupsi megaproyek Hambalang. Begitulah kekuasaan memainkan kartunya, sehingga kita harus tegas MENOLAK wacana penambahan durasi kekuasaan, karena lebih besar madlorotnya daripada maslahatnya.

Harga kebutuhan pokok yang naik. Minyak goreng naik, bensin naik, besi naik dan pajak yang naik, terlepas dari apapun alasannya, tentu itu sangat tidak tepat dilakukan pada saat ini. Asli pak pak, kita ini baru saja bisa bernapas lega, lalu anda langsung cekik kami lagi. Mbok ya tahan dulu. Apalagi pemindahan ibu kota baru yang terlalu buru-buru. Kan bisa ditunda satu dua tahun lagi pak, uangnya sekarang dipake untuk membantu rakyatnya dulu pak. Sebagai pemimpin, harusnua bisa memahami sense of crisis kan pak. Apa kalo ditunda Bapaknya udah gak menjabat lagi, jadi nanti legacy-nya engga atas nama Bapak, eh, pinggir jurang.

Saya seringkali lega ketika mahasiswa mau turun kejalan untuk meneriakkan yang menjadi aspirasi rakyat, mempertanyakan kebijakan-kebijakan yang ugal-ugalan itu. Meskipun saya agak jijik ngelihat poster-poster demonstran yang terkesan hanya didesain agar masuk fyp tiktok. Asal unik, tapi tidak menyentuh esensi demonstrasi, yang penting viral, duh. Apalagi poster yang dibawa sama mbak-mbak, “LEBIH BAIK BERCINTA 3 RONDE DARIPADA HARUS 3 PERIODE”, Asu tenan.

Dulu pas mahasiswa, saya juga senang saat melihat sahabat-sahabat saya turun ke jalan, menyuarakan aspirasi. Chaos itu resiko, karena memang manajemen aksi itu ilmu yang sederhana dalam teori, tapi njelimet dalam praktek. Asli bos, jika massa sangat banyak, sangat sulit untuk menjaga barisan massa untuk tertib dan sangat sulit menjaga untuk tidak disusupi diluar massa aksi. Seperti halnya kejadian kemarin dimana ada chaos yang tidak diduga-duga, yes! Pengeroyokan Ade Armando.

Saya yakin, pengeroyokan Ade Armando bukanlah esensi dari demonstrasi mahasiswa kemarin. Ya inilah salahsatu dari chaos yang terjadi, dimana ada oknum massa yang memanfaatkan momentum demo. Sudah jadi barang maklum lah, bahwa sejak 2014 lalu, secara membabi buta kita disuguhi praktik politik identitas, menggunakan jubah agama untuk mewujudkan tujuan politik tertentu. Propaganda, caci maki dan lain-lain digunakan dalam pertarungan 2014, berlanjut di 2019. Kelompok mana? Ini sudah 2022, jadi sudah 8 tahun sejak politik identitas menggelora. Semua sudah tau siapa pemainnya. Kengerian politik identitas ini bisa anda baca di media sosial, baik twitter, facebook, youtube, dll yang penuh dengan kebencian. Takbir! Sweeping, Takbir! Ngebom, Takbir! Ngeroyok. Bagi saya, ini adalah hal nyata dalam penistaan terhadap nilai-nilai agama.

Saya juga banyak tidak suka dengan pendapat Ade Armando yang nyeleneh dan memicu kontroversi. Bahkan dalam status Prof. Mun’im Sirry disebut kekerasan verbal. Diluar dari ketidaksetujuan saya itu, pengeroyokan ini sama sekali tidak bisa dibenarkan. Yang menyedihkannya lagi, media sosial diramaikan dengan ucapan “Alhamdulillah” atas apa yang menimpa Ade Armando. Ada juga ada yang merasa terwakili dengan para penganiaya. Juga menghubung-hubungkan bahwa tragedi itu adalah azab dari Allah untuk Ade Armando. Lagi-lagi agama dijadikan pembenaran untuk menganiaya orang. Miris lah melihat komentar netizen yang dalam komentarnya seolah-olah mengesampingkan kemanusiaan. Semoga saja yang kita lihat di medsos itu adalah komentar akun-akun palsu yang diatur oleh bot, bukan orang beneran, karena komentarnya udah gak kayak orang.

Saya ini nahdliyin tapi juga mengkritik pemerintahan? Pikiran anda sempit jika memandang saya akan selalu pro kepada pemerintah karena saya NU, yang dituduh sebagai ormas penjilat pemerintah. Engga bos! Secara pribadi, saya punya sikap, saya punya otak dan saya punya hati untuk mengolah apa yang saya lihat, dengar dan rasakan dari pemerintah. Maka sikap saya tidak harus sama dengan organisasi manapun. Dan, mengenai NU, mungkin anda juga salah memahami, bahwa benar sebagian besar warga NU berperan dalam pemenangan Jokowi-KH. Ma’ruf Amin, tapi NU bukan partai politik, sehingg secara kelembagaan/keorganisasian, NU tidak ikut campur dalam urusan politik praktis, tapi NU akan terdepan jika urusannya adalah politik kebangsaan, seperti menghadang mereka yang menggunakan Politik Identitas, menjadikan agama sebagai alat kepentingan politik, atau golongan sempalan-sempalan radikal yang berani menghina para Kyai NU dan merongrong NKRI. Kikis Habis!

Semoga Indonesia aman dan damai. Sehingga kita tetap bisa beribadah dengan tenang, berpuasa dengan santuy, dan ngabuburit dengan tawa, jangan sambil sweeping apalagi ngeroyok orang. Selamat Ngabuburit.

TOLAK 3 PERIODE!
TURUNKAN HARGA-HARGA!
KATAKAN TIDAK UNTUK POLITIK IDENTITAS!